Seluruh keluarga merasa aneh dengan perubahan yang terjadi pada Inka, sejak kejadian pingsannya gadis itu beberapa waktu yang lalu. Inka lebih suka membenamkan dirinya di perpustakaan untuk membaca buku-buku tentang bisnis, properti dan lain sebagainya. Inka juga mengajukan permintaan untuk mengambil program pasca sarjana dengan jurusan bisnis di Singapore setelah ia menyelesaikan pendidikan sarjananya. Keputusan Inka itu membuat seluruh keluarganya terkejut karena seorang Inka yang mereka kenal sebelumnya, tak pernah menunjukkan minat berlebihan di bidang pendidikan, apalagi bisnis. Inka adalah seorang gadis yang menyukai seni, sehingga di kehidupannya dulu Inka lebih banyak menghabiskan waktunya di galeri lukis yang disiapkan oleh sang ayah untuk dirinya.
Inka yang dulu cenderung lugu, pemalu dan suka menarik diri dari keramaian. Inka yang sekarang terasa sangat berbeda, walau sisi pendiam gadis itu masih terlihat namun sisi lugunya sama sekali menghilang. Inka yang sekarang terlihat percaya diri, tegas dan sangat mandiri. Kedua orang tua dan sang kakak sampai pernah memeriksakan kesehatan Inka, kalau-kalau terjadi benturan di kepala Inka yang membuat perubahan sifat dan sikap yang drastis pada gadis itu. Namun setelah diperiksa kondisi kesehatan Inka sama sekali tidak ada masalah. Semua hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa Inka baik-baik saja.
****
Tak terasa tiga tahun berlalu, sejak kehidupan kedua yang diterima Inka. Ia memang sama sekali tak melepaskan semua kesempatan yang bisa ia raih untuk mengubah takdir kehidupan masa lalunya. Sejak pulang dari Singapore, Inka langsung terjun membantu mengurusi bisnis keluarga mereka sebagai wakil CEO mendampingi Asher, sang kakak yang merupakan CEO di perusahaan mereka. Inka bekerja di belakang layar, karena ia sangat jarang mengikuti rapat yang dilakukan dengan pihak luar perusahaan. Asherlah yang bertanggung jawab untuk urusan eksternal perusahaan. Hal itu merupakan permintaan dari Inka karena ia tak ingin bertemu dengan orang-orang dari masa lalunya terlalu cepat.
Perasaannya belum siap untuk menghadapi mereka, walau semua persiapan sudah dilakukan oleh Inka sebagai sarana pertahanan diri dari gempuran musuh yang suatu saat pasti muncul dihadapannya cepat atau lambat.
"Dek, besok malam ada acara ulang tahun perusahaan si Josh yang diadakan di ballroom hotel H*lton, Bali. Kebetulan kakak hari ini kan berangkat ke Surabaya untuk pengecekan proyek kita sekaligus meeting dengan vendor dan klien kita. Jadi kali ini kamu yang harus mewakili perusahaan kita untuk acara yang di Bali. Soalnya Josh langsung yang ngundang kakak, kakak juga udah bilang kamu yang akan gantiin kakak," ujar Asher menyebutkan nama sahabat sekaligus rekan bisnis sang kakak.
Inka hanya menghela nafas pelan dan menganggukkan kepalanya. Asher langsung tersenyum dan mengelus kepala Inka dengan sayang, sebelum kembali ke ruangan kerjanya. Inka berusaha menyelesaikan pekerjaannya secepat mungkin agar besok pagi ia bisa langsung terbang ke Bali.
"Sel, tolong batalkan semua meeting saya untuk besok. Geser ke hari Senin aja. Ehmm, tiket sama penginapan saya udah diuruskan?" tanya Inka kepada sekretarisnya, Sellah Malachi.
"Sudah bu, tadi Pak Segara udah email semuanya ke saya. Saya juga udah email ke ibu, setelah saya konfirmasi ke hotelnya," jelas Sellah yang langsung mendapat anggukan dari Inka.
Tiba-tiba ponsel Inka berdering, gadis itu tersenyum melihat siapa yang menghubungi dirinya siang itu.
"Iya mak, tumben siang-siang udah sibuk nyariin aku?" sapa Inka kepada sang penelepon.
"Rindu aku nak, makan siang bareng nyok!" balas Gianna Naomi yang merupakan sahabat dekat Inka sejak kecil.
"Nyok, tapi aku ajakin kak Asher sama Segara ya."
"Sekarepmu nduk. Bye!" Gianna langsung memutuskan panggilannya membuat Inka mencebik kesal. Hal itu merupakan kebiasaan jelek sang sahabat yang sering kali membuat Inka menghela nafas lelah.
****
Keempat insan muda itu pun makan bersama di restoran yang dipilih oleh Gianna. Gianna sudah tiba lebih dulu sebelum Inka. Asher dan Segara tiba setelahnya. Mereka pun mengobrol sembari bersantap siang. Segara dan Gianna adalah sahabat kecil Inka, dan Segara merupakan asisten pribadi dari Asher. Kedua pria itu sangat sulit dipisahkan karena dimana ada Asher bisa dipastikan Segara juga mengikuti atasannya itu. Gianna berprofesi berbeda dengan kedua sahabatnya itu. Ia lebih memilih menekuni kecintaannya terhadap bunga dengan membuka toko bunga dan tempat budidaya berbagai jenis bunga dan tanaman hias.
