"Diana!" teriak Airin saat melihat Diana menggoreng daging Ayam dengan cara dilempar, untung saja minyaknya tidak mengenai muka putrinya.
"Mamah, ngagetin aja," ucap Diana sembari memegang dadanya.
Maksud Airin itu sebenernya baik, berhubung anaknya sudah besar dan belum bisa memasak ia bermaksud untuk mengajarinya walaupun caranya harus ngambek dulu. Karena Diana tidak akan mau disuruh tanpa alasan.
Papah Edo ikut ke dapur, beliau ingin membantu putrinya untuk menggoreng ayam tetapi bola mata sang istri sudah melotot ke arahnya.
"Pah, gak ada niat bantuin putri Papah yang cantik ini ya," kata Diana.
Papah Edo memberikan isyarat agar Diana menoleh ke arah Mamahnya, yang saat ini sedang berdiri didekatnya.
Drama menggoreng ikan pun selesai, walaupun agak gosong tetapi masih enak dimakan. Airin dengan lahap memakan ayam goreng buatan anaknya, dia juga memuji kalau enak.
****
Galen Ray Suhendra.
Ray baru pulang dari rumah Diana tadi langsung merebahkan tubuhnya di sofa, dia merasa sangat lelah.
"Ray, kamu baru pulang? kemana saja tadi," ucap Mamah Icha.
"Bukan urusan, Tante," kata Ray mengambil tasnya kemudian masuk ke dalam kamar.
Mamah Icha tersenyum mendengar ucapan Ray, sembari menatap Ray berjalan ke kamarnya.
"Sayang, kamu gak papa kan," ucap Papah Adi.
"Gak kok, Mas! anak Mas aja yang gak tau diuntung," ujar Mamah Icha.
Adi kemudian menasehati istrinya agar lebih sabar dalam menghadapi Ray, sebenarnya Ray itu anak yang baik selalu menghormati orang tua. Tapi semenjak Mamah kandungnya pergi meninggalkan dirinya, dia selalu merasa tidak nyaman berada di rumah.
Selesai menasehati sang istri, giliran Ray yang akan beliau nasehati. Adi berjalan menuju kamar putra semata wayangnya, dia membuka kamar itu terlihat Ray baru selesai mengganti bajunya.
"Ray, Papah ingin bicara sebentar," ucap Adi duduk di tepi ranjang milik Ray.
"Tinggal bicara, Pah! Ray dengerin," kata Ray sembari membuka buku pelajaran.
Adi menasehati Ray agar lebih sopan kepada Icha, bagaimanapun Icha adalah ibu sambungnya yang nanti akan menjaga Ray dan Papahnya.
Ray menolak permintaan Papahnya, bagaimana bisa wanita yang seumuran dengannya menjadi ibu sambung.
"Ingat, Pah! Mamah Ray hanya Mamah Reni, tidak ada yang bisa mengantikan posisi Mamah Reni," ujar Ray. Papah juga kenapa menikahi wanita gak jelas itu," Lanjutnya.
Dalam hati Adi merasa sakit mendengar ucapan putranya, dia sebenarnya hanya ingin menolong Icha. Icha yang dihamili oleh adik kandung Adi, dan tidak mau bertanggung jawab. Rama tidak mau bertanggung jawab karena tidak yakin dengan anak yang dikandung Icha, tetapi keluarga Icha terus menuntut.
Rama saat ini kabur keluar negeri, dengan terpaksa Adi yang menggantikan adiknya tanpa sepengetahuan Mamah Reni.
Mamah Reni awalnya tidak mengetahui hal ini, tetapi banyak tetangga yang menyindir dan membuatnya malu. Tanpa mengetahui masalahnya dengan jelas Mamah Reni juga pergi meninggalkan Ray dan Papahnya.
Walaupun mereka hidup satu rumah tetapi berbeda kamar, Papah Adi tidak mau menyentuh Icha sama sekali. Sekarang justru Icha yang ingin diperlakukan lebih, layaknya suami istri.
Papah Adi masih sangat mencintai Mamah Reni, jadi dia tidak akan berbuat macam-macam. Soal panggilan sayang tadi, karena Icha yang memaksa .
"Ray, Papah sudah cukup pusing memikirkan semua ini! jadi tolong kamu sabar dulu ya," ujar Adi.
"Wanita itu hamil anak Om Rama, jadi bukan anak Papah! bukan tanggung jawab Papah, Ray mau cari Mamah," ucap Ray mengambil jaket lalu bergegas keluar dari kamar.
