Gadis Perantau Mungil

Gadis Perantau Mungil

BAB 1- Suasana Baru Ibu Kota

Aisha Aileen Nathania adalah seorang gadis berprestasi yang kerap di panggil Shasha. Selain kepintarannya, yang menjadi ciri khas Shasha adalah wajahnya yang cantik dan imut juga perawakan yang mungil membuat Shasha memiliki pesonanya tersendiri.

Hari ini Shasha bersiap pergi menaiki kereta tujuan Ibu Kota Jakarta dengan di temani bi Imas juga paman nya, Wanto.

Beberapa hari lalu, Shasha menerima notifikasi bahwa dirinya lulus dan secara resmi di terima sebagai Mahasiswa jalur beasiswa di salah satu Universitas bergengsi Ibu Kota Jakarta.

"Sha, jaga diri kamu baik baik ya di sana jangan lupa nanti kalau udah nyampe kabarin kami," ujar pamannya, Wanto.

"Iya Paman, Paman dan Bibi juga kaga kesehatan. Makasih selama ini udah banyak bantu Shasha, do'ain Shasha sukses ya," jawab Shasha kemudian melirik merek dengan mimik muka yang sedih.

"Alah ... kamu sih Sha sok sok nya mau kuliah, udah kekurangan duit juga nanti pasti ngerepotin kita lagi. Pokoknya sebelum kamu sukses kamu gak boleh pulang, inget kamu juga harus tetep kerja kirim uang ke bibi itung itung kamu bales jasa lah ke kita!" celetuk bi Imas dengan nada judesnya yang khas.

Shasha hanya mengangguk seolah menyetujui perkataan bibinya, ia dari dulu sudah terbiasa dengan perkataan bi Imas yang nyeletuk dan perbuatannya yang terkadang semena-mena.

"Udah Mah jangan gitu terus, kasian Shasha harusnya kamu tuh dukung dan kasih semangat dia," seru wanto yang menasihati istrinya.

Bi Imas hanya membalas ucapan suaminya dengan bibir yang cemberut menunjukan kekesalan.

"Sha ... Kamu itu udah kami anggap seperti anak sendiri, kamu dapet beasiswa juga berkat kerja keras dan perjuangan kamu. Justru, seharusnya kami yang minta maaf karena selama ini kamu gak pernah di beri kehidupan yang layak, kamu juga kan sering bantu bantu kita kerja," ujar pamannya, Wanto.

Sejak usia satu tahun Shasha memang sudah bergantung hidup kepada bibi dan pamannya di Surabaya, orang tua Shasha meninggal 17 tahun yang lalu karena kecelakaan.

Walaupun hidup tanpa kasih sayang orang tua kandungnya dan mengalami masa masa sulit selama hidup Imas dan Wanto tak membuat Shasha putus asa, justru karena keadaan nya itu membentuk karakter Shasha kuat, mandiri dan juga penyabar.

Akhirnya kereta pun siap untuk berangkat, Shasha meninggalkan bibi dan pamannya dengan berat hati. Wanto tak kuasa atas kepergian Shasha, Wanto yang sangat menyayangi Shasha terus menatap Shasha sampai ekor kereta tak terlihat dan suaranya tak terdengar lagi.

"Udah lah pak ayo kita pulang aja!" ajak bi Imas lalu menarik tangan suaminya.

...****************...

...Jakarta...

Setelah beberapa jam, kereta yang Shasha tumpangi tiba di Jakarta.

"Akhirnya aku sampai juga, aku akan memulai hidup baru dengan penuh semangat," ungkapnya pelan sambil melihat langit cerah Ibu Kota dan juga sambil menikmati suasana baru yang jauh lebih ramai, berbeda dengan suasana di desa yang hening dan sejuk.

Kedatangannya ke Jakarta kali ini bukan yang pertama bagi Shasha, ia beberapa kali datang untuk mengikuti tes beasiswa.

Shasha pun beranjak pergi dari Stasiun menuju kosan yang sebelumnya ia sewa ketika dirinya mengikuti tahap akhir penerimaan beasiswa, ia sengaja menyewa kosan tersebut agar lebih dekat dengan kampusnya.

Setelah beberapa hari di Jakarta, Shasha pergi ke Kampus Impiannya untuk mengikuti ospek pertama, pagi pagi sekali dia bersiap dengan penuh semangat.

...***************...

...Universitas Negeri Jakarta...

Tiba lah Shasha di kampus impiannya, kini dia sudah secara resmi menyandang status sebagai Mahasiswa. Shasha pun dengan semangat bertemu teman baru yang beberapa telah ia kenal sebelumnya dan ia juga ingin segera menimba ilmu yang tentunya di jurusan yang sangat i minati tak lain di jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi karena cita-citanya ingin menjadi Staf Keuangan di Perusahaan besar.

