Chapter 03

Kana melepas sandal ketika mulai bekerja kembali di apartemen Arif pagi keesokan harinya. Rambutnya masih setengah basah ketika ia sampai dan sengaja dibiarkannya tergerai begitu saja. Sangaja sekalian mengeringkan rambutnya dengan bantuan tiupan angin yang berhembus melalui jendela angkutan umum yang ditumpanginya.

"Selamat pagi, Pak." sapa Kana ceria ketika melihat masih ada Arif di apartemen. Pria itu sontak meliriknya sinis mendengar bagaimana Kana memanggilnya. "Eh, selamat pagi Dokter Arip." koreksi Kana yang sama sekali tidak memperbaiki tatapan sinis Arif, malah membuat pria itu semakin galak menatapnya.

"Arif. F. F." Arif mengoreksi dengan tajam.

Kana menggigit bibir menyadari kesalahannya. "Eh, maaf, Dok." Kana membungkukkan tubuhnya sebentar.

"Saya paling nggak suka orang memanggil saya dengan akhiran P seperti itu. Ngerti?"

"Ngerti, Dok. Maaf."

Arif mendengkus sebal. Lalu menyeruput sisa kopinya sambil mengecek kotak masuk pada emailnya.

"Dokter sudah sarapan?" tanya Kana sebagai bentuk basa-basa dan kesopanan. Karena dia datang membawa sebungkus nasi uduk dengan lauk sederhana yang menggugah selera masyarakat.

Tapi, Arif diam saja, terlalu serius menatap layar ponselnya yang menyala.

Jadi, Kana hanya mengedikkan bahu, dan membuka nasi uduknya yang dibungkus dengan kertas nasi. Dia memilih untuk duduk melantai di dapur dari pada duduk di bar stool sementara ada majikannya duduk di meja makan. Walaupun sebenarnya tidak masalah jika Kana duduk di bar stool, hanya saja, Kana merasa tidak nyaman.

Setelah membalas beberapa pesan pada kotak masuk dari emailnya, indra penciuman Arif kembali mencium aroma segar yang dia rasakan ketika ia pulang kerja semalam. Hidungnya mengendus-ngendus seperti seekor kucing yang mencari dari mana arah datangnya aroma ikan yang sedap itu. Arif mengarahkan hidungnya kesegala penjuru, dan aroma itu berasal dari arah dapur.

Arif mengernyitkan dahi, padahal pagi-pagi sekali tadi ketika ia membuat kopi, ia tidak mencium aroma itu lagi, tapi sekarang, aroma segar itu kembali menyapanya penciumannya.

Arif bangkit berdiri, sambil terus mengendus, kali ini seperti zormbie yang mencium aroma mangsa manusianya. Sampai ia masuk ke dalam dapur dan....

"WOAAA!"

"AAAKKK!"

Arif teriak begitu kaget melihat Kana di bawah sana sedang makan. Sementara Kana kaget karena mendengar Arif berteriak di atasnya.

"Apa yang sedang kamu lakukan di bawah sana? Kamu mau buat saya jantungan ya?!" Omel Arif sambil mengelus-elus dadanya sendiri.

"Uhuk! Uhuk!" Kana menepuk-nepuk dadanya juga, karena setelah teriak, ia tersedak sepotong orek tempe.

Melihat Kana yang semakin kesulitan karena tersedak dan panik, akhirnya dengan cekatan Arif membantu Kana untuk mengeluarkan sesuatu yang membuatnya tersedak itu dengan cara menarik tubuh Kana dengan cepat, memutarnya hingga Arif seperti memeluk Kana dari belakang, lalu menekan dan menghentak bagian bawah dadanya beberapa kali hingga.... plup! Sepotong tempe potongan cukup besar melompat keluar dari dalam mulut Kana dan mendarat dengan sempurna ke dalam wastafel.

Setelah Kana mulai bisa bernapas dengan normal, Arif segera menggaruk punggung Kana untuk mengalirkan darah dan oksigen sampai wajah Kana tidak lagi pucat. Kemudian ia melepaskan Kana, membiarkan gadis itu terbatuk-batuk pelan.

