...****************...
...Dua tahun kemudian...
Tak terasa waktu begitu cepat berlalu, Shasha kini sudah genap dua tahun merantau Ibu Kota Jakarta menjalani masa kuliah yang menyenangkan bersama dengan dua sahabat baiknya Vira dan Nara juga pekerjaan yang tetap ia jalani dengan penuh semangat.
Kriring ... kriring ... suara handphone berdering.
Ternyata Paman Shasha dari Surabaya yang menelpon nya.
"Halo Sha, kamu apa kabar?" tanya pamannya dalam panggilan telpon tersebut.
"Halo paman, kabar shasha baik. gimana kabar bibi dan paman di sana?"
"Syukur kalau kamu baik-baik aja, paman dan bibi juga baik Sha,"
"Oh iya Sha ... kamu udah hampir dua tahun gak pulang, kenapa sha? kamu cuma ngirim uang doang kalau kamu mau pulang, pulang aja Sha jangan hiraukan bibi kamu," ucap Pamannya seperti mengharapkan kepulangan Shasha.
Saat berangkat ke ibu kota dua tahun lalu, Shasha memang tak pernah pulang lagi karena kemauan bibinya yang tak henti hentinya meminta uang sehingga ia harus terus bekerja keras mencari uang sambil menjalani kesibukan kuliahnya.
"Maafin aku paman, bukannya aku gak mau pulang aku harus kerja walaupun kemarin sempet libur kuliah, tapi kerjaan aku gak bisa di tinggal. Bukan karena bibi juga kok aku gak pulang, paman tenang aja," jawab Shasha meyakinkan pamannya.
"Ya udah Sha, kalau kamu mau pulang pulang aja ya nak!" tegas pamannya yang sangat mengharapkan Shasha pulang.
"iya paman, paman jaga kesehatan kabarin aku kalau ada apa apa ya."
"Iya Sha, kamu juga ya. Ya udah paman tutup ya telponnya, paman harus ke pasar dulu,"
"iya paman".
Shasha pun terdiam, dalam hati sebenarnya ia mau pulang mengunjungi paman juga bibinya, tapi ia takut kepulangan dirinya akan membuat bi imas tak senang.
...****************...
...Kantor Pram...
"Pak, mohon maaf saya mau kasih tau kalau beberapa hari lalu proyek kita yang di luar kota di batalkan oleh klain, dengan alasan katanya performa perusahaan kita beberapa tahun ini menurun sehingga klain yang awalnya berniat kerja sama perusahaan kita itu membatalkannya pak," ungkap sekretaris Pram memberi tahu kabar buruk tersebut.
Gebrakk.. Sontak sekretaris pram kaget, Pram emosi dan memukul meja kerja nya wajar saja klain besarnya membatalkan mega proyek yang akan mereka kerjakan, keuntungan besar pun harus melayang begitu saja.
"Ya udah kamu keluar dulu saja," perintah Pram dengan nada kesalnya.
Pram yang sedang marah karena proyek besarnya di batalkan, akhirnya ia pun menemui Poernomo untuk meminta solusi.
...****************...
...Kantor Poernomo...
Setelah tiba di kantor Poernomo tanpa basa basi Pram pun langsung menceritakan semua nya kepada Poernomo.
"Om, ini yang kesekian kalinya klain membatalkan bekerja sama dengan perusahaan saya apalagi ini klain penting dan proyek nya juga bukan main cukup besar, saya gak habis pikir kenapa dia membatalkan kerja sama dan memilih jasa perusahaan lain."
"Setelah saya selidiki klain penting saya dan juga mantan klain yang membatalkan kerja samanya dengan perusahaan saya kebanyakan beralih memakai jasa kontruksi perusahaan Prasetya itu, dan katanya dua tahun lalu beralih kepemilikan," lanjut Pram dengan wajah yang membendung kemarahan.
"Apa mungkin dia kaya nya sengaja cari masalah sama saya om," saut Pram dengan dugaan buruk nya yang semakin parah.
"Kamu tenang dulu Pram ... naik dan turunnya perusahaan itu emang biasa, mang setelah perusahaan Prasetya berganti kepemilikan oleh anak tunggalnya itu perusahaannya semakin berkembang dalam dua tahun ini," ungkap Poernomo dan menatap ke arah Pram.