Diam-diam Icha mendengarkan pembicaraan mereka, membuatnya sangat senang karena Adi ternyata membelanya.
"Mas, maafkan Icha! Gara-gara Icha keluarga Mas, jadi berantakan," kata Icha.
"Semua sudah terlanjur," kata Adi kemudian masuk ke dalam ruang kerjanya. Adi merenungi nasibnya, dulu keluarga yang begitu penuh dengan kebahagiaan kini hancur sudah. Kini harta yang dia miliki tidak berguna, karena kebahagiaan hill sudah.
Percuma hidup bergelimang harta, tetapi tidak mempunyai kebahagiaan sedikit pun. Istri yang dia cintai pergi entah kemana, sedang anak satu-satunya telah membencinya.
Icha masuk kedalam kamar, dia berjoget-joget senang karena usaha untuk menguasai harta keluarga Adi semakin cepat.
Seandainya Rama yang menikahinya belum tentu dia akan hidup berkecukupan, karena Rama masih suka menghambur-hamburkan uang.
Keesokan harinya Icha sudah menyiapkan sarapan untuk Papah Adi dan Ray, dia menghidangkan segelas susu dan sepiring nasi goreng.
"Bik, ini siapa yang bikin?" tanya Ray saat berada diruang makan, kebetulan Icha baru memanggil Adi untuk sarapan pagi. Jadi Ray bertanya dulu pada Bik Asri.
"Bibi lah, Den! paling Nyonya menghidangkan saja, terus bilang buatannya," ucap Bik Asri.
Ray tersenyum lalu memakan dengan lahap, kalau yang membuat makanan Icha Ray tidak pernah sarapan di rumah. Bik Asri juga memberikan kode pada Ray, makanan itu buatannya atau bukan.
"Masakan Mamah gimana, Ray? enak kan," ucap Icha.
Ray langsung menghabiskan segelas susunya, kemudian berpamitan pada Papahnya dan berangkat ke sekolah.
"Makan, Mas," ucap Icha merasa kesal karena sudah diabaikan oleh Ray.
Papah Adi mengatakan kalau Icha harus sabar menghadapi Ray, wajar kalau Ray belum bisa menerimanya sebagai ibu sambungnya.
Papah Adi kemudian berpamitan ke kantor, karena pekerjaannya juga banyak.
"Semua sudah pergi! aku bisa santai," ucap Icha dalam hati kemudian menonton televisi sambil memakan camilan.
Bik Asri mengingatkan Icha agar banyak melakukan aktivitas, karena kehamilannya sudah tua. Sehari-hari Icha hanya menonton televisi sembari makan, sehingga perutnya tampak membesar dengan cepat.
"Bik, jangan bawel dong! yang penting Bibi kerja dapat gaji! bereskan," ucap Icha.
"Saya hanya mengingatkan, Nyonya! mau dipakai atau gak ya monggo," ucap Bik Asri.
"Cepat lanjutkan kerja!" bentak Icha.
Kebetulan Ray datang dan menyaksikan semua kejadian itu, tetapi Icha mengatakan kalau tadi hanya pura-pura karena meniru gaya di televisi yang dia tonton.
Ray marah kepada Icha karena sudah berlaku tidak sopan pada Bibi kesayangannya, Bik Asri sudah puluhan tahun kerja dengan keluarga Suhendra.
"Aden, kenapa pulang! ini waktunya masih sekolah, jangan kecewakan Nyonya Reni," ujar Bik Asri.
"Buku Ray ketinggalan, Bik! Ray tidak akan pernah mengecewakan Mamah, Bibi tenang aja," ucap Ray menenangkan.
Ray masih melotot ke arah Icha, sehingga membuat Icha takut untuk berulah lagi.
Icha berdiri dari duduknya, dia hendak pergi ke kamar tetapi jalannya terhalang oleh Ray yang mematung di tempat itu.
"Minggir!" bentak Icha.
"Lupa ini rumah siapa?" tanya Ray.
Terjadilah pertengkaran antara keduanya, sehingga membuat rumah yang tadinya sepi menjadi ramai. Bik Asri bingung bagaimana melerai mereka, keduanya tidak ada yang mau mengalah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Andariya 💖
keren ray, ini icah ingin menguasai harta mu🤭🤭🤭
2023-11-22
1
Icha tidak tau diuntung, sudah ditolong masih juga menginginkan lebih, emang ya, sifat serakah itu selalu mengiringi orang" yang kurang bersyukur
2023-09-28
2
harta tidak sepenuhnya bisa membuat kita hidup bahagia, keluarga yang hangat, itulah yang paling utama
2023-09-28
1