BAB 5- Cicak Pembawa Cinta

Bukannya menyelesaikan misinya untuk membuat Vano ilfil padanya justru Shasha kebingungan dengan situasi itu, sedangkan Bano yang percaya pada ucapan Poernomo bahwa putrinya sangat mengagumi dan mengharapkannya itu membuat vano mengira Shasha sengaja melakukan itu hanya untuk menutupi gengsi dan malu.

"Jadi kakak kak vano?" tanya Shasha dengan polos.

"Aku kira kak Bano yang di ceritain Vira gak sedingin ini, ini mah lebih dari dingin, gak beda jauh sama bodyguart, maka nya tadi aku kira dia mungkin ajudannya," gumamnya dalam hati.

Vano pun menatap Shasha dengan ekspresi sinisnya.

"Bukannya kamu tau itu? udah gak usah purapura, klau malu atau gengsi nyapa saya bilang aja gak usah bertindak konyol gitu," ucap Vano dengan nada datarnya lalu saat Shasha tak melihatnya ia tersenyum kecil.

Shasha hanya terdiam semakin tak mengerti.

"Kaya nya gara gara ada gue yang keren ini jadi gini kan, ya udah gue pergi dulu kalian lanjut ngobrol aja," ucap raka yang kemudian meninggalkan mereka.

Raka merasa sahabatnya itu memang tertarik pada Shasha walaupun dia pun demikian, cowok manapun pasti akan mudah tertarik dengan karakter menggemaskan dan imut dari Shasha, namun Raka merasa canggung berada di antara mereka.

Vano yang dingin tak merespons Raka, sedangkan Shasha keberatan saat raka pergi dan sedikit tak nyaman dengan sosok Vano yang dingin itu.

"Ini momen langka gue liat Vano senyum lebih dari sekali, kayanya dia emang tertarik sama Bira, walaupun cewe itu gak tinggi terus kaya bocah tapi yah ... cukup imut juga," gumam raka dalam hati.

"Gue harap Vano kali ini bener-bener tertarik sama cewe itu biar gak jomblo terus dan cuma bisa perhatiin peliharaannya mulu emangnya dia kira kucingnya itu lama-lama bisa jadi bidadari apa," lanjutnya dalam hati.

"Kaya nya gue punya ide brilian nih," tiba tiba raka kepikiran untuk merencanakan sesuatu.

Shasha tak berbicara satu kata pun begitu pun Vano mereka hanya saling diam dalam waktu yang cukup lama namun sesekali tak sengaja saling menatap.

Tiba tiba lampu Restoran mati di saat itu Vano berteriak karena ada sesuatu merayap di pundaknya, Vano dengan spontan meminta bantuan Shasha yang ia kira adalah Vira tersebut.

"Vira! Kamu cepetan tolong ambilin hewan yang merayap di pundak saya!" teriak Vano yang ketakutan dan panik.

Hewan tersebut ternyata cicak, hewan yang sangat di takuti Vano. Meskipun Vano tampan, cerdas juga dulunya pernah belajar bela diri dan bisa di bilang sangat mahir, tapi satu kelemahan nya itu adalah cicak.

Shasha pun langsung berdiri dan berjalan selangkah demi selangkah lalu tangannya tak henti hentinya meraba meja untuk menghampiri Vano.

"Iya kak bentar aku gak keliatan," jawab Shasha yang terus berjalan hati hati ke arah Vano.

"Coba kamu berdiri dulu, cepetan!" teriak Vano yang semakin panik.

"Iya aku udah berdiri kok ini, aku lagi jalan sedikit sedikit takutnya kan nabrak sesuatu," jelas Shasha.

"Cepetan Vira! cepet! dia ngerayap terus, ihh ..." Vano semakin ketakutan.

Shasha yang berusaha menghampiri Vano di kegelapan pun akhirnya sampai hadapan Vano.

"Aku kaya nya di deket kakak, di sini kak mana pundak nya aku gak bisa liat," tanya Shasha yang sudah di dekat Vano

"Ini saya duduk kok masa kamu gak bisa jangkau sih, cepet bantuin saya!" teriakan Vano dengan nada yang semakin ketakutan.

"Iya masalahnya ku gak liat kak, nanti kalau aku salah pegang gimana," ucap Shasha spontan.

Shasha pun terus berusaha menjangkau pundak Vano dengan tangannya yang terus berusaha menemukannya dengan situasi yang gelap itu.

"Tuh kan hewannya semakin ngerayap ke deket dada saya, cepeten Vira!" Vano semakin panik tak karuan.

"Iya kak tenang dulu jangan gerak gerak kalau gerak terus hewannya juga bakalan ikut gerak, mana sih pundak kakak."