"Wajar aja kan, om dengar perusahaanya mengganti semua pegawai dengan staf ahli dan juga dia mengganti peralatan juga bahan bangunan dengan kualitas terbaik sehingga proyek pembangunannya pun semakin cepat juga berkualitas, mungkin itu alasan klain kamu banyak yang beralih ke perusahaan itu Pram," ungkap Loernomo yang mencoba berfikir dengan realistis.
Dua tahun terakhir ini kian hari perusahaan Pram semakin menurun, hal tersebut karena perusahaan saingannya melejit pesat setelah berganti kepemilikan oleh anak tunggal Prasetya, yaitu Evano Syahreza Prasetya.
Perusahaan Vano melejit pesat dan juga membuat terobosan terobosan baru dalam dua tahun terakhir ini, tak heran Vano pernah menjadi lulusan unggul terbaik di Jurusan Manajemen Bissnis di salah satu Universitas terbaik Australia.
"Saya gak bisa tenang om, bagaimana pun caranya perusahaan saya harus tetap stabil dan gak boleh ada satu orang pun yang melangkah lebih maju dari saya," ucap Pram dengan emosi yang masih belum reda.
Dengan karakternya yang egois dan tak mau kalah Pram dengan mudah menjadi kejam, tak heran dia di juluki Bos Preman di dunia bisnis.
"Apapun dan bagaimana pun caranya saya akan menjatuhkan lawan saya tanpa belas kasian om!" ucap Pram tegas.
"Coba om pikir, kalau perusahaan saya benar-benar tergeser atau bahkan sampai collapse bagaimana kerja sama perusahaan kita, apa perusahaan om bisa berdiri sendiri tanpa perusahaan saya? engga kan, terus kalau saya bener-bener bangkrut dan saya jatuh miskin bagaimana Vira? apa dia mau punya suami miskin? apa dia akan bahagia? nggak kan om?" tanya pram tak henti hentinya kepada calon ayah mertuanya itu.
"Bagaimana pun cara nya om harus bantu saya!" tegas Pram yang seolah memaksa.
Poernomo pun sedikit khawatir dan juga merasa ucapan pram tersebut ada benarnya, bagaimana pun juga dia tak mau perusahaannya yang bergantung pada Pram ikut terdampak selain itu ia tak ingin laki laki yang sangat di cintai anak nya itu benar benar bangkrut.
Dengan pikirannya yang kalut, akhirnya terbesit di pikiran Pram sebuah ide buruk untuk menjatuhkan rival terberatnya itu, Vano.
"Om saya sepertinya ada ide yang mungkin terkesan gila," ucap Pram sambil membisikan sesuatu ke telinga nya Poernomo.
"Kamu gila ya Pram saya gak mau!" tolak Poernomo tegas dengan nada yang tinggi dan dengan wajah yang tampak sedikit emosi.
"Ya udah om pikir pikir aja, ini juga demi kebaikan kita," ucap Pram lalu pergi meninggalkan Poernomo.
Setelah beberapa hari Poernomo pun menelpon Pram
"Halo Pram, setelah di pikir pikir ide kamu yang sedikit gila itu sepertinya boleh dicoba juga tapi om gak tanggung jawab ya kalau sampai terjadi sesuatu di luar kendali," ucap Poernomo yang sebenarnya masih sedikit ragu.
"Oke om walaupun ini terkesan gila ini demi kebaikan kita juga kok, om harus pastikan anak Prasetya itu gak curiga sedikit pun!" ucap Pram dengan tegas.
...****************...
...Kosan Shasha...
Shasha yang baru pulang kerja sontak kaget melihat seperti sosok aki-laki memakai pakaian serba hitam tak ketinggalan dengan topi juga sepatu yang berwarna hitam dan laki-laki itu terlihat di kejauhan sedang berdiri mondar mandir di depan kosan Shasha.
"Laki laki itu siapa ya? malam malam gini datang ke rumah jangan-jangan dia mau jahatin aku, gerak-geriknya mencurigakan lagi," gumam Shasha pelan yang sedikit ketakutan tapi juga penasaran.