Saat berada di kampus Shasha tak sendirian, Shasha sudah memiliki sahabat dekat yang secara tak sengaja bertemu sebelum mereka akan melaksanakan ospek hari ini, dia adalah Elvira Askana Havika Poernomo, putri satu satunya dari keluarga poernomo yang di kenal sebagai keluarga pebisnis kelas atas.

Meskipun latar belakang mereka sangat berbeda tapi itu bukan penghalang bagi mereka untuk menjadi sahabat, persahabatan yang baru seumur jagung itu seperti sudah terjalin sangat lama.

Ketika berjalan di dekat tempat parkir Shasha yang sedang bersama Vira melihat seorang wanita keluar dari mobil sambil menangis dan berlari ke arah toilet sampai tak sengaja laki wanita itu terkilir.

Shasha dengan spontan menghampiri wanita itu dan berniat menolongnya, ia pun tak sadar meninggalkan Vira seorang diri.

"Permisi, kamu kenapa? kaki kamu terkilir?" tanya Shasha ramah dan penuh simpati.

Wanita tersebut belum sempat menjawab pertanyaan Shasha, tiba tiba Vira yang di tinggalkannya pun berlari sampai terengah engah menyusul Shasha yang pergi ke arah toilet.

"Sha ... kamu kok ninggalin aku sih! terus kenapa kamu lari kesini?" tanya vira menggerutu, lalu vira pun baru menyadari ada wanita di depannya dengan mata yang sembab.

"Dia siapa sha? dia nangis? Kenapa, Sha?" tanya vira tanpa henti.

"Kakinya terkilir Vir," jawab Shasha singkat.

Wanita itu hanya melihat Shasha dan Vira tanpa berkata sedikit pun, dia hanya memperlihatkan ekspresi kesakitan.

"Sini aku bantu ya, tahan cuma sakit sedikit nanti juga baikan kok," Ucap Shasha

Dengan lihai nya shasha membantu menyembuhkan kaki wanita itu yang terkilir.

Wanita itu meringis kesakitan

Vira bengong tak menyangka sahabatnya yang mungil itu bisa menyembuhkan kaki wanita yang terkilir itu hanya dengan sekali sentuh.

"Gimana? agak baikan?" tanya Shasha.

"I ... I ... Iya makasih," ucap wanita itu dengan senyum tipisnya.

"Sama sama, kamu mahasiswa baru juga kan?" tanya Shasha penasaran.

"Iya, aku mahasiswa baru," jawab wanita itu singkat.

"Kita juga sama, yah kan Vir?" celoteh Shasha sambil merangkul pinggang Vira.

"Maaf kalau aku gak sopan, sebenarnya kamu kenapa? hari pertama ke kampus kok kamu malah sedih, cerita aja siapa tau kita bisa bantu," kata shasha dengan tulus sambil memberi Vira kode.

Vira menoleh lama ke arah Shasha, ia pun mengangguk membenarkan ucapan Shasha.

"Tadi aku sama ibu aku berantem di mobil," jawab wanita itu yang mulai terbuka.

"Loh Kenapa? ibu kamu maksa kamu sarapan ya, terus kamu gak mau? terus akhirnya berantem?" tanya vira dengan pemikiran polosnya.

"Gak mungkin Vir," saut Shasha sambil tersenyum geli mendengar pertanyaan konyolnya Vira.

"Mama aku dulu pas aku kecil suka gitu, Sha. Maksa aku terus ujungnya berantem deh," jawab Vira membela diri.

Shasha hanya tersenyum

"Sebenarnya kamu kenapa? siapa tau kita bisa bantu kamu kalau kamu ada masalah," tanya Shasha bersimpati.

Melihat Shasha yang seperti tulus padanya, membuat ia berani bercerita lebih terbuka pada mereka berdua.

"Aku cuma kesel sama ibu, aku kuliah disini bukan kemauan ku sendiri tapi ya karena di paksa, aku tuh berharap bisa seperti teman teman SMA yang dulu sering buli aku, kuliah di Universitas favorit Luar Negeri, aku mau buktiin kalau aku mampu kuliah di sana," ungkap wanita yang sedang membendung kekesalan dan kesedihan itu.

Shasha dan Vira spontan saling menatap.

