Geeky Girl

Geeky Girl

Menjadi Murid Baru

Tepat pukul 07.00 pagi gadis cantik bernama Diana sarasvati masih tidur dengan pulas, suasana kamar tidur yang begitu berantakan membuatnya nyaman. Selimut dan guling jatuh di lantai, posisi tidur gadis itu kaki berada di atas ranjang sedangkan kepala berada di lantai yang beralaskan karpet berbulu dengan warna pink kesukaannya.

Anak dari pasangan Edo dan Airin sarasvati memang mempunyai sikap yang agak lain dari gadis pada umumnya, apapun kondisi anak tentunya kedua orang tuanya sangat menyayangi. Papah Edo sangat memanjakan Diana, berbeda dengan Mamah Airin yang selalu marah karena ulah Diana.

"Lama sekali dandannya! terlambat masuk sekolah nanti, sayang," ucap Papah Edo ketika melihat putri cantiknya hendak sarapan pagi.

Papah Edo sudah menyiapkan satu potong roti tawar dengan selai cokelat kesukaan Diana dan segelas susu, sedangkan Mamah Airin sedang membuat kopi untuknya.

"Gimana Pah penampilan Diana? cantik kan," ucap Diana dengan rambut diikat dua dan menggunakan kaca mata besarnya.

Papah Edo menahan tawa ketika melihat putri semata wayangnya berputar-putar selayaknya seorang model. "Sayang, jangan berpenampilan seperti itu! kamu siswa baru, bagaimana kalau ada yang mengejek," ujar Papah Edo.

"Diana!" teriak Mamah Airin.

Gadis itu menutup kedua telinganya, karena Mamah Airin berteriak dengan kencang. Airin meminta putrinya untuk merubah penampilannya, tetapi Diana lebih nyaman berpenampilan seperti saat ini.

"Sudah dong, sayang! biarkan Diana sarapan dulu, dia nanti bisa terlambat," ujar Papah Edo tidak terima putrinya kena omel.

"Papah, jangan belain anak nakal ini dong! awas nanti malam gak ada jatah," ucap Airin meletakkan secangkir kopi di meja depan Papah Edo duduk.

"Kaya anak kecil aja! emang Papah gak punya duit, kan kerja! masa minta jatah ke Mamah," ucap Diana dengan polosnya.

"Papah Edo melotot ke arah istrinya, karena sudah berbicara yang tidak didepan Diana. Beliau juga langsung menyuruh Diana untuk sarapan, agar tidak terlambat.

"Oke, Papah!" ucap Diana mengacungkan ibu jarinya ke arah Papah Edo.

Airin hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah putrinya, rasanya hampir gila menghadapi sang putri akhir-akhir ini.

Dulu sebelum berpindah rumah Diana adalah anak yang penurut, tetapi karena bentuk protes pada sang Mamah ia menjadi seperti sekarang.

Diana berangkat ke sekolah diantar oleh Papah Edo, sekalian beliau juga hendak berangkat ke kantor.

"Stop.... Papah! Diana turun disini saja," ujar gadis berpenampilan culun itu.

"Sekolah kamu masih jauh! masa disini," ucap Papah Edo menatap putrinya.

"Lima langkah lagi juga sampai, Pah! dekat kok," ucap Diana kemudian turun dari dalam mobil.

Papah Edo mengikuti Diana yang berjalan kaki dengan mobilnya, ia melajukan dengan pelan. Diana berteriak menyuruh Papahnya segera pergi, karena sudah sampai didepan sekolahan.

Diana lalu mencari dimana kelasnya berasa, untung saja bertemu seorang guru yang merupakan wali kelasnya.

Ibu Mirna namanya, kebetulan sekali Bu Mirna ini yang mengajar di kelas Diana. Bu guru cantik ini mengajak Diana untuk masuk ke dalam kelas, beliau menyuruh Diana untuk memperkenalkan diri.

Semua teman baru Diana menertawakan penampilan Diana, yang dianggap berbeda. Ada juga yang menolak duduk dengan Diana namanya Siska, gadis paling cantik satu sekolah.

"Diana, sini duduk disebelah ku," ujar Galen ray suhendra siswa paling tampan dan pintar di kelas itu yang kerap disapa Ray.

"Apa! gue yang lama ingin duduk disebelah Ray selalu ditolak, kenapa si culun malah diajak duduk. Kurang cantik apa gue," kata Siska.

Diana meletakkan tasnya di kursi sebelah Ray yang kosong, lalu ia duduk dengan rasa malunya karena baru sekali ini dia duduk disamping laki-laki.

