Lima tahun Arif dan Yunia bersama, tidak pernah ada yang salah dalam hubungan mereka. Hampir tidak pernah ada pertengkaran. Arif selalu mengerti Yunia dan mencintai Yunia sepenuh hatinya.
Yunia bagaikan harta karun yang Arif dapatkan pada masa tersulit hidupnya. Yunia mengembalikan tawa dan senyum dalam hidup Arif yang sepi semenjak kepergian nenek Arif.
Tapi siapa yang sangka, rupanya selama dua tahun terakhir Yunia justru bermain di belakang Arif. Mengkhianati Arif dengan Alex, sahabatnya Arif ketika SMA. Mungkin, membawa Yunia dalam acara reuni sekolah adalah sebuah kesalahan. Karena semenjak itu, Yunia berselingkuh dengan Alex.
Dan hari ini, setelah berbulan-bulan Arif menderita, mengalami trust issue, terjebak dalam masa lalu, dilema dengan keinginannya yang ingin meminta Yunia kembali atau melepaskan dan merelakannya, Yunia kembali dengan memberi tahu tentang ketidakberhasilan hubungan Alex dan Yunia.
Lalu Alex harus apa? Senang, kah? Mencela, kah? Alex tidak bohong ketika bilang dirinya bahkan tidak sudi untuk sekadar mentertawainya. Hah! Pertemuannya dengan Yunia tadi siang sungguh membuat kepalanya pusing dan suasana hatinya kacau balau.
Tapi tahu apa yang terjadi ketika kedua kakinya melangkah masuk ke dalam apartemennya? Seketika itu juga Arif merasakan rileks. Seolah kepenatan dan suasana hatinya yang kacau karena Yunia tadi meluap begitu saja. Aroma segar misterius itu bekerja seperti magic yang sangat ampuh.
Arif mengedarkan pandangannya, apartemennya sangat rapi dan bersih. Hasil kerja Kana sangat bertolak belakang dengan karakter gadis itu yang selalu menyulut kekesalannya.
Ia melangkah menuju meja makan, diangkatnya tudung saji yang ada di sana. terdapat dua piring dengan dua macam lauk. Meski tidak lagi hangat, tapi aroma masakan rumahan yang dibuat oleh Kana cukup memancing bunyi kriuk dari dalam perut rata Arif.
"Mari kita coba masakan si Curut." Arif mencuci tangan dan menyiduk nasi hangat dari dalam rice cooker. Setelah duduk dengan sikap sempurna, Arif mulai menyuap sendokan pertama makan malam perdananya yang dimasak oleh Kana. Saat itu juga kedua mata Arif membeliak.
Kata orang sih, terkadang cinta dimulai dari perut lalu naik ke hati.
.
.
.
"Aku harus bisa dapat satu pekerjaan lagi supaya bisa semakin cepat kekumpul uang untuk bayar hutang ke nenek lampir." Gumamnya. "Tapi kemana lagi ya aku cari kerja?" Kana meluruskan kaki, duduk pada kursi di depan minimarket, sambil menenggak air mineral dingin setelah makan pop mie yang diseduh di dalam minimarket tadi.
Dan disaat sedang mumet-mumetnya memikirkan kemana dia harus mencari pekerjaan tambahan lagi, tiba-tiba saja semesta membuat indra pendengarannya bekerja dua kali lipat. Ia mendengar dengan jelas seseorang yang duduk tak jauh darinya sedang berbicara melalui ponsel. Seorang wanita, seusianya, seperti sedang kebingungan lantaran dia harus mencari penggantinya agar bisa mengajukan resign dari tempat kerjanya.
"Maaf, Mbak." Kana memberanikan diri untuk menegur dan bertanya.
"Ya?" gadis itu menengok pada Kana dengan ekspresi wajahnya yang frustasi.
"Maaf, saya nggak bermaksud nguping, tapi suara Mbak-nya cukup terdengar sama saya." kata Kana berusaha untuk tetap sopan.
"Oh, maaf Mbak." kata gadis itu merasa percakapannya mengganggu.
"Nggak apa-apa, Mbak. Tapi kalau saya boleh tahu, apa bener Mbak-nya lagi butuh orang untuk gantiin posisi kerjaan Mbak?"
"Eh, iya Mbak, bener. Saya lagi mau resign karena mau balik kampung. Tapi Bos saya bilang, saya belom bisa resign sebelum saya dapat pengganti untuk posisi saya."