"Dokter kenapa ngagetin saya tadi, sih?" tanya Kana setelah bisa kembali menemukan ritme pernapasannya.

"Justru saya yang kaget melihat kamu di bawah sana. Ngapain kamu di bawah situ?" Arif membela diri. Karena dia memang sangat kaget.

"Dokter nggak lihat saya lagi sarapan?"

"Sarapan?" Arif melirik sebungkus kertas nasi berisi makanan yang sudah sebagian dimakan. "Kenapa kau harus makan di bawah sana? Apa kau tidak bisa makan di atas meja?"

"Saya... saya nggak enak aja kalau makan di atas meja."

"Kenapa nggak enak? Makanan itu akan berubah rasanya kalau kamu makan di atas meja?"

"Karena Dokter nggak sarapan, saya tanya Dokter diam saja, sementara saya hanya bawa satu bungkus. Kan, nggak sopan saja rasanya kalau saya makan di meja, sementara majikan saya nggak sarapan." jawab Kana membuat Arif kehilangan kata-katanya.

Benar-benar nge-blank isi otak dokter bedah muda itu mendengar jawaban Kana.

"Kamu tanya ke saya?" tanya Arif setelah menemukan kembali kosakata di dalam sel-sel otaknya.

"Iya. Tapi dokter diam saja." jawab Kana diiringi dengan anggukan kepala yang meyakinkan jawabannya.

Arif kembali menghela napas, menenangkan kembali dirinya setelah adegan tak terduga tadi. Tapi yang dia rasakan dalam indra penciumannya ketika menarik dan membuang napas adalah aroma segar itu begitu menguar kuat dari arah Kana. Hal itu membuatnya lupa sejenak dengan keterkejutannya dan kembali pada misi awalnya, yaitu mencari sumber aroma segar itu.

"Kamu pakai minyak wangi?" tanya Arif sekonyong-konyong.

"Hah? Minyak wangi?" Kana mengerutkan dahi. "Enggak. Saya nggak pernah pakai minyak wangi."

Arif mencondongkan tubuhnya ke arah Kana, membuat Kana mundur secara refleks dan naluri melindungi diri.

"Apa kamu memakai merk sabun terntentu? Atau shampo tertentu?" tanya Arif lagi.

"Hah? Saya hanya pakai sabun batangan yang harganya dua ribuan dan shampo saset yang beli satu gratis satu saja, kok, Dok. Kenapa memangnya, Dok?" tanya Kana kini bingung dengan tingkah Arif yang berubah aneh.

"Kalau detergen pakaian? Apa kamu pakai merk tertentu?"

"Sabun colek yang warna kuning, Dok."

"Body lotion?"

"Saya nggak pakai gituan, Dok. Mahal." jawab Kana meski ia sama sekali tidak mempunyai ide apapun atas pertanyaan-pertanyaan aneh Arif.

"Besok, bawa semua itu. Sabun mandi, shampo, dan sabun colek yang kamu pakai." Titah Arif dengan singkat dan aneh.

"Hah?" Kana mengenyitkan dahi.

"Jangan lupa dibawa besok." kata Arif mengingatkan lebih galak. "Ya sudah, lanjutkan sarapanmu, saya harus ke rumah sakit sekarang." Arif bergerak melangkah keluar dapur, tapi dia kembali menengok pada Kana yang masih terbengong-bengong. "Mulai sekarang, jangan makan di lantai seperti itu, makan di atas meja, duduk di kursi yang ada. Ngerti?"

"Eh... uh... iya, Dok."

Tanpa berkata-kata lagi, Arif mengambil tas kerjanya yang berada di atas meja makan, lalu keluar dari apartemennya sendiri, meninggalkan Kana yang masih tidak mengerti untuk apa Arif meminta Kana membawa sabun, shampo bahkan sabun colek yang dia gunakan? Seberapa kuatnya Kana mencoba mencari jawaban, tetap, Kana tidak menemukan titik terang sedikit pun.