Tanpa pikir panjang Shasha langsung menghampirinya dengan berani dan memastikan siapa dan apa tujuan orang itu.
"Maaf cari siapa ya," tanya Shasha hati hati.
Setelah menyadari Shasha sudah pulang orang tersebut langsung memeluk Shasha dan menariknya ke dalam kosan.
"Ya ampun ... Vira, aku kira kamu siapa kenapa penampilan kamu kaya laki-laki gini, aku takut tau terus kamu kenapa nangis gini?" tanya Shasha yang khawatir pada sahabatnya itu.
"Hiks ... hiks ... hiks ... hiks ... aku sedih Sha, aku juga kabur dari rumah," kata Vira sambil menangis tak karuan.
"Kamu tenang dulu Vir, emang nya kamu kenapa vir? Coba cerita pelan-pelan," tanya Shasha sambil mengelus pundak Vira.
"Aku gak tau kenapa Pram tiba-tiba mutusin aku anehnya lagi papa mau jodohin aku ke cowok yang gak aku suka sama sekali, nyuruh aku temuin cowok itu weekend nanti coba Sha," keluh Vira yang terus menangis.
Vira tak tau Pram yang tiba tiba memutuskannya dan juga papanya yang ingin menjodohkan Vira tersebut hanya bagian dari rencana Pram dan Poernomo.
Pram dan Poernomo sengaja tidak memberi tau vira rencana besarnya, karena dengan karakter Vira yang sedikit polos mereka khawatir itu akan mengacaukan rencana mereka.
"Loh kenapa? sebelumnya emang ada masalah apa," tanya Shasha bingung.
"Gak ada sama sekali sha, aku bingung ku gak mau kehilangan Pram juga gak mau di jodohin sha,"
"Kamu tenang dulu Vir ... jangan nangis terus," ucap Shasha yang terus menenangkan Vira.
"Sha aku gak mau ketemu cowok itu, kamu tau aku mau di jodohin sama CEO sekaligus pemilik PT Unggul Jaya Prasetya, dia itu di kenal dingin sama wanita aku gak mau aku pasti gak bahagia kalau punya pasangan kaya dia," Vira terus mengeluh tak karuan.
"Vir ... kamu tenangin dulu diri kamu, kamu ke sini gak bilang kan ke papa kamu? gimana kalau dia khawatir nyariin kamu, lebih baik kamu pulang dulu aku temenin ya nanti kita cari solusinya sama-sama, kata shasha membujuk Vira.
Akhirnya Vira pun menuruti kata kata Shasha, dia pulang dan di temani shasha. Tak heran jika sedang dalam masalah Shasha lah satu satunya pelarian Vira, Shasha selalu bisa membuat Vira tenang.
...****************...
...Rumah pram...
Terdengar suara bel berbunyi, Pram pun langsung bergegas melihat siapa tamu yang datang malam malam begini, ternyata Poernomo lah orang yang datang tersebut.
"Om tumben malem malem gini datang ke rumah saya," tanya Pram.
"oh iya saya lupa, silahkan masuk om," Pram mempersilahkan Poernomo masuk.
Poernomo masuk dan duduk di ruang tengah.
"Om kesini mau cerita secara langsung soal rencana kita, om sengaja kesini malem malem supaya Vira gak tau, lagian tadi dia udah tidur," ucap Poernomo yang tak tau justru vira kabur ke kosan Shasha.
"Oh iya om, jadi gimana hasilnya?" tanya Pram penasaran dan penuh harap.
Om poernomo pun menceritakan rencana nya beberapa hari yang lalu saat menemui putra tunggal Prasetyo.
Beberapa hari yang lalu di kantor PT Unggul Jaya Prasetya
Tok ... tok ... tok ... trek ... suara pintu kaca terbuka.
Sontak seorang laki laki tampan berdasi tak lain ia adalah Vano yang sedang berdiri membaca dokumen dengan tatapan tajam dan dinginnya menoleh ke arah pintu.
"Permisi, Pak ada yang mau bertemu dengan Bapak, katanya pemilik PT Bumi Persada," kata sekretaris sekaligus asisten Vano, Gio.