"Kalau boleh tahu, kerjaannya apa dan dimana, ya, Mbak?" tanya Kana.
"Mbak mau gantiin saya?"
"Mau, kalau memang sesuai dengan kemampuan saya."
"Saya rasa semua orang pasti mampu sih."
"Memang apa, Mbak kerjanya?"
"Cuma jadi cleaning service aja kok, Mbak."
"Oh gitu Mbak, ya sudah saya mau deh!" Sahut Kana dengan kedua matanya yang berbinar.
"Tapi, Mbak. kerjanya di...."
"Dimana?"
"Bar."
"Eh? Bar?"
"Tapi, sejauh ini saya kerja ya cuma bersih-bersih aja, Mbak. Nggak ada interaksi sama tamu sama sekali. Paling cuma nyapu, ngepel, cuci piring gelas, Lap-lap meja, bersihin tempat-tempat duduk. Gitu-gitu saja, Mbak."
"Begitu, ya?"
"Gimana, Mbak? Mau gantiin saya?"
****
Arif mondar-mandir di dalam apartementnya, sudah lewat dari sepuluh menit dari waktu biasanya Kana sudah datang. Bolak-balik Arif menengok jam dinding, mencocokkannya dengan jam tangannya. Sesekali ia membuka pintu apartemennya siapa tahu, Kana baru saja keluar dari dalam lift. Tapi lorong di depan kosong.
"Kemana sih orang itu?" tanya Arif pada dirinya sendiri.
Arif ke pintu lagi untuk mengecek apakah Kana sudah datang, dan kali ini pengecekkannya membuahkan hasil, tepat ketika ia membuka pintu, saat itu juga rupanya Kana tengah memegang handle pintu.
"Astaga! Kau membuatku kaget!" Pekik Arif.
"Sama, Dok, saya juga kaget." Kana mengusap dadanya.
Arif langsung melengos, berbalik meninggalkan Kana yang menyusul masuk. "Lho, kok Dokter malah masuk lagi?"
"Kamu ngusir saya?"
"Enggak, Dok. Saya pikir tadi Dokter sudah mau berangkat kerja."
Arif merasa terpojok, dia tidak mungkin mengaku kalau dirinya tengah menunggu Kana, gadis itu akan mentertawainya lagi dan besar kepala jadinya.
"Eh, ya, saya memang sudah mau berangkat, tapi karena berhubung kamu datang, saya mau menangih apa yang saya minta ke kamu kemarin. Kamu bawa semua, kan?" Arif terselamatkan dengan alasannya.
"Bawa. Ini Dok." Kana meletakkan satu kantong kresek bening berisi sabun batangan, shampo shacet, dan sebungkus sabun colek berwarna biru. "Ini semua yang ada di kamar mandi saya, Dok. Saya nggak ada stok yang baru. Jadi, nanti boleh saya bawa pulang lagi, ya, Dok?"
"Ya, ya." Arif menarik napas panjang untuk menghirup dalam-dalam aroma segar yang semakin menguar setiap kali ada Kana. Aroma itu malah semakin kuat. Lalu dengan cepat dia menyuruh Kana mengeluarkan satu per satu isi kantong kresek itu. Arif mengendusnya dengan seksama, mengernyitkan dahi, mengendus lagi, mengernyitkan dahi lagi, terus begitu sampai dia yakin kalau aroma segar itu bukan berasal dari ketiga benda yang dibawa Kana.
Arif menggeleng, kemudian menjauhi ketiga barang itu dari depan wajahnya. Ia mencondongkan tubuhnya, kembali mengendus kesekitar tubuh Kana sampai membuat Kana heran tak mengerti dengan kelakukan absurd majikannya.
"Dokter sebenernya ngapain, sih?" Kana akhirnya balas mencondongkan tubuhnya ke arah Arif, sedikit mendongakkan kepala untuk bisa membalas tatapan mata Arif.
Deg!
Arif baru menyadari, Kana memiliki sepasang mata yang sangat indah, warna matanya tidak seperti warna mata pada umumnya. Dibilang hitam, tapi bukan hitam sempurna. Dibilang coklat, tapi bukan juga. Sangat unik dan entah bagaimana terdengar bisikan dalam hati Arif yang mengatakan, "Cantik."
Arif segera menggelengkan kepalanya, mencoba menyingkirkan bisikan aneh yang menggelitik hatinya.
