Ray melirik ke arah Diana yang nampak tidak nyaman saat duduk, dia menyuruh Diana untuk berdiri. Dengan rasa malu Diana berusaha berdiri, tetapi kursinya masih menempel. Ray menahan tawanya, lalu membantu Diana.
"Lain kali perhatikan dulu kalau mau duduk, merepotkan saja," kata Ray.
Karena sulit dibersihkan Ray pergi ke UKS meminta minyak kayu putih, dan digunakan untuk membersihkan permen karet yang menempel di kursi.
"Ini bersihkan sendiri! masa aku yang pegang rok kamu," ujar Ray.
Diana membersihkan sendiri permen karet yang menempel pada roknya, hingga kursi bisa dilepas. Ray membantu membersihkan sisa permen karet yang ada di kursi, setelah bersih Ray menyuruh Diana untuk mengembalikan minyak ke UKS.
Bel pulang sekolah telah berbunyi, semua siswa satu-persatu meninggalkan sekolah. Diana pulang paling akhir, karena menyerahkan surat perpindahannya lebih dulu.
"Diana, apa kamu yakin pindah ke sekolah ini," ucap kepala sekolah.
"Yakin, Pak," ucap Diana tersenyum.
Diana sejak sekolah menengah sudah tiga kali pindah, karena ada suatu hal yang membuat dia tidak betah di sekolah yang dulu. Dia juga merasa kasihan dengan orang tuanya, selalu dipanggil ke sekolah.
Sesudah menerima surat pindah dari Diana, kepala sekolah memperbolehkan pulang. Hari juga sudah menjelang sore, takutnya orang tuanya mencari.
Diana sengaja pulang dari sekolah berjalan kaki, padahal tadi Papahnya sudah berpesan agar memberitahu kalau sudah pulang sekolah.
Tiba-tiba sebuah mobil berhenti didepannya, sehingga membuat Diana menghentikan langkah kakinya. Seorang yang dia baru kenal menawarkan diri hendak mengantarkan pulang, tetapi Diana menolaknya dengan alasan rumahnya dekat.
Ray tetap memaksa Diana, karena tidak tega melihat Diana yang berpenampilan culun rambutnya berantakan.
"Jangan menolak! kalau ada orang jahat gimana? mikir," ujar Ray sembari menarik tangan Diana.
Diana hanya bisa pasrah sembari menatap Ray, perlakuan Ray membuatnya ingin mengatakan kebenaran yang dia sembunyikan. Ray begitu tulus membantunya, bahkan teman-teman lainnya hanya diam saat Siska, Maura dan Cika menghinanya.
"Mana rumah kamu?" tanya Ray sembari fokus menyetir mobil.
"Perempatan depan belok kira, rumah yang catnya warna kuning," jawab Diana.
Ray langsung melajukan mobilnya dengan kencang, dan berhenti didepan rumah yang ditunjukkan oleh Diana.
Kebetulan saat mereka sampai, Airin baru berbincang-bincang dengan tetangga. Melihat mobil bagus berhenti didepan rumahnya membuat dia langsung menghampiri.
"Itu Mamah ku, Galen! ayo turun dulu," ucap Diana ketika melihat Airin menghampirinya.
Ray akhirnya ikut turun dari mobilnya, lalu menemui Airin. Dia juga memperkenalkan diri, tak lupa juga menjabat tangan Airin. Ray begitu sopan dengan orang tua, walaupun mereka baru saja bertemu.
Airin menyuruh Ray masuk ke dalam rumah, dan membuatkannya minuman. Dia juga begitu baik menyambut Ray.
"Ray, rumah kamu dimana?" tanya Airin.
"Dekat kok, Tante! ini juga sekalian mau pulang ke rumah," ucap Ray. Jalan damai nomer tiga puluh," Lanjutnya.
"Dekat sekali dong dari sini," ucap Airin.
"Kan tadi sudah bilang, Tante," ucap Ray tersenyum.
Diana dari tadi hanya diam, tidak berani berucap sepatah katapun. Dia tidak tau nasibnya nanti setelah Ray pulang, karena baru pertama kali masuk sekolah pulang sudah diantar oleh seorang laki-laki.
Pembicaraan Ray dan Airin begitu nyambung, walaupun Airin terkesan menginterogasi. Masih banyak lagi pertanyaan yang ditanyakan oleh Airin, Ray juga sangat antusias dalam menjawabnya.
"Tante, kalau gitu Ray pulang dulu ya? kapan-kapan kita ngobrol lagi," ucap Ray.