Vano pun mendengarkan saran Shasha dan tak bergerak sedikit pun walaupun dia sangat ketakutan sedangkan Shasha yang terus berusaha menemukan pundak Vano ternyata malah salah pegang.

"Kamu gila ya, itu muka saya gak sopan banget sih!" bentak Vano.

Setelah memegang muka Vano akhirnya Shasha dengan mudah menemukan pundak Vano.

"Iya maaf aku gak sengaja Kak lagian kan gak liat juga, ini kan pundaknya? mana hewannya Kak? aku mau nangkepnya juga gimana kan gak keliatan."

"Sini tangan kamu," Vano pun memegang tangan Shasha yang berada di pundaknya lalu mengarahkan ke dekat dadanya tepat dimana hewan itu merayap.

"Nah di sini nih, cepetan tangkep!" teriak Vano.

Shasha pun akhirnya berhasil menangkap cicak kecil tersebut.

"Yeah! Aku berhasil kak!" teriak Shasha kegirangan.

Tibi tiba menyala lampu namun sedikit redup, kemudian tak lama terdengar suara musik yang sangat romantis.

Suasana romantis membuat Shasha dan Vano terbawa perasaan hingga tak menyadari tangan Shasha masih berada di dada Vano dan tangan Vano pun ternyata masih memegang tangan Shasha, mereka pun bertatapan dalam waktu yang cukup lama.

Setelah beberapa lama akhirnya mereka menyadari situasi romantis yang membuat mereka canggung itu, Vano pun melepaskan tangannya yang masih memegang tangan Shasha, begitupun Shasha kemudian melepaskan tangannya di dada Vano.

"Ma ... ma ... maaf kak, saya buang dulu hewan ini," ucap Shasha terbata bata dengan mukanya yang sedikit memerah.

Shasha pun kemudian berbalik badan dan mulai berjalan, tiba tiba tanpa sengaja ia hampir terpeleset jatuh, ketika melihat itu Vano dengan refleks berdiri dan menolong Shasha lalu menahan pundak belakang Shasha dengan tangannya.

Shasha pun langsung berdiri setelah sebentar menatap wajah Vano dari bawah.

"Makasih kak", ucap Shasha kemudian memalingkan muka dan tak berani menatap Vano kembali.

"Anggap aja itu balas budi karena kamu menolong saya tadi menangkap hewan itu," jawab Vano yang juga sedikit canggung.

"Kamu buang dulu hewan itu, cuci tangan terus nanti kita makan," lanjut Vano.

"Iya kak, aku permisi ke toilet dulu."

Vano hanya mengangguk, setelah itu Shasha pun pergi ke toilet.

"Ini pasti kerjaannya Raka, bener bener dia bikin gue jantungan," gerutu Vno dalam hati.

...****************...

...Kantor Pram...

Pram tau bahwa hari ini Vira akan menemui Vano, meskipun ini rencana yang ia sepakati bersama Poernomo ia terlihat mondar mandir tak karuan, ia khawatir Vira justru jatuh hati beneran pada Vano secara Vano adalah pria keren dan tampan, iya pun berinisiatif menelpon Poernomo.

"Om, gimana pertemuan Vira sama vano?" tanya Pram pada Poernomo melalui sambungan telepon.

"Seperti lancar Pram," jawab Poernomo singkat.

"Loh kok gitu om, bukannya om mendampingi mereka?" tanyanya kaget.

"Gak Pram, lagian Vira gak mau om temenin, gapapa lah om juga gak bisa neken dan maksa dia juga kan, yang ada dia nanti gak mau nemuin Vano," jelas Poernomo dengan suara pelan karena sedikit lelah.

"iya deh om, ya udah saya tutup ya."

Pram semakin khawatir, dan pikiran negatif nya kembali kambuh, iya sedikit curiga namun Pram berusaha untuk mengontrol dirinya tak lain agar rencana bersama Poernomo lancar.

...****************...

...Restoran...

Seketika Shasha sedang di toilet ia berniat untuk kabur dan menemui Vira, tapi rencana nya itu justru di gagalkan oleh Raka yang melihatnya ketika akan keluar restoran.

"Hai nona, mau kemana?" tanyanya dengan suara khas gaya playboy nya itu.

Shasha pun kaget saat Raka tiba tiba datang.

"Aku mau ... eu ..." jawab Shasha bingung ketika di tanya raka.

"Mau beli sesuatu kak bentar, permisi ya," Shasha pun mencari alasan untuk keluar.

"Ehh ehh ehh mau beli apa emang? biar aku yang beliin. Kamu temui lagi Vano lagian kalian belum makan juga kan karena mati lampu lalu dan terjadi adegan romantis," ucap Raka tersenyum.

"Loh kok kakak tau?" tanya Shasha penasaran.

"Euh ... engga kok, aku gak sengaja liat," Raka pun mengeles.