"Kak, aku boleh ngajakin Gia ke acara besok engga, aku malas berangkat sendiri takut mati gaya aja ntar di sana. Gi, besok temanin aku ke Bali, nyok! Minggu kita balik," ujar Inka dengan tatapan penuh harap yang ia tujukan kepada sang kakak dan Gianna.
"Kakak sih oke aja, kalo Gianya mau," balas Asher sambil tersenyum.
"Mau kak! Tapi temenin aku berburu bunga di sana ya!" ujar Gianna penuh semangat yang membuat Inka mengangguk pasrah karena ia tahu kegilaan yang bisa dilakukan oleh Gianna bila sudah berbicara tentang bunga. Gianna pernah mengajak Inka berburu tanaman hias ke hutan di pedalaman Jambi, karena mendapatkan informasi tentang tanaman hias langka yang bisa ditemukan di sana. Asher dan Segara hanya memandang wajah frustasi Inka dengan tatapan geli.
****
Keesokan harinya, sesuai rencana Inka dan Gianna pun berangkat menuju Bali. Sesampainya di Bandara Ngurah Rai Bali, supir kantor Josh sudah menunggu kedatangan Inka dan Gianna. Sang supir pun mengantarkan kedua gadis itu menuju hotel yang sudah disiapkan untuk mereka berdua.
Setelah sampai di hotel mereka menghabiskan waktu dengan berspa ria di spa yang direkomendasikan oleh pihak hotel. Setelah selesai merawat diri, mereka memilih untuk bersantap siang di restoran yang ada di dalam hotel. Mereka mengobrol banyak hal terkait perubahan yang terjadi pada Inka. Gianna sendiri tak menyangka bahwa Inka bisa berubah 180 derajat dari Inka yang ia kenal sejak kecil. Inka memilih menggunakan alasan yang masuk akal untuk semua perubahan yang ia lakukan, karena ia tak mungkin menceritakan kejadian yang sesungguhnya kepada orang lain. Ia memilih untuk merahasiakan masalah itu kepada semua orang tanpa kecuali.
Menjelang sore, Inka dan Gianna pun bersiap untuk menghadiri acara ulang tahun perusahaan Josh itu. Kali ini kedua gadis itu menggunakan gaun dengan warna yang mirip. Inka menggunakan gaun malam yang bermodel off-shoulder panjang berwarna navy. Sedangkan Gianna menggunakan gaun tanpa lengan bermodel pensil yang berwarna biru laut. Mereka berdua terlihat anggun dan sangat cantik. Mereka juga menggunakan perhiasan dan sepatu dengan warna yang senada dengan gaun mereka. Menjelang pukul tujuh yang merupakan waktu yang ditunjukkan di undangan mereka pun turun ke ballroom hotel yang merupakan tempat acara berlangsung.
Inka merasa sedikit canggung karena ia tak menyukai keramaian. Josh yang melihat kehadiran adik sahabatnya itu, langsung mengajak sang istri yang bernama Keila untuk menemui kedua gadis itu.
"Wahhh, ada angin apa ini, dua macan betina turun gunung?" goda Josh sambil memeluk Inka yang sudah dianggapnya sebagai adik perempuannya itu. Josh merupakan anak tunggal sehingga ia langsung menyayangi Inka sejak pertemuan mereka pertama kali. Josh juga memeluk Gianna yang juga sudah dikenalnya sejak bayi karena Gianna merupakan adik sepupunya sendiri. Inka dan Gianna hanya tertawa mendengar guyonan dari Josh.
"Kok tumben duo introvert ini mau datang ke acara beginian?" tanya Josh lagi.
"Aku diajakin sama Inka. Kalo tau ke acara kakak aku ogah ikut!" ujar Gianna sembari memeluk kakak iparnya yang berada di samping Josh. Josh menyentil dahi Gianna pelan yang membuat gadis itu cemberut. Setelah itu Josh mengenalkan Inka pada Keila istrinya.
"Om sama Tante bungsu sehatkan, Gi?" tanya Josh. Kedua orang tua Gianna menetap di Belanda, hanya Gianna yang tinggal seorang diri di Jakarta. Gianna sangat mandiri sehingga kedua orang tuanya membebaskan anak gadisnya itu hidup berjauhan dengan mereka.
"Sehat kak, mainlah ke Belanda sekalian bulan madu," ujar Gianna. Inka sendiri memilih untuk melihat ke sekelilingnya, hampir tak ada wajah yang dikenalinya. Josh dan Keila meninggalkan kedua gadis itu, untuk menyapa tamu lain yang mulai berdatangan. Seperti biasa Inka dan Gianna akan memilih tempat yang tak terlalu mencolok, hingga mereka bisa merasa lebih tenang. Gianna memilih untuk duduk di meja yang paling dekat dengan pojokan dan meja sajian sehingga dirinya dan Inka tak perlu bersusah payah untuk mengambil makanan yang mereka inginkan.
Saat sedang asyik mengobrol, tatapan Inka tak sengaja melihat ke arah pintu masuk. Tubuh Inka tiba-tiba membeku, ia merasa tubuhnya bergetar dan matanya terpaku pada seseorang.
"Di..., dia!"
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 99 Episodes
Comments
Fatisya
ga mungkin mati gaya kak kalo udah ke bali...
btw kk author smngat ...
2023-06-28
4
Nona Bucin 18294
masih nyimak hehe
2023-06-18
0
al-del
persiapkan mental mu...!
2023-06-13
1