Muka Penuh Coretan

Adi yang berada di kantor langsung bergegas pulang ke rumah, Bik Asri telah menghubunginya memberitahu kalau Ray dan Icha bertengkar.

Adi awalnya menyalahkan Ray, karena waktunya masih belajar di sekolah tetapi sudah berada di rumah. Saat Ray mengatakan kalau Icha membentak Bik Asri, Adi baru percaya kalau Ray tidak bersalah.

Ray langsung pergi begitu saja, dia sangat kesal dengan Papahnya.

Setelah Ray pergi kini giliran Icha yang harus meminta maaf, Icha menolak permintaan Adi. "Keluar dari rumah ini, kalau kamu tidak mau meminta maaf," ucapnya.

Dengan malas Icha langsung berjalan ke arah Bik Asri, dan terpaksa meminta maaf. Adi menyuruh Icha mengulang sampai tiga kali, karena terlihat sangat tidak ikhlas.

"Lain kali jangan diulang! lebih baik aku kehilangan kamu dari pada Ray dan Bik Asri," ucap Adi berlalu pergi masuk ke dalam kamarnya.

Icha menyalahkan Bik Asri, menurutnya Bik Asri yang sudah membuat keributan keluarga Suhendra ini. Bik Asri hanya diam, beliau tidak meladeni ucapan Icha.

###

Sampai di sekolah Ray harus menerima hukuman dari gurunya, karena terlambat masuk ke kelas. Waktu dia pulang mengambil buku hanya diberikan waktu dua puluh menit, tetapi Ray hampir satu jam belum juga datang alhasil sekarang harus menerima hukuman.

"Kita kerjain culun yuk," ucap Siska saat mengetahui Ray sedang dihukum.

"Siapa takut," sahut Maura.

"Mumpung Ray dihukum, jadi gak ada yang belain," ucap Cika.

Mereka bertiga langsung menuju ke tempat Diana duduk. Maura langsung memainkan rambut Diana, Siska mengambil kacamatanya, sedangkan Cika mencoret-coret buku tugas Diana.

"Hentikan! apa salah ku, kenapa kalian jahat," ucap Diana.

"Salah kamu, dekat dengan Ray! kamu tau Ray itu cowok tertampan di sekolah ini," ujar Siska sembari mencoret muka Diana menggunakan spidol.

Diana hanya pasrah, sebenarnya dia hendak membalas tetapi teringat nasihat Mamah Airin. Jangan membalas perbuatan orang yang jahat sama kita, kalau kita membalas berati kita sama jahatnya dengan mereka.

Kata-kata itu selalu terngiang di ingatannya, Diana mudah merekam semua nasihat yang diberikan oleh Mamah Airin untuknya.

Rambut Diana ditarik-tarik oleh Siska, tetapi dia menahan rasa perih hingga meringis kesakitan. Mereka baru berhenti menyiksa Diana, setelah Diana merasa sakit. Teman di kelas yang lain hanya melihat karena takut dengan Siska, Maura dan Cika.

Siska adalah anak salah satu penanam saham di sekolah ini, jadi dia selalu berbuat seenaknya. Bahkan banyak siswa yang takut dengannya, karena takut dikeluarkan dari sekolah. Saat Siska menyuruh melakukan apapun pasti siswa akan menurut.

Bu Mirna datang dan mengetahui semua perlakuan Siska, beliau lalu membantu Diana merapikan rambutnya dan memasang kaca matanya. Tak lupa Bu Mirna juga melaporkan kejadian ini kepada kepala sekolah, agar diberikan bimbingan dan hukuman.

Jam istirahat tiba, Ray baru selesai dihukum. Saat masuk kelas dan melihat Diana habis menangis dengan mata lebam membuat dia merasa kasihan. Ray menanyakan apa yang terjadi, tetapi Diana tidak mau menjawab.

Ray bertanya pada teman yang lainnya, belum sempat mendapatkan jawaban Bu Mirna menyuruh Siska menemui kepala sekolah.

Di ruang sekolah Siska diberikan berbagai pertanyaan, tetapi dia tidak menjawab dengan jujur. Padahal sudah terlihat jelas oleh Bu Mirna, kalau dirinya sudah berbuat tidak baik kepada Diana.

"Baiklah kalau kamu tidak mau mengakui kesalahanmu, pihak sekolah akan mengembalikan saham milik orang tua kamu," ujar kepala sekolah.

"Saham Papah 50% memang pihak sekolah mampu? balikin dari mana," ujar Siska.

Kepala sekolah menjelaskan pada Siska kalau banyak sekali orang tua siswa yang ingin menanam saham di sekolah, bahkan pihak luar juga banyak. Menurut kepala sekolah sangat mudah mengembalikan saham itu, jadi orang tua Siska tidak perlu khawatir.

Siska hanya bisa diam, karena kalau sampai dikembalikan orang tuanya bisa marah besar dengannya.

"Mulai sekarang pihak sekolah meminta agar kamu merubah sikap, kalau sampai kamu berbuat seperti itu lagi saham kami pindah tangankan," jelas kepala sekolah.

"Tapi, Pak! saya tidak salah," kata Siska.

Kepala sekolah kemudian menyuruh Siska kembali ke kelas dan melanjutkan belajar bersama guru di kelas.

Maura dan Cika sudah menunggu kedatangan Siska didepan kelas, untuk menanyakan kenapa Siska dipanggil ke ruang kepala sekolah.

"Siska, kenapa kamu dipanggil kepala sekolah?" tanya Maura.

"Gara-gara Bu Mirna melihat kita ngerjain culun, jadi gini kan! sampai saham Papah mau dikembalikan," ujar Siska.

"Itu masih mending, dari pada kita yang di do," sahut Cika.

Mereka bertiga membuat rencana buruk lagi, kali ini sasarannya Bu Mirna. Dengan berbisik-bisik mereka merencanakan sesuatu.

Ray mendatangi mereka, lalu menggebrak meja membuat ketiga anak itu kaget. "Apa yang kalian lakukan tadi sama Diana? jawab!" bentaknya.

"Lu, gak usah ikut campur! sana pergi," kata Siska berdiri lalu mendorong tubuh Ray sampai mundur beberapa langkah.

Ray menatap sengit Siska, kemudian kembali duduk disebelah Diana.

"Galen, jangan ganggu mereka! aku baik-baik saja kok," ucap Diana menenangkan.

Ray meminta nanti saat pulang sekolah Diana ikut dengannya, Ray ingin mengajak ke suatu tempat. Diana menolak karena baru kemarin dia mengenal Ray, dia juga takut membuat Ray malu didepan teman-temannya karena penampilan Diana yang culun.

Walaupun Ray mengatakan tidak mempermasalahkan penampilannya, tetapi Diana merasa tidak enak.

"Aku nanti dijemput Papah, lain kali saja ya," ujar Diana.

"Diana, please! aku butuh teman saat ini," kata Ray.

Diana tersenyum dan mengatakan kalau Mamahnya tidak mengizinkan Diana pergi berdua dengan seorang laki-laki, maupun itu temannya sendiri.

Pulang sekolah Diana dijemput Papah Edo, tetapi Diana tidak diantar pulang lebih dulu. Padahal Diana sudah merengek untuk diantarkan pulang ke rumah, Papah Edo saat ini banyak kerjaan.

"Pah, kenapa mesti ke kantor Papah dulu! Diana capek di sana tidak ada teman mengobrol," ucap Diana.

"Papah ada meeting, sayang! bentar kok tidak lama," ujar Papah Edo sembari menjalankan mobilnya menuju ke kantor.

Papah Edo baru menyadari kalau muka putrinya penuh dengan coretan spidol, karena yang digunakan spidol permanen jadi sulit untuk dihilangkan.

"Diana, muka kamu kenapa? rambut kamu juga," kata Papah Edo menggelengkan kepalanya.

Diana berbohong kepada Papahnya, dia mengatakan kalau tadi habis main tebak-tebakan siapa yang kalah akan dicoret mukanya.

Sampai di kantor, Diana menunggu Papahnya meeting. Dia pergi ke kantin untuk makan siang lebih dulu, perutnya sudah mulai lapar.

Padahal saat ini Mamah Airin sedang menyiapkan makanan untuk Diana, biasanya pulang sekolah Diana langsung menuju ke ruang makan.

Suara ketukan pintu menghentikan aktivitasnya, dia mengira Diana sudah pulang lalu bergegas membuka pintu. Ternyata bukan Diana yang datang, Mamah Airin mempersilakan tamu itu masuk ke dalam rumah.

Terpopuler

Comments

༅⃟🥂ALINA_12࿐✅

༅⃟🥂ALINA_12࿐✅

Mentang" horang kaya jadi sombong dan bnyak tingkah

2023-10-29

1

༅⃟🥂ALINA_12࿐✅

༅⃟🥂ALINA_12࿐✅

Ray yg ga mau deket dengan kalian, orang lain yg di salahkan

2023-10-29

1

༅⃟🥂ALINA_12࿐✅

༅⃟🥂ALINA_12࿐✅

Lha habis dari mana itu, lama amat ambil buku

2023-10-29

1

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 63 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!