"Aku permisi dulu kak", Shasha pergi tapi Raka tak putus asa kemudian mengejar Shasha.

"Eh Vira tungguin bentar, biar saya yang beliin ya."

"Gak bisa Kak, barang yang aku mau beli harus aku sendiri yang beli," jawab Shasha.

"Emang kamu mau beli apa sih?" tanyanya penasaran.

"Aku mau beli pembalut," jawab Shasha spontans berbohong, Shasha yakin Raka tak mungkin bersedia membelikan dia barang tersebut dengan begitu dia akan mudah untuk keluar.

"Pembalut?" tanya Raka sedikit kaget.

"Kamu tiba tiba menstruasi setelah kejadian langka tadi?" tanyanya konyol.

"Ih apaan sih kak," ucap Shasha malu.

"Kata siapa cowok gak bisa beli itu, saya bisa kok ... tenang aja nanti saya beliin," lanjut Raka.

"Kamu kembali dulu selesaiin makan malamnya sama Vano nanti saya nyusul, cepetan!" tegas Raka.

Mau tidak mau Shasha pun akhirnya tak bisa keluar lalu menemui Vano kembali.

"Kamu tuh cuci tangan atau mandi, lama amat," gerutu Vano yang bosan menunggu.

Shasha pun duduk dan tersenyum manis, lalu menatap Vano.

"Apa maksud senyuman sama tatapan kamu itu?" tanya Vano sinis.

"Mau tau gak kak aku ngapain tadi lama di toilet?" tanya Shasha dengan nada yang membuat Vano penasaran.

"Kenapa?" tanya singkat.

"Aku kasih tau ya keburukan aku sebelum kita bener bener deket atau nanti menjalin hubungan, sebenarnya aku suka makan makanan yang jijik cicak yang tadi kakak suruh aku buang itu aku makan, terus aku liat tikus di toilet sayang kan kalau di sia siakan begitu saja lagian aku tadi gak kuat nahan lapar," jawab Shasha yang tak masuk akal.

Shasha yang bingung memikirkan cara agar Vano ilfil padanya malah bicara ngaur dan tak masuk akal, Vano sedikit pun tak percaya pada ucapan Shasha itu ia hanya menganggap itu lelucon konyol.

"Cewe aneh, tapi dia lumayan imut juga, baru kali ini gue nemuin cewe kaya gini," ucap Vano dalam hati.

Vano pun menatap Shasha dengan tatapan nya yang tajam, bukannya takut justru Shasha malah mulai terpesona karena tatapan Vano tanpa ia sadari, ketika Vano menatapnya lagi lagi Shasha hanya bisa membuang muka dan tak berani menatapnya kembali.

"Kamu pikir saya bodoh apa," ucapnya ketus.

"Gak usah aneh aneh, cepet makan!" Vano memerintahkan Shasha dengan sikap dinginnya yang mulai kambuh.

Saat Vano menunggu Shasha yang tadi sedang ke toilet, makanan spesial pun datang lengkap dengan Eppetizer, Main Corse tak ketinggalan dissert yang menggunggah selera juga minuman yang tampak nya segar.

"Kira kira dia udah mulai ilfil belum ya sama aku, aku udah berpenampilan kaya anak kecil gini, udah bicara jorok. Tapi kaya nya belum deh aku harus bertingkah lebih konyol lagi," ucap Shasha dalam hati.

"Iya kak makasih, wah makanan nya banyak banget aku emang suka makan," ucap Shasha yang kemudian langsung melahap makanan tak henti hentinya untuk membuat Vano ilfil.

"Buset ni cewe, perutnya karet kali," gumam vano dalam hati.

"Aku yakin kali ini dia pasti ilfil banget, aku juga sebenarnya ilfil sama diri aku yang kaya gini," Shasha mengucapkannya dalam hati dengan penuh keyakinan.

"Kamu mirip Moumou," ucap vano spontan setelah meminum jus melon nya itu.

"Moumou itu apa kak?" tanya Shasha dengan mulutnya yang masih penuh makanan.

"Kucing peliharaan saya, kamu makan nya lahap kaya dia," jawab Vano tanpa senyuman.

"Dan juga menggemaskan seperti muomuo", lanjut Vano dalam hati berkata tanpa ia sadari.

Shasha hanya tersenyum dengan mulutnya yang sedikit belepotan.

Tiba tiba raka datang dan memanggil mereka.

"Hai Van!" sapanya berteriak.

"Hai Nona Mungil," sapa Raka dengan nada lembutnya.

Vano pun menarik Raka agar duduk di sampingnya, kemudian Vano mengintrogasi sahabatnya itu.

"Ulah lo kan tadi," tanya Vano pelan.

"Menurut lo siapa lagi?" tanya balik Raka.

Vano pun dengan sengaja menginjak kaki Raja.