"Kenapa melihat seperti itu! biasanya cewek di sini berebut duduk disebelah ku," kata Ray ternyata sadar ketika dilihat oleh Diana.

"Gak papa, Ray," ucap Diana.

Khusus untuk Diana, dia tidak mau dipanggil dengan sebutan Ray. Ray meminta Diana memanggilnya Galen, agar berbeda dengan yang lain. Diana meminta maaf lalu memanggilnya dengan sebutan Galen.

Selesai acara perkenalan diri siswa baru, Ibu guru melanjutkan mengajarnya.

"Diana, apa kamu sudah paham dengan penjelasan Ibu tadi? kalau sudah tolong maju ke depan dan kerjakan soal ini di papan tulis," ucap Ibu guru.

"Baik, Bu," kata Diana kemudian maju ke arah papan tulis.

"PD amat ya! padahal belum tentu bisa," sinis Maura salah satu teman Siska.

"Murid baru saja udah belagu," sahut Cika.

"Kita lihat saja! bisa tidak itu si culun," kata Siska.

Diana memang gadis yang pandai, dalam hal pelajaran dia tidak pernah main-main. Walaupun terlihat culun tetapi kepandaiannya tidak bisa diragukan lagi, dengan cepat ia bisa mengerjakan soal yang diberikan oleh Ibu guru.

Bu guru mulai meneliti apa yang dikerjakan oleh Diana, ternyata jawabannya benar semua.

"Diana, kamu pintar juga," ucap Ray memuji Diana.

"Kebetulan saja tadi," ucap Diana walaupun pandai dia tidak pernah sombong.

Jam istirahat tiba, semua siswa pergi ke kantin tetapi tidak dengan Diana. Ia lebih memilih membaca buku didalam kelas.

"Culun, lagi apa lu? jangan sok pinter ya di kelas ini," ujar Siska merebut buku yang dibaca oleh Diana.

Ray datang dan mengambil buku dari tangan Siska, lalu mengembalikan pada Diana. Tak terima dengan pembelaan Ray, muka Diana disiram dengan air mineral oleh Maura.

Cika menarik rambut basah Diana yang tersiram oleh air, membuat penampilan Diana acak-acakan.

"Hentikan!" bentak Ray.

"Jangan ikut campur lu! atau culun ini gue siksa," ujar Siska.

"Dia punya nama! perbuatan kalian sudah keterlaluan," ucap Ray.

"Galen, aku tidak papa kok," ucap Diana.

Ray langsung menarik tangan Diana keluar dari dalam kelas, dia menyuruh Diana untuk mengelap rambutnya dengan handuk yang ada didalam mobilnya. Tanpa banyak bicara Ray juga membantu Diana merapikan rambutnya, setelah selesai dia meninggalkan Diana yang masih mematung di dekat mobil.

"Galen, tunggu!" teriak Diana membuat Ray menghentikan langkahnya, setelah Diana mendekat Ray melanjutkan jalannya tanpa bicara sepatah kata pun.

"Galen, terimakasih sudah membantuku," ucap Diana.

"Hmm," Ray hanya berdehem tanpa berbicara.

Diana hendak masuk ke dalam kelas lebih dulu, tetapi Ray menghalangi. "Tunggu disini sebentar, aku ambil buku," ucapnya.

Diana tidak mendengarkan ucapan Ray, dia langsung masuk ke dalam kelas dan duduk di kursi yang dia gunakan tadi.

"Kenapa kamu tidak menunggu ku," ucap Ray sembari memeriksa kursi yang dia duduki.

"Aku takut Bu guru datang," ucap Diana.

Diana hendak berdiri dari duduknya, tetapi kursi yang dia duduki ikut menempel di pantatnya. Ia hendak mengatakan pada Ray tapi malu.

Terpopuler

Comments

Andariya 💖

Andariya 💖

kasihan diana😍

2023-11-21

2

㊍㊍ 𝘔𝘌𝘠𝓑𝓤𝓡𝓞𝓝✅

㊍㊍ 𝘔𝘌𝘠𝓑𝓤𝓡𝓞𝓝✅

kalau aku ya, selimut entah di mana, dan kadang bantal kepala sudah gak tau di mana dan posisi tidur seperti jarum jam berputar kayaknya lebih parah posisi tidur ku deh/Curse/

2023-10-29

1

Oh Dewi

Oh Dewi

Mampir ah...
Sekalian rekomen buat yang kesusahan nyari novel yang seru dan bagus, mending coba baca yang judulnya Korban Perasaan

2023-10-06

2

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 63 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!