"Jadi itu alasan kamu nangis? sebelumnya maaf ya aku cuma mau kasih kamu saran, kamu seharusnya bersyukur orang tua kamu masih sanggup membiayai kuliah kamu walaupun bukan di kampus impian kamu, justru di luar sana banyak orang yang ingin duduk di bangku kuliah tapi terkendala biaya. Contohnya aku yang harus berjuang sendiri untuk menginjakan kaki di Jakarta dan kuliah di kampus ini," ungkap Shasha memberi pemahaman berharap gadis itu sedikit lebih tenang dan bisa berpikir jernih.

Gadis itu terdiam sejenak dan mencerna ucapan shasha.

"Kamu benar, tapi berat bagi aku ngejalani ini semua," jawabnya seolah putus asa.

"Sesuatu yang tak sesuai harapan kita memang berat untuk di jalani, tapi seiring berjalannya waktu kamu akan mengerti apa itu namanya bersyukur. Masa depan kamu bukan hanya untuk kamu sendiri tapi juga untuk orang tua kamu, seandainya sekarang kamu belum bisa menjalani kuliah di sini demi kamu sendiri tapi coba kamu jalaninya untuk orang tua kamu, mereka pastinya menaruh harapan yang besar untuk masa depan kamu," jelas Shasha.

"Kamu liat sahabat aku itu Vira, dia seorang anak pebisnis besar sudah tidak di ragukan lagi kehidupannya yang mewah, tapi dia memutuskan kuliah disini dia sama sekali tak mempedulikan ucapan orang. Kamu juga gak harus mempedulikan ucapan teman teman kamu nantinya, cukup buktikan bahwa kamu juga bisa sukses," lanjut Shasha menyemangati wanita itu.

Wanita itu seolah terhipnotis dan termotivasi oleh kata kata Shasha, dia terdiam cukup lama.

"Makasih ya, mungkin ucapan kamu emang ada bener nya," ucap gadis itu sambil tersenyum.

"Kamu tenang aja ada aku juga Vira, gak usah sedih lagi ya!mau kan jadi temen kita? kita akan selalu nemenin kamu kok, yah kan vir," ucap Shasha sambil mengulurkan tangannya juga memberikan kode kepada Vira supaya ia melakukan hal yang sama.

"Iya iya, kebetulan kita kurang personil kok, Kita kan mau buat trio girls yah kan, Sha?" canda Vira.

"Kamu tenang aja walaupun Shasha kaya anak kecil tapi dia agak agak baik, walaupun aku cantik tapi aku gak sombong kok yah kan, Sha?" ungkap Vira dengan percaya dirinya.

Shasha pun tersenyum dan mengangguk pasrah karena memang muka nya yang imut dan badannya yang mungil membuatnya terlihat seperti anak SMP yang punya pesona sendiri.

Wanita itu pun tersenyum dan suasana hati nya kembali membaik.

"Makasih Shasha, Vira. Aku mau jadi temen kalian kok, aku juga belum kenal siapa siapa lagi disini selain kalian, aku Inara Kalea Lathifah panggil aja aku Nara," gadis itu memperkenalkan diri dengan wajahnya yang sedikit malu.

Nara merupakan gadis yang pintar, dia berasal dari golongan keluarga menengah yang cukup berada hanya saja dia adalah gadis yang pendiam dan pemalu.

"Nara, nama yang bagus. Aku Aisha Aileen Nathania biasa di panggil Shasha dan ini Vira," jawab shasha dengan ramah.

Setelah itu akhirnya mereka menjalin persahabatan yang sangat erat, meskipun jurusan juga minat mereka berbeda, Shasha di Jurusan Akuntansi, Vira dengan Jurusan Fashion nya serta Nara dengan Jurusan Kedokterannya, selain itu latar belakang mereka berbeda jauh tapi mereka tetap saling mendukung dan saling menghargai satu sama lain.

...****************...

...Tiga bulan kemudian...

Tiga bulan berlalu, Shasha menjalani status nya sebagai mahasiswi dengan baik dan dia juga menjalani hari hari yang menyenangkan dengan sahabat nya, Vira dan Nara.

Beberapa bulan kuliah dan hidup di Ibu Kota Jakarta dengan biaya hidup yang cukup tinggi, uang saku beasiswa nya yang hanya cukup untuk dirinya makan dan bayar sewa kos juga karena tuntutan bibinya membuatnya terpaksa bekerja paruh waktu menjadi seorang Writer di salah satu Restoran Mie yang cukup terkenal di sana dengan jarak yang tak jauh dari kos maupun kampusnya, Shasha berusaha mengatur waktunya sebaik mungkin.

Setelah kelas berakhir Nara dan Vira yang lebih dulu keluar menunggu Shasha di gerbang, lalu setelah beberapa menit kemudian Ahasha pun keluar kelas dan menyusul mereka.

