" Neng,saya hanya bisa antar kalian sampai gerbang saja. Seterusnya kalian akan jalan kaki dan ingat pesan saya tadi jika ingin baik-baik saja" ucap bang Bejo pada kami.
" Baik bang,berapa ongkosnya" tanyaku pada bang Bejo.
" Tidak perlu di bayar,cukup kalian keluar dari sini dengan selamat sudah cukup untuk ku" balas bang Bejo lagi.
Aneh, tapi aku juga merasa ada yang aneh dengan desa kelahiran ku ini,bukan tambah maju malah seperti desa mati batinku.
" Ya sudah terimakasih bang " ucap ku kemudiannya dia pamit dan pergi.
Aku dan mala berjalan memasuki gerbang desa kembang kantil,baru masuk saja hawa nya sudah tidak enak terasa,aku heran dengan mala dari tadi Betah banget dia diam saja hingga mengundang kebosanan tiada Tara.
" Mel Lo gak lagi puasa diam kan? Seharusnya dalam keadaan seperti ini Lo itu ajak gua bicara kek,ini hanya diam saja" omel ku pada teman baru ku ini.
" Sorry Ray,aku gak suka dengan hawa desa ini panas dingin campur jadi satu,tapi yang paling menonjol adalah rumah warga desa ini. Sebagian rumah nya seperti biasa rapi dan bersih dan sebagian rumahnya kayak gak keurus seperti terbengkalai. Dan coba Lo perhatikan kenapa semua warganya kulit nya pucat ya" jelas mala, ternyata dia dari tadi memperhatikan desa ini.
" Iya juga ya,tapi ngomong-ngomong rumah bude Lo yang mana?" Tanya ku padanya.
" Aku juga gak tau,gimana kalo aku kerumah nenek kamu dulu,baru nanti kerumah budeku" saran mala.
" Oke gak masalah" ucap ku padanya.
Mala ini adalah perempuan pendiam rambut nya lurus dan dia mekai kaca mata,kulit mala putih dan hidung nya mancung. Sempurna jika dia melepaskan kaca matanya pasti cantik banget batin ku.
Tak berapa lama akhirnya aku sampai didepan rumah nenekku,rumah yang masih gaya jaman dulu rumah panggung, tapi kenapa rumah nenek kok sepi banget.
Aku pun mendekati pintu rumah dan mengucapkan salam.
" Assalamualaikum,nek ini raya pulang nek" ucap ku agak keras.
Tapi tidak ada yang membukan pintu rumah,kemana semua orang. Aku terus mengetuk pintu hingga seseorang yang aku kenali datang menghampiriku.
" Eh kamu raya bukan?, cucunya nya nenek marni" Tanya nya, dia adalah tetanga samping rumah nenekku.
" Iya bik,nenek kemana ya Bik? " Tanyaku balik.
" Nenek Marni ada didalam,nenek Marni sudah lama sakit hanya bisa duduk saja sekarang" jelas tetangga ku itu.
" Makasih ya Bik atas infonya,kalo bibi ku di mana ya Bik, kok gak kelihatan?" Tanya ku lagi.
" Kalo si Sri,dia biasanya di kebun" jawab nya,kemudian dia pamit undur diri dan meninggalkan aku dan mala saja.
Aku pun mengajak mala masuk kerumah nenek yang teryata tidak di kunci.
Sebelum melangkah masuk aku tersentak dengan perkataan mala yang aneh kurasa.
" Untung dia manusia" ucap nya pelan namun masih mampu ku dengar.
"Maksud nya Mel?" Tanyaku.
" Ayok kita masuk dulu,nanti aku jelaskan di dalam" ujar nya lagi.
Aku dan mala pun lasung masuk kedalam rumah nenekku di sana ada dua kamar,aku memeriksa setiap kamar untuk nencari diamana nenek ku tidur.
"Nek..." Panggilku.
Namun tak ada jawaban.
Setelah memeriksa kamar depan,aku pun lasung melangkah kekamar belakang sebab aku tak menemui keberadaan nenek ku disana.
Tiba dikamar belakang,aku mencoba memanggil nenek ku lagi, Namun kali ini nenek ku sendiri yang keluar dari kamar.
" Nek.. nenek" panggilku lagi.
" Ada apa toh raya, dari tadi berisik saja. Lagi pula kenapa kamu harus pulang" sentak ya.
Aku tak pernah melihat nenekku seperti ini, biasanya dia lemah lembut tak pernah meninggikan suaranya walaupun aku melakukan
Kesalahan.
" Kenapa nenek bilang begitu?" Tanya ku dengan suara serak karena menahan tangis atas perkataan nenekku tadi.
Aku mendogak kan kepala ku melihat nenekku masih berdiri disitu,tapi kata tetangga ku tadi nenek tak bisa berdiri lagi terus ini kenapa bisa? Batinku berkecamuk dengan apa yang sedang kulihat.
Nenekku berdiri di depan pintu kamar nya,tapi wajah nya pucat dan perlahan darah keluar dari kepala nya begitu banyak. Aku tercengang dengan apa yang sedang ku saksikan ingin rasanya teriak dan berlari namun badahku seperti beku saat ini.
Perlahan kepala nenekku patah dan darah nya menguncur keluar hingga mengenai wajah ku.
Kepala nenek mengeliding di bawah kaki ku dan dia meyeringai dengan wajah yang penuh darah.
" Kalian sudah datang,maka tak akan bisa keluar hi hi hi..." Ucap kepala nenek ku yang kini masih di bawah kaki ku.
Sebuah tangan memengang bahuku, rasanya ingin pingan namun kenapa gak bisa,air mataku terus saja mengalir baru datang kedesa ini lagi kenapa aku rasanya seperti masuk kedesa lembut saja.
" Ray..... Rayaaa" panggil mala dan seketika tubuh ku yang kamu kembali normal.
" Malaaa, lo dari mana aja? Lihat mel nenekku kepala ya patah " ucap ku panik.
" Hahh, lo kenapa raya? Aku yang seharus nya bertanya kenapa lo dari tadi berdiri saja disini! Kenapa gak masuk kekamar nenek lo?" Tanyaya bikin aku bingung.
Lalu aku melihat kebawah kaki ku memang betul tidak ada apa- apa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments