(Jika hati sudah hitam, nafsu semakin besar, tidak akan ada kebenaran yang bisa di lihat. Kemewahan yang kau pikirkan hayalah kesensaraan yang orang lain lihat.
Tidak ada kebahagian jika sudah mendua kan tuhan)
Masih vov Mala:
Aku dan raya pun keluar dari kamar nenek raya, kami berdua pergi kekamar depan. Kamar raya sebelum pergi merantau dulu kata nenek raya.
Aku langsung masuk kedalam kamar raya, kamar ya tidak terlalu luas, namun sangat rapi.
Ada tempat tidur yang muat dua orang dan sebuah lemari kecil serta meja belajar.
Kamar raya ini bernuansa abu-abu dan ranjang ya berwarna ping. Karena terlalu lelah aku ingin berbaring sebentar,tapi dari tadi aku tidak melihat raya masuk kedalam kamarnya entah kemana dia.
Di saat aku termenung memikirkan kondisi budeku, karena kami akan pergi jika bibi nya raya pulang dari kebun. Walau hatiku ingin sekali cepat menemui bude tapi aku harus bersabar. Pikiranku entah kemana-mana dan rasa penasaranku kian bertambah setelah melihat desa ini, suara teriakan raya membuyarkan lamunanku sesaat tadi.
Entah kemana anak itu, namun aku segera bangkit dari tidur ku dan menyusul raya keluar.
Aku melihat raya ketakutan di luar rumah nenek nya, entah apa yang tadi dia lihat hingga membuat dia setakut itu.
" Raya adapaaaa?" Teriakku dari pintu dan berjalan menghampirinya.
" A...a..a..ku .Li..hat kuntil anak makan bayi merah mel, " ucap raya terbata bata dengan wajah yang pucat Pasi.
" Emang lo dari mana soh ray,katanya tadi mau istirahat eh malah hilang " ucap ku padanya.
" Aku tadi dari belankang, habis nya aku penasaran dengan suara orang makan di Blang kayak bukan manusia aja suaranya jadi aku lihat lah. Eh malah ketemu kunti " jelas raya Pahang lebar.
" Emang kamu gak pernah lihat mel?" Tanyaya padaku.
Aku bingung harus jawab apa,jika aku jawab iiya dia pasti akan makin ketakutan.
" Tidak pernah " sahut ku agar dia tengah sedikit.
" Apa mungkin mereka rindu ya sama aku, karena udah lama merantau" balas nya dan aku hadiah kan jitakan padanya.
Saat aku dan raya sedang berbicara dari jauh datang seseorang perempuan, dia terssyum kearah kami berdua. Aku melihat ke arah raya dari gelagat nya dia juga tidak kenali siapa orang itu.
Tapi ssmakin selat wanita itu, aku ssmakin jelas melihat kalau kaki perempuan itu mengambang tidak napak sama sekali, saat sudah selat dengan kami dia mengatakan sesuatu yang tidak terduga.
" Hanya orang bodoh yang mau masuk kedesa yang bahkan burung pun enggan melintas di atas nya. Semua telah terkutuk tidak ada yang tersisa" teriak nya lalu pergi melayang bahkan wajah nya yang semula hanya pucat berubah busuk dan berulat.
Wanita itu léyap seketika, hanya meyisakan kapur baris dan wangi bunga melati.
" Apa kau melihat nya?" Tanya raya.
" Mungkin dia hanya ingin meyapa ucap ku dan segera masuk kedalam rumah nenek raya.
Pukul Lima sore, bibinya raya pun pulang membawa bermacam sayuran.
" Assalamualaikum" ucap seseorang dari luar.
Aku dan raya bergegas membuka pintu karena kami sudah duga itu pasti bibinya raya.
" Waaalaikum salam" sahut kami serentak.
Kreeeet
Suara pintu pun terbuka, dan nampak lah seorang wanita paruh baya berdiri sembari meneteng bakul tempat sayur yang dia petik.
" Bibik, kok baru pulang" ucap raya sembari meyalim tangan bibinya dan akupun mengikuti nya.
" Aduh raya, udah besar dan cantik kamu nak. Mana ini dan napak mu apa mereka di dalam?" Tanya bibi raya dengan mata berkaca-kaca.