"Apa dia benar-benar seorang dokter? Kok aneh begitu sih?"

.

.

.

"Gue aneh?" Arif menunjuk dirinya sendiri dengan kedua matanya yang melebar tak percaya. Setelah ia menceritakan apa yang dia alami pagi tadi kepada kedua temannya, Jodi dan Yoga.

Dua rekannya itu yang juga berprofesi sebagai sesama dokter masih terkekeh geli dengan cerita yang dijabarkan Arif barusan saja. Bahkan Yoga hampir saja menyemburkan makan siangnya di kantin.

"Gue rasa lo itu sudah terlalu lama menjomblo, Rif." ujar Jodi setelah tawanya reda.

"Cih, nggak ada hubungannya."

"Tapi, gue rasa Jodi ada benarnya, lho. Lo terlalu terjebak nostalgia sama Yunia, makanya sekarang otak lo rada-rada eror gitu." Yoga menimpali.

"Nggak ada hubungannya, ya sodara-sodara." Arif tetap tidak menerima ucapan teman-temannya.

"Ya lagian lo juga, ngapain nyuruh ART lo bawa segala sabun mandi, shampo sampe sabun colek cuci bajunya."

"Karena gue penasaran, aroma segar itu dari mana. Gue cek nih ya, karbol pel di apartemen gue masih sama. Berarti aroma segar itu bukan dari karbol pel gue, kan? Dan ternyata aroma itu berasal dari si Kana, itu artinya ada suatu produk yang dia pakai yang menghasilkan aroma itu."

"Ya, terus kenapa gitu kalau misalnya salah satu produk yang dia pakai punya aroma segar itu?"

"Ya gue mau beli, lah." jawa Arif santai. "Soalnya, sumpah, itu aroma segar banget, dan segarnya itu bikin tenang gitu loh. Bikin relaks. Wangi lilin aroma terapi yang ada di kamar gue saja nggak semenenangkan itu, man." jawab Arif.

"Eh, gimana nih, misalnya, aroma itu bukan dari sabun, shampo atau pun sabun colek itu, tapi memang aroma si Kana itu memang seperti itu secara alami. Gimana tuh?" tanya Yoga dengan pikirannya yang kadang-kadang juga suka di luar antariksa.

"Nggak mungkin lah, cewek kayak Kana itu paling aroma badannya bau keringet atau nggak bau matahari." sahut Arif meremehkan.

"Ya, kan, kalau misalnya doang. Lo bakal gimana?"

"Nggak mungkin." Sahut Arif kekeuh.

"Eh, gimana kalau misalnya lagi nih, aroma itu benar-benar aroma alaminya si Kana, terus si Kana malah bikin lo jatuh cinta?" Jodi ikut menimpali keterampilan Yoga, berpikir di luar antariksa.

"Itu makin nggak mungkin! Gue nggak bakal suka apa lagi sampai jatuh cinta sama cewek berisik kayak dia. Duh, bisa hancur ketenangan hidup gue." jawab Arif dengan sangat sesumbar.

Sementara di tempat lain, Kana yang sedang mencuci piring merasa telinganya berdengung.

"Duh, siapa sih ini yang lagi ngomongin aku? Aku sumpahin, bersin-bersin!"

.

.

.

Bersambung ya~

Terpopuler

Comments

meilanyokey

meilanyokey

awas ya Arif akan termakan sumpahnya cinta mati lu NNT ke kana....

2023-12-28

0

Defi

Defi

dok kayak ngasih petuah untuk anak ya bukan ART 😂

2023-10-07

0

ummilia1180

ummilia1180

hehehe...