"Siapa?" tanya nya singkat.
"Pak Poernomo, dia pemilik perusahaan besar yang bergerak di bidang bahan baku pembangunan Pak," jelas sekretarisnya
"Mau apa dia?" tanya nya ketus.
"Saya kurang tau, tapi katanya ada hal penting yang mau dia bicarakan."
"Suruh dia tunggu 1 jam lagi, saya lagi periksa dokumen," jawab Vano sambil mengambil file baru di mejanya.
"Baik pak," Gio pun pergi menemui juga memberi tahu Poernomo.
Poernomo pun menunggu dengan sabar di lobi perusahaan Vano.
"Perusahaan ini memang jadi lebih besar, karyawannya pun sepertinya memang staf yang ahli selain itu banyak orang penting datang ke perusahaan ini, tapi ini gak akan lama lagi," gumam poernomo dalam hati sambil duduk melihat lihat keadaan perusahaan Vano.
Satu jam berlalu dan gio pun mempersilahkan Poernomo menemui Vano di di ruang kerjanya.
"Perke_" ucap poernomo yang kemudiam langsung di potong Vano.
"Bapak tidak usah memperkenalkan diri saya sudah tau dari Asisten saya, langsung saja ada perlu apa menemui saya?" tanya vano dengan nada datarnya.
"Saya mau menjalin kerja sama dengan perusahaan anda, perusahaan saya bergerak di bidang bahan baku bangunan, saya yakin kalau kita bekerja sama kita akan saling menguntungkan," jawab poernomo untuk meyakinkan Vano.
"Aelain itu?" tanya vano dengan dingin.
Poernomo pun keheranan dan berpikir apa mungkin dia tau tujuan nyata nya ke perusahaan Vano.
"Saya sangat berbaik hati pada anda, dalam etika berbisnis seharusnya ketika anda ingin bertemu klain ataupun itu rekan bisnis anda harus mempunyai janji terlebih dahulu, tidak bisa seenaknya datang," Vano menjelaskannya pada Poernomo.
"Jadi sebenarnya mau apa anda kesini?" lanjut Vano bertanya.
"Sombong amat, tunggu aja nanti kehancuran kamu", Gerutu Poernomo dalam hati.
"Sejujurnya ada satu hal yang mungkin harus kamu ketahui, saya sama papa kamu dulu temen dekat kita pernah punya perjanjian untuk menjodohkan anak kita kalau anak saya perempuan, saat itu usia kamu baru 3 tahun dan istri saya sedang mengandung. Saya datang kesini karena anak saya itu, Vira. Dia sekarang masih kuliah semester lima perbedaan umur kalian juga mungkin gak terlalu jauh, mungkin kita bisa kembali mempertimbangkan perjanjian dulu itu," ungkap Poernomo seolah olah sangat mengharapkan Vano.
Vano pun menggelengkan kepalanya, dan tersenyum sinis juga sedikit geli mendengar permintaan Poernomo.
"Untuk kerja sama saya bisa pikirkan, tapi untuk niat baik anda yang kedua itu saya sama sekali belum tertarik!" ucap Vano tegas.
"Putri saya ini sudah lama mengagumi anda setelah saya ceritakan tentang kamu Van. Kedua, saya hanya ingin membuatnya bahagia, saya mohon ...." lirih poernomo dengan muka nya yang melas.
Poernomo pun terus membujuk Vano untuk bersedia dekat dengan anaknya, Vira. Dengan berbagai alasan dan muka melasnya.
"Saya tanyakan dulu ke papa saya, apa benar dia mengenal anda," ucap Vano yang kemudian melirik tajam Poernomo.
Singkat cerita melalui sambungan telpon Prasetya mengakui bahwa dulu memang berteman baik dengan Poernomo dan dia memang pernah mengatakan itu, walaupun hanya sebatas candaan.
"Bagaimana? papa anda mengenali saya kan?" tanya Poernomo.
Candaanya nya dulu dengan Prasetya ia jadikan senjata untuk mendukung rencana jahatnya itu.
"Iya, memang benar," jawab Vano.
"Prasetya teman yang sangat baik, hanya saja karena kita berbeda jalan kita sudah lama tidak bertemu," ungkap Poernomo yang seolah olah mengenang masa lalu.
