Mata elang milik Marvin terus mengamati garis tak beraturan di layar ipad-nya, sudah ada tujuh cabang yang pria itu kunjungi untuk melakukan riset pemasaran.
Jam pun sudah menunjukkan pukul tujuh malam tetapi masih ada satu cabang yang harus ia kunjungi.
"Apa kau sudah memberitahu manajer di cabang Japantown bahwa aku akan berkunjung?"
"Semua manager Marmart di kota ini sudah mengetahui nya melalui email yang di kirimkan pagi tadi, sir"
Mendengar itu Marvin menghela napas. "Hubungi manager Japantown apa dia sudah memberitahu para karyawan nya atau belum. Jika belum jangan sampai mereka tau"
Rio melirik bingung sang bos melalui kaca. "Memang nya kenapa sir?"
"Aku muak melihat para karyawan itu berlomba mencari muka dan aku tidak bisa menilai pelayanan mereka jika mereka mengetahui siapa aku"
Rio mengangguk, memang benar di tujuh Marmart sebelum nya ketika Marvin memasuki tokoh itu pasti para karyawan akan langsung menyambut nya. Entah bagaimana jika bukan diri nya yang datang, apa akan di sambut juga atau tidak.
"Saya akan menghubungi nya, sir"
Rio pun mulai mengutak-atik handphone nya, menghubungi seseorang yang di minta oleh Marvin.
Sedangkan Marvin sendiri kini mulai menyandarkan punggung nya dan menaruh ipad di tangan nya, mengistirahatkan tubuh nya sejenak.
"Manager di dalam Japantown sudah memberi pengumuman sejak pagi tadi bahwa anda akan berkunjung, sir"
Mendengar ity Marvin berdecak kesal, sebelum akhirnya napas nya kembali teratur kala mendengar Rio kembali bersuara.
"Tetapi dia bilang akan mengeluarkan pengumuman baru tentang anda yang tidak jadi berkunjung karena sudah terlalu malam"
Marvin mengangguk tanda setuju. "Oh iya, kurangi penyaluran produk oatmeal di cabang Haight-Ashbury dan Nob Hill. Seperti nya penduduk di sana tidak terlalu menyukai produk itu hingga banyak stok yang berujung expired"
"Baik sir"
*
Setelah memakan waktu sekitar tiga puluh menit, kini Marvin dan Rio telah sampai di cabang terakhir kota San Francisco.
Rio masih dengan style formal nya sedangkan Marvin sudah melepas jas nya dengan lengan kemeja yang di gulung sebatas siku.
Kedua pria itu memasuki Marmart tersebut dan benar saja tidak ada sambutan seperti tujuh Marmart sebelum nya.
Memang wajar saja, karena di setiap gedung Marmart sangat luas di tambah banyak orang yang tentu nya sedang berbelanja di toserba itu.
Marvin mengedarkan pandangan nya mengamati setiap cela Marmart ini seperti sebelum nya. Para karyawan sangat sibuk melayani customer, menjelaskan sesuatu di bagian barang elektronik sisi kanan Marvin.
"Hm, bagus" Gumam Marvin mulai melangkah.
"Selamat datang di Marmart, ada yang bisa saya bantu tuan?" Sapa salah satu seorang karyawan yang seperti nya sedang luang.
"Saya akan melihat-lihat terlebih dahulu" Jawab Marvin.
"Baik tuan, selamat berbelanja" Karyawan perempuan itu mengulas senyum nya sebelum akhirnya berlalu menyapa seseorang di belakang Marvin yang baru saja memasuki Marmart ini.
Senyum tipis menghias wajah Marvin, yang seperti ini yang ia suka. Dimana para karyawan tidak sibuk mencari muka dan bekerja sesuai ketentuan yang ia terapkan di setiap Marmart-Nya.
Kaki nya kembali melangkah, melakukan riset barang-barang di dalam nya berbekal mata dan ingatan nya serta mengamati para karyawan yang tengah menjelaskan produk-produk rumah tangga pada customer di hadapan nya.
Hingga akhirnya langkah Marvin terhenti saat melihat seorang perempuan yang memakai seragam karyawan Marmart itu tengah berjongkok di sebuah rak makanan dengan tangan yang mencoba meraih sesuatu di bawah sana.
Entah karena dorongan apa, Marvin pun ikut berjongkok dan mengintip ke bawah sana. "Mencari sesuatu nona?"
Mendengar suara bariton nan serak itu berada tepat di samping telinga nya membuat perempuan itu terjengkat kaget hingga kepala nya membentur kening Marvin.
"Shh.." Ringis pelan Marvin yang terduduk di lantai seraya mengusap kening nya.