2023-07-03

0

lihat semua
Episodes
1 Chapter 01
2 Chapter 02
3 Chapter 03
4 Chapter 04
5 Chapter 05
6 Chapter 06
7 Chapter 07
8 Chapter 08
9 Chapter 09
10 Chapter 10
11 Chapter 11
12 Chapter 12
13 Chapter 13
14 Chapter 14
15 Chapter 15
16 Chapter 16
17 Chapter 17
18 Chapter 18 (Revised)
19 Chapter 19 (Revised)
20 Chapter 20
21 Chapter 21 (Revised)
22 Chapter 22
23 Chapter 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Chapter 29
30 Chapter 30
31 Chapter 31
32 Chapter 32
33 Chapter 33
34 Chapter 34
35 Chapter 35
36 Chapter 36
37 Chapter 37
38 Chapter 38
39 Chapter 39
40 Chapter 40
41 Chapter 41
42 Chapter 42
43 Chapter 43
44 Chapter 44
45 Chapter 45
46 Chapter 46 ++ (For Halal Couple Only)
47 Chapter 47
48 Chapter 48
49 Chapter 49
50 Chapter 50
51 Chapter 51
52 Chapter 52
53 Chapter 53
54 Chapter 54
55 Chapter 55
56 Chapter 56
57 Chapter 57
58 Chapter 58
59 Chapter 59
60 Chapter 60
61 Chapter 61
62 Chapter 62
63 Chapter 63
64 Chapter 64
65 Chapter 65
66 Chapter 66
67 Chapter 67
68 Chapter 68
69 Chapter 69
70 Chapter 70
71 Chapter 71
72 Chapter 72
73 Chapter 73
74 Chapter 74 (Alex dan Winna)
75 Chapter 75 (Alex dan Winna)
76 Chapter 76 (Alex dan Winna)
77 Chapter 77 (Alex dan Winna)
78 Chapter 78 (Alex dan Winna)
79 Chapter 79 (Alex dan Winna)
80 Chapter 80 (The End(?))
81 Chapter 81 (BonChap 1)
82 Chapter 82 (BonChap2)
83 Chapter 83 (BonChap 3)
84 Chapter 84 (Finally Happy Together)
85 Cuap Cuap Penulis
86 Kisah Baru
Episodes

Updated 86 Episodes

1
Chapter 01
2
Chapter 02
3
Chapter 03
4
Chapter 04
5
Chapter 05
6
Chapter 06
7
Chapter 07
8
Chapter 08
9
Chapter 09
10
Chapter 10
11
Chapter 11
12
Chapter 12
13
Chapter 13
14
Chapter 14
15
Chapter 15
16
Chapter 16
17
Chapter 17
18
Chapter 18 (Revised)
19
Chapter 19 (Revised)
20
Chapter 20
21
Chapter 21 (Revised)
22
Chapter 22
23
Chapter 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Chapter 29
30
Chapter 30
31
Chapter 31
32
Chapter 32
33
Chapter 33
34
Chapter 34
35
Chapter 35
36
Chapter 36
37
Chapter 37
38
Chapter 38
39
Chapter 39
40
Chapter 40
41
Chapter 41
42
Chapter 42
43
Chapter 43
44
Chapter 44
45
Chapter 45
46
Chapter 46 ++ (For Halal Couple Only)
47
Chapter 47
48
Chapter 48
49
Chapter 49
50
Chapter 50
51
Chapter 51
52
Chapter 52
53
Chapter 53
54
Chapter 54
55
Chapter 55
56
Chapter 56
57
Chapter 57
58
Chapter 58
59
Chapter 59
60
Chapter 60
61
Chapter 61
62
Chapter 62
63
Chapter 63
64
Chapter 64
65
Chapter 65
66
Chapter 66
67
Chapter 67
68
Chapter 68
69
Chapter 69
70
Chapter 70
71
Chapter 71
72
Chapter 72
73
Chapter 73
74
Chapter 74 (Alex dan Winna)
75
Chapter 75 (Alex dan Winna)
76
Chapter 76 (Alex dan Winna)
77
Chapter 77 (Alex dan Winna)
78
Chapter 78 (Alex dan Winna)
79
Chapter 79 (Alex dan Winna)
80
Chapter 80 (The End(?))
81
Chapter 81 (BonChap 1)
82
Chapter 82 (BonChap2)
83
Chapter 83 (BonChap 3)
84
Chapter 84 (Finally Happy Together)
85
Cuap Cuap Penulis
86
Kisah Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!