" Ayah dan ini tidak ikut bik, ayah bayak pekerjaan jadi aku pulang kesini sendirian" jawab raya.
" Ini siapa raya?"tanya bibinya raya.
" Saya teman nya raya bik, nama saya mala" ucap ku perkenalkan diri.
" Cantik teman ku nak, ayok kita masuk. Apa kalian sudah makan?" Tanya bibinya raya yang bernama Sri.
(O ya kita akan panggil bibinya raya dengan bik Sri saja.)
" Belum bik, soal nya kami berdua takut kedapur" ucap raya bada bik Sri.
" Kenapa takut?" Tanya bik Sri.
" Karena tadi aku lihat kunti didapaur bik" sahut raya dan bibik Sri terkejut mendengar hal itu.
" Raya, mala. Bibik mau bilang sama kalian berdua." Ucap bik Sri dengan wajah tegang.
" Ada apa bik" tanya raya pada bik Sri.
" Seharusnya kamu Jahan kembali kedesa ini lagi nak, tapi karena kamu telah telanjur masuk jadi bibik ingin kalian berdua Jahan cari tau apapun tentang desa ini" bik Sri pun menarik napas sejenak lalu melanjutkan ucapan nya lagi.
" Karena jika kalian diam dan tidak ikut campur, mungkin bibik bisa bantu kalian keluar dari sini. Dan besok kalian harus pulang" tambahnya lagi.
" Tapi kenapa bik? Ada pa sampai kami harus pulang, dan lagi pula mala juga datang kesini untuk merawat bude nya bik" ucap raya pada bibik nya.
" Kamu tidak perlu tau raya, bibik mohon tolong patuhi perintah bibik, dan mala nanti setelah makan kita akan menemui bude mu" jelas bik Sri dan pergi kebelakang meninggalkan kami berdua yang kini punuh tanda tanya.
Tak terasa kini kami telah seselai makan, dan tidak ada obrolan sepanjang makan tadi. Kini aku, raya dan bik Sri keluar untuk mengantarku menemui budeku yang katanya rumah nya selat dengan phôn beringin.
Tak jauh kami berjalan, terlihat lah rumah yang begitu newah. Rumah itu begitu mencolok antara rumah warga yang lainnya.
Aku merasa aneh karena rumah budeku begitu megah, karena setahuku budeku bahkan tidak memiliki tanah yang luas di Kampung ini.
Dan budeku pernah bercerita kalau dia dan suaminya hanya punya setapak tanah tempat rumah mereka di bangun, makanya budeku bekerja dirumah ku untuk merawat suaminya yang dulu Sakit keras.
Rumah itu terlihat begitu suram, bahkan aku merinding ketika menginjakkan kaki di halaman rumah budeku.
Hawa nya begitu panas dan rumah itu begitu sepi.
" Bik Sri mengetuk rumah bude berapa kali, dan baru di bukan pintu oleh seorang wanita tua yang sudah bungkuk waktu dia berjalan.
" Nek Lastri, Bu Nuraini ada didalam? Ini keponakanya datang dari kota" jelas Bik Sri.
" Ada sri, nyoya ada di kamar. Mari saya antar" ucap lastri dan berjalan memandu mereka .
Saat ini kami tiba di depan kamar bude kata nek lastri,dan saat pintu kamar di buka, bau busuk seperti Bangkai tercium pekat, bercampur dengan aroma dupa dan kembang kantil.
Aku merinding seketika mencium aroma tersebut, tapi demi bertemu bude aku mantap kan hatiku apapun yang terjadi nanti.
Kami pun masuk kedalam kamar bude, dan betapa terkejut nya aku saat melihat seorang perempuan tengah berbaring di atas kasur dengan badan yang memburu di penuhi nanah dan borok.
Serta bayak belatung di setiap luka di tubuh nya.
Jagan lupa tinggalkan jejak teman-teman 🙏😁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
Wina Yuliani
Hadeuh sdh mulai bikin penasaran nih 😅
2023-07-22
1
Yuna Butiran Debu
kelanjutan episode 6 mn kk
2023-06-02
0