"Kamu yakin nggak pakai minyak wangi? Body lotion? Atau lotion apa gitu untuk melembabkan kulitmu?" Arif mundur selangkah agar bisa menghindari tatapan polos Kana.
Deg deg deg deg!
Apa-apaan ini, kenapa pakai berdebar segala! Gumam Arif dalam hatinya.
"Ya ampun, Dok. Saya nggak pernah pakai minyak wangi. Saya juga nggak pernah pake lotion segala, kalau Dokter nggak percaya, nih, garuk aja kulit tangan saya, pasti kering banget kulit saya nih." Kana mengulurkan kedua tangannya ke depan wajah Arif.
Arif menghela napas putus asa. Kembali teringat dengan obrolannya dengan Jodi dan Yoga. Ini benar-benar di luar nalar, bagaimana mungkin gadis yang tidak pernah melakukan perawatan khusus pada dirinya, bahkan per sabunan yang dipakainya juga bukan merek-merek mahal, bisa mempunyai aroma tubuh yang segar? Benar-benar segar dan menenangkan seperti aroma yang kau hirup setiap pagi hari jika kau berada di daerah pegunungan.
Bagaimana mungkin si Curut ini mempunyai aroma tubuh seperti itu? Benar-benar tidak masuk akal.
"Memangnya ada apa sih, Dok? Dari kemarin Dokter ngendus-ngendus begitu? Saya bau, ya?" Kana mencoba mencium aroma tubuhnya sendiri.
"Nggak, nggak apa-apa. Sudah lah, lupakan saja. Kamu bisa bawa pulang lagi sabun-sabun kamu itu."
"Iya, Dok." Kana menurut meski masih tidak mengerti.
"Oh, ya," Arif berdeham, kembali berbalik badan untuk menghadap Kana kembali. "Bisa kau masak lagi nanti, untuk makan malam saya?" tanya Arif tanpa menatap mata Kana.
Si gadis di depannya itu seketika menyunggingkan seringai menyebalkan. "Gimana, Dok? Masakan saya enak, kan? Sedap, kan?"
"Jangan besar kepala dulu." Arif mencibir. "Saya pikir kalau saya makan di rumah, itu lebih hemat dari pada saya beli."
Kana terkekeh. "Iya, iya, Dok. Lebih hemat." Kana mengangkat ibu jarinya.
"Kamu..." Arif sudah melotot, tapi tidak jadi meneruskan kekesalannya. Ia membuang napas kasar. "Bisa nggak kalau kamu masak juga, paling nggak untuk makan malam saya. Tapi usahakan, makanan yang kamu masak adalah makanan yang awet dalam beberapa jam."
"Bisa saja, sih, Dok. Tapi, tidak hangat pas Dokter pulang kerja."
"Nggak masalah."
"Oke. Tapi..."
"Ada tapinya?" Arif menatap tak percaya. "Ah, pasti kamu mau naik gaji hanya karena saya minta kamu masak?"
"Bukan."
"Bukan?" Kening Arif berkerut.
"Saya minta juga untuk makan bekal saya, gimana?"
Lagi-lagi Arif dibuat speechless oleh pernyataan Kana. Alih-alih minta naik gaji, gadis itu hanya minta makanan yang dimasaknya untuk dibawa pulang.
"Ya, tentu saja boleh." jawab Arif tanpa berpikir panjang.
Kana seketika tersenyum sumeringah. "Terima kasih, Dok!"
"Hem." Kalau begitu, mulai hari ini ya kamu masak juga."
"Siap! Menunya, terserah saya, ya, Dok?"
"Ya. tapi jangan masak apa pun yang berhubungan dengan jengkol, petai, dan rempela ati. Selain itu, bebas."
"Siap!"
"Ya sudah, saya berangkat dulu ke rumah sakit."
"Eh, Dok?"
"Apa lagi?"
"Uang belanjanya mana? Kan, stok di kulkas kemarin sudah habis." Cengiran lebar menghiasi wajah polos tanpa sapuan make up itu.
.
.
.
Bersambung ya~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
meilanyokey
otw jatuh hati nih ....
2023-12-28
0
Defi
duile dok, maen cabut aja kelupaan ngasih uang belanja 😂🤣
2023-10-07
0
Defi
Kana kamu udah punya dua pekerjaan, mau ditambah lagi.. kasihan tubuhmu kapan istirahat 😟
2023-10-07
0