"Aduh... ! kan Tante belum selesai bicara, Ray," ucap Airin.
"Minuman Ray sudah habis, Tante! Gak mungkin kan minta nambah," ujar Ray.
Airin menawarkan minuman lagi, tetapi Ray menolak karena ucapannya tadi hanya bercanda. Ray pulang karena sudah sore dan takut Mamahnya mencari.
"Diana!" teriak Airin saat berada di depan pintu mengantarkan Ray ke depan rumah.
Diana merasa namanya terpanggil lalu mendatangi Airin, dia berlari takut Airin marah.
"Kenapa, Mah! kok teriak kaya di pasar aja," ucap Diana tanpa rasa bersalah.
Airin langsung mencubit lengan Diana, dan menyuruhnya untuk mengucapkan terimakasih pada Ray karena sudah mengantarkannya pulang.
"Ogah, Mah! orang Galen sendiri yang memaksa Diana antar pulang," ucap Diana.
"Cepat! keburu Ray pergi," kata Airin dengan keras.
Takut Airin bertambah marah, Diana hendak menghampiri Ray tetapi Ray sudah melajukan mobilnya. Dalam hati Diana sangat senang, dan lega tidak jadi mengucapkan terimakasih.
Airin mengajak Diana untuk masuk ke dalam rumah, dia menyuruh anak kesayangannya itu duduk di sofa ruang keluarga.
"Kamu mau buat malu Papah dan Mamah lagi? baru juga sekolah sehari sudah diantarkan pulang laki-laki," ujar Airin.
Diana menjelaskan kalau tadi Ray yang sudah memaksanya untuk mengantarkannya pulang, jadi Diana tidak bersalah.
"Sudah dong, Mah! Masa Diana mau kenal sama temannya tidak boleh," sahut Papah Edo yang kebetulan baru pulang dari kantor.
Diana lalu pergi ke dapur untuk membuatkan minuman Papahnya, begitulah Diana kadang sampai berebut dengan Airin.
"Papah, kenapa belain Diana terus! jadi bandel dia sama Mamah," ujar Airin.
"Diana yang bandel gak papa, Mah! asal bukan Papah," ucap Papah Edo seraya mencolek pantat istrinya.
"Papah!" bentak Airin.
Papah Edo memberikan isyarat pada istrinya, kalau Diana sudah datang dengan membawa dua cangkir teh hangat. Lalu dia meletakkan di meja depan Papahnya duduk.
Papah Edo dan Mamah Airin mengucapkan terimakasih pada Diana, karena sudah membuatkannya minuman.
Diana kali ini bisa lolos dari amukan Mamahnya, dia merasa sangat begitu lega. Dia langsung merebahkan tubuhnya diatas kasur, teringat dengan penampilannya yang amburadul Diana bangun lagi.
Diana mengambil handuk dan berlari menuju ke kamar mandi, selesai mandi dia menyisir rambutnya dengan rapi lagi.
Tak lama kemudian terdengar suara Airin memanggilnya untuk menyuruh makan bersama, Diana pun bergegas menuju ke ruang makan.
"Ini baru anak Mamah," ucap Airin yang tidak suka kalau anak kesayangannya berpenampilan culun.
"Mamah ngeledek kamu, sayang! sini duduk sebelah Papah," ucap Papah Edo membuat istrinya mengerucutkan bibir.
Dimata Papah Edo apapun penampilan Diana tidak jadi masalah, karena beliau yakin anaknya melakukan semua untuk menjaga diri.
"Mamah tidak mau tau, Diana! besok kamu harus mempercantik diri, jangan membuat Mamah malu! kamu gak malu apa kalau jalan sama Ray, berpenampilan seperti itu," kata Airin.
Diana menggelengkan kepalanya, sembari memakan ayam goreng kesukaannya.
"Ayam goreng Mamah kenapa kamu makan? Mamah kan gak suka bagian lain," ucap Airin.
"Mulai deh," ucap Papah Edo menepuk dahinya.
Airin lalu menyuruh Diana menggoreng daging ayam untuknya, tetapi Diana menolak karena takut terciprat minyak. Airin lalu marah dan masuk ke dalam kamarnya, dia tetap meminta Diana yang harus bertanggung jawab.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Andariya 💖
airin ini kok, manja banget sih🙈🤗
2023-11-21
2
anak gadis selalu menjadi saingan mams nya, begitukah
2023-09-27
1
Diana sangat beruntung, punya ortu yang sangat memperhatikan anaknya
2023-09-27
1