"Sakit tau van, lo kenapa sih!" teriak Raka.

Shasha pun dengan mulutnya yang belepotan mengerutkan dahi melihat tingkah mereka yang aneh.

"Kenapa kak?" tanya Shasha pada Raka.

"Nggak kok," jawab Raka berpura pura baik baik saja.

Shasha hanya diam tak merespons, sementara Vano dan Raka terus berdebat.

"Seharusnya lo makasih sama gue karena udah menciptakan momen romantis yang langka dengan sempurna," ucap Raka berbisik.

"Termasuk cicak lo yang sama sekali gak lucu itu," sangkal Vano kesal.

"Itu juga demi lancarnya rencana bro," ucap Raka membela diri.

"Jadi gimana sekarang udah jatuh cinta?" tanya Raka nyeleneh.

"Apaan sih loh," ucap Vano yang kemudian menyentil bibir Raka.

Setelah itu raka melihat ke arah meja makan tak siap untuk menyantap makanan karena perutnya sudah keroncongan, saat melihat meja ia kaget tak ada satu piring pun makanan yang tersisa.

"Gila ini makanan di serbu ****** beliung apa, gak tersisa sepiring pun," ucap Raka keheranan.

"Lo tanya dia, gue juga dari tadi cuma minum jus ini doang", jawab Vano yang kemudian memperlihatkan gelas jus nya yang hampir habis.

Shasha pun hanya tersenyum dan tak kuat bicara banyak karena kekenyangan.

"Aku emang gini kalau makan kak," ucap Shasha berbohong.

Vano dan Raka hanya geleng-geleng kepala dan tersenyum keheranan.

"Oh iya hampir lupa nona ini pembalut kamu, kata pelayan tokonya malam hari lebih baik pake yang ini nih ada keterangan "night" nya, emang apa bedanya sama yang day ini?" tanya Raka dengan polos nya sambil memperlihatkan dua bungkus pembalut.

Shasha pun kaget dan malu karena tingkah polos Raka, tapi juga dia gak bisa salahkan Raka karena tadi dia yang bilang mau beli barang itu, dan polosnya Raka malah percaya padahal Shasha hanya mencari alasan untuk keluar Restoran.

Vano yang tau Shasha malu langsung mengerti ia kemudian mencubit paha Raka.

Rraka pun akhirnya mengerti dan tersenyum karena pertanyaan konyol nya membuat Shasha malu.

"Ya udah, kamu pulang aja biar Raka anterin," ucap Vano.

"Loh kok gue?" tanya Raka heran.

"Lo kan lebih ngerti cara nanganin cewek menstruasi dari pada gue," ucap Vano membuat Shasha tak nyaman padahal ia sama sekali gak datang bulan.

"Gak usah kak lagian aku di jemput temen kok, dia udah nungguin di parkiran," ucap Shasha.

Vano dan raka pun mengiyahkan, dan Shasha pun pamitan pada mereka tapi tiba tiba Vano memanggilnya kembali.

"Tunggu vira?" teriak Vano.

"Kenapa kak?" tanya Shasha.

"Ni yang tadi raka beli, bawa!" ucap Vano tegas sambil memberikan keresek yang berisi pembalut itu.

Shasha menoleh cukup lama ke arah Vano, ia merasa sangat konyol ketika itu.

"Makasih kak, aku pergi dulu," Shasha pun berjalan pergi.

Saat Shasha berjalan pergi vano memanggilnya kembali

"Vir!"

"Iya kenapa lagi kak?" tanya Shasha kesal, ia tak sabar untuk pergi dan menemui Vira yang sudah menunggunya lama.

"Permintaan kamu dan papa kamu nanti saya pertimbangkan."

"Terus euh .... "

"Terus apa kak?" tanya Shasha keheranan.

"Ini pake jas saya", ucap vano tanpa senyuman itu sambil membuka jas nya di hadapan Shasha.

Shasha hanya terdiam menerima perhatian kecil Vano.

"Anggap aja itu balas budi saya karena kamu nolongin saya dari hewan kecil menyeramkan tadi," ungkit Vano soal kejadian tadi.

"Bukannya kak Vano tadi udah bales budi ya, yaudah berarti aku yang berhutang budi kali ini," ucap Shasha sambil tersenyum.

"Makasih jas nya, aku pergi kak," Shasha pamit.

Shasha pun berjalan pergi dengan terburu buru menuju pintu keluar yang tak terlalu jauh.

Vano terus melihatnya sampai badan mungil Shasha tak terlihat lagi.

"Gadis kecil om Poernomo cukup menarik juga, baru kali ini hati gue kanyanya sedikit tersentuh. Tapi gue belum bisa memastikan ini cinta atau bukan," ucap Vano dalam hati.

"Lagian Van ini baru pertama kali Lo ketemu dia."

Bersambung...

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!