"Sha, gimana kerja pertama kamu kemarin? kmu emang gak cape pulang kuliah langsung kerja dan itu kamu bakal lakuin hampir tiap hari loh," tanya Vira khawatir.

"iya gimana sha? lancar kan?" tanya nara.

"Cukup lancar kok bos nya juga baik, tapi aku masih proses training dan nggak masalah jug yang penting aku bisa bagi waktu dengan baik uang hasil kerja itu untuk kebutuhan aku juga sebagian lagi aku tabung terus kirim ke bibi dan paman di Surabaya," jawab shasha.

"Kamu sih gak mau tinggal di rumah aku atau Nara, kalau kamu tinggal di rumah kita kan gak perlu bayar kos sama beli makan," Vira menggerutu.

"Iya Vir, Ra, makasih atas niat baik kalian, walaupun kalian sahabat aku tapi aku juga gak mau ngerepotin dan harus numpang hidup sama keluarga kalian," sangkal Shasha.

Shasha memang gadis yang mandiri dan kuat, ia tak ingin merepotkan orang lain termasuk sahabat baiknya Vira dan juga Nara.

"Iya deh iya," jawab Vira pasrah.

"Ya udah aku pulang ya, aku mau siap siap kerja dulu," Shasha pami kepada sahabatnya karena harus pergi kerja.

"Iya aku juga mau pulang, supir aku juga udah nungguin tuh di sebrang ... dah," ujar Vira sambil berjalan menuju mobilnya dan melambaikan tangan ke Nara juga Shasha.

"Papa aku udah jemput Sha, aku juga pulang ya," Nara berpamitan.

"Dah, hati-hati Vir, Ra!" teriak Shasha kemudian melambaikan tangan ke arah sahabatnya.

...****************...

...Restoran Mie...

Hari kedua Shasha bekerja di Restoran dan masih dalam tahap training, karena dirinya yang tekun mudah bagi dia memahami dan mengerjakan segala arahan dari atasannya.

"Shasha, kamu di suruh pak Alex ke ruangan nya sekarang!" ujar Seniornya.

"Oh iya kak, aku kesana sekarang," Shasha yang sedang membersihkan meja pun akhirnya bergegas ke ruangan pak Alex.

"Permisi pak, bapak manggil saya?" tanya Shasha.

"Iya Sha, silahkan duduk," jawab pak Alex sambil menunjuk kursi di depannya.

"Gini sha, karena kerja kamu lumayan bagus, terus Restoran juga butuh banget Writer, mulai sekarang kamu jadi karyawan tetap di sini besok kamu bisa pakai seragam kerja ya", ucap pak Alex, Manajer Restoran tersebut.

"Baik pak, terima kasih banyak. Kalau begitu saya permisi dulu", ucap Shasha dengan senang, lalu pergi meninggalkan pak Alex.

Shasha akhirnya dapat bernafas lega karena ia sudah jadi karyawan tetap di sana, setelah waktu menunjukan pukul 09.00 malam ia pun bersiap siap untuk pulang.

Saat perjalanan pulang, jalan yang biasa di lewati Shasha sedang dalam perbaikan terpaksa ia pun harus berputar arah dan melewati jalan raya yang sepi.

Ketika sedang tenang berjalan, tiba-tiba dua pemuda menghampiri Shasha dan berniat menodongnya. Shasha pun panik dan terus berteriak minta tolong.

"Tolong ... tolong!,"

Lalu mobil mewah yang sedang melaju tiba-tiba berhenti lalu turun lah seorang pria berbadan tinggi dengan mengenakan jas dan sepatu ceko hitamnya. Laki-laki itu yang geram melihat tindakan pemuda tersebut langsung menghajar mereka, akhirnya setelah beberapa menit kemudian dua pemuda itu kocar macir ketakutan.

"Kamu baik-baik aja kan?" tanya seorang pria berbadan tinggi tersebut.

"A ... a ... Aku gak papa kok, a ... ma ... makasih," jawab Shasha terbata-bata.

"Jalan ini sepi, kalau bisa jangan lewat sini saya anterin kamu ya, rumah kamu dimana?," tanya laki laki tersebut.

"Gak usah kak aku jalan sendiri aja, tinggal jalan sedikit ke depan belok kiri udah sampai kok," Jawab Shasha menjelaskan.

"Ya udah kalau gitu hati-hati ya," ucap laki laki itu.

"Iya makasih kak,"

Shasha pun berjalan pulang ke rumahnya, dan sesekali menoleh ke belakang, kearah laki laki yang menolongnya barusan.

Bersambung...

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!