"Astaga, maafkan saya tuan..!!" Panik nya seraya membungkuk berkali-kali.
Melihat itu Marvin pun bangkit dan berdiri menjulang di hadapan perempuan mungil yang saat ini tengah menundukkan kepala nya.
"Maafkan saya tuan, saya tidak sengaja" Ujar nya lagi.
"Olivia Shannon, cashier" Gumam Marvin membaca name tag perempuan itu yang berhasil mengundang tatapan dari sang pemilik nama.
"Maafkan saya tuan, saya benar-benar tidak sengaja. Jangan laporkan pada atasan saya" Ujar Olivia dengan wajah memelas nya.
Marvin tertegun menatap wajah, ralat. Marvin terfokus pada mata teduh itu hingga membuat bibir nya bungkam.
Dan hal itu pun mampu membuat Olivia ketar-ketir karena tatapan pria di depan nya begitu tajam.
"Olivia!" Panggil seseorang yang berada di belakang Marvin.
Sontak Olivia pun memiringkan kepala nya guna melihat seseorang yang memanggil nya.
"Cepat kembali ke kasir jika sudah selesai merapihkan barang nya" Lanjut wanita yang memanggil nama Olivia.
"Baik" Jawab perempuan itu.
Setelah nya mata Olivia pun kembali tertuju pada pria dengan wajah tanpa ekspresi nya.
"Sekali lagi maafkan saya tuan, saya harus berjaga di kasir dan jika nanti ada yang tuan perlukan bisa memanggil saya" Ujar sopan Olivia dengan tubuh yang kembali membungkuk hormat.
Setelah nya perempuan itu pun langsung berjalan menuju kasir tak lupa sebelum melangkah ia mengulas senyum nya. Meninggalkan Marvin dengan mata nya yang mengikuti setiap langkah mungil Olivia.
"Mine.."
*
Menaruh minuman yang ia pilih ke meja kasir, mata Marvin pun terfokus pada wajah serius perempuan di sebrang meja kasir itu yang tengah menatap komputer.
"Ini saja, apa ada yang lain?" Tanya perempuan itu sebelum mengangkat pandangan nya.
"Hm itu saja" Sahut datar Marvin.
Cepat-cepat Olivia pun menscan kode pada produk tersebut hingga muncul lah jumlah uang yang harus di bayarkan oleh pria di depan nya.
Belum sempat Olivia menyebutkan jumlah yang harus di bayar, tiba-tiba saja Marvin sudah menyodorkan uang nya ke hadapan Olivia.
"Ambil kembali nya" Ujar Marvin hendak berlalu.
"Tunggu tuan, kami tidak bisa menerima uang tips"
Marvin menoleh sekilas, lalu menarik ujung bibir nya membentuk senyum. "Donasikan" Ujar nya sebelum pada akhirnya keluar dari Marmart itu.
"Astaga.." Gumam Olivia mengusap dada nya di iringi helaan napas lega nya.
"Ada apa?" Tanya Melly yang baru saja menyelesaikan proses transaksi customer nya.
"Tadi saat mencari kartu-- Astaga kartu pengenal ku!"
Tanpa melanjutkan cerita nya Olivia pun keluar dari lingkungan meja kasir itu lalu berjalan terburu-buru ke arah rak makanan ringan dimana tadi diri nya berjongkok dan berakhir membentur kening pria bermata elang itu.
"Astaga dimana kartu pengenal ku..!!" Panik Olivia saat tidak mendapati kartu tanda pengenal nya yang terjatuh ke bawah rak itu.
"Bagaimana ini? Bagaimana jika ada yang menemukan dan meminjam uang atas nama ku!!"
Olivia panik, benar-benar panik atas kecerobohan nya dan kesialan nya hari ini. Seharusnya kartu tanda pengenal itu ada di dompet nya.
Namun berhubung dompet nya bolong alhasil kartu tanda pengenal itu Olivia kantongi dan tidak sengaja terjatuh saat ia mengambil pulpen di saku.
Sedangkan di sisi lain, lebih tepat nya di dalam mobil yang masih terparkir di depan nya Marmart itu.
"Olivia Shannon, nama yang indah seindah mata nya" Gumam Marvin dengan tangan yang memegang kartu tanda pengenal perempuan bernama Olivia Shannon itu.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Nah kan bener ada sama Boss kartunya,Kenapa gak langsung di kembaliin tadi waktu di meja chasier,Pasti pasti modus nih..😂😂😜
2024-12-05
0
Qaisaa Nazarudin
Oh Oliv berjongkok tadi sedang mencari Kartu nya?? Pasti udah di ambil Si Marvin tuh..🤣🤣🤣
2024-12-05
0
Leng Loy
Marvin jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Olivia 🥰
2023-11-30
1