"Jadi bagaimana? apa kamu bersedia mengenal putri saya?" tanya Poernomo penuh harap.
"Ini saya tunjukan fotonya," ucap Poernomo yang hendak memperlihatkan ponselnya.
"Tidak perlu," jawab Bano singkat.
"Ini bukan tentang putri anda atau bukan, prinsip saya dari dulu tetap sama seandainya ada yang tulus mencintai saya dan dia bisa membuat saya jatuh cinta, bukan hanya sekedar menjalin hubungan saya akan menikahinya terlepas bagaimana pun latar belakangnya!" ucap Vano dengan tegas.
"Satu hal lagi ... saya tidak ingin putri anda berharap terlalu jauh, saya bersedia mengenal dia karena saya menghargai pertemanan Anda dan papa saya dulu, hanya itu," lanjut Vano
Vano memang tipe orang yang sulit jatuh cinta, bahkan di usianya yang kini berusia 23 tahun belum ada satu wanita pun yang bisa meluluhkan hatinya. selain itu sebenarnya poernomo adalah orang yang kesekian kalinya memohon perjodohan.
"Baik kalau begitu sebelumnya saya mengucapkan terima kasih, weekend nanti saya harap kalian bisa bertemu, anak saya pasti sangat senang,"ucap poernomo.
Poernomo pun pamit dengan perasaan yang sedikit senang karena dia sudah selangkah berhasil untuk melancarkan rencana jahat nya.
"Jadi gitu Pram ceritanya," ucap Poernomo yang baru selesai menceritakan pertemuannya beberapa hari lalu dengan Vano.
"Bagus lah om lagian dia juga gak akan tau hubungan kita, walaupun kita sering dengar nama nya kita juga belum pernah ketemu juga kan, jadi sementara ini kita aman om."
"Hanya saja kita harus atur Vira supaya mau dan gak curiga dengan rencana kita, meskipun jujur saya gak tega harus menjadikan dia umpan."
"Nanti waktu yang tepat kita kasih tau Vira sesuai dengan rencana awal," lanjut Pram.
Poernomo pun mengiyahkan dan bergegas pulang ke rumahnya.
...****************...
...Rumah Vira...
Saat Poernomo di perjalanan pulang, Shasha dan Vira baru saja sampai di rumahnya.
Meraka pun ngobrol di teras rumah Vira.
"Sha aku harus gimana, aku bener-bener gak mau. Gak mau kehilangan Pram, gak mau juga di jodohin," ucap Vira yang tak henti hentinya mengeluh dan kebingungan.
Shasha sebagai sahabatnya hanya bisa menenangkan tanpa bisa memberi solusi, ia pun bingung dengan masalah yang di hadapi sahabatnya itu.
"Sha gimana kalau kamu gantiin aku sementara aja buat menemui cowok itu," ucap Vira spontan dengan pikirannya yang dangkal.
"Apa? Nggak lah Vir kamu tau konsekuensinya akan gimana nanti, lagian pertemuan ini pasti di awasi papa kamu," tolak Shasha.
"Aku akan atur itu Sha, aku mohon please Sha! nanti kamu bertingkah aneh aja di depan dia, supaya dia gak suka sama kamu, ilfil terus dia yang nantinya akan membatalkan perjodohan ini juga kan," ungkap Vira membujuk Shasha dan berharap sahabatnya itu setuju.
"Ini gak sesederhana yang kamu bayangkan Vir, itu bukan solusi yang tepat."
"Aku mohon sama kamu Sha, harapan aku cuma kamu, aku gak mau ketemu cowok itu, kamu tau kan aku cantik walaupun nanti aku bersikap aneh gimana kalau dia tetep suka sama aku," di situasi yang rumit, Vira masih bisa saja membuat Shasha tertawa dengan celotehannya.
"Jadi maksud kamu aku gak cantik gitu?", cap Shasha sambil tertawa ringan.
"Ih kamu mah Sha bukan itu maksud aku, kamu itu lebih pendek dari aku kan terus kamu tuh kaya anak kecil kan, aku yakin nanti dia pasti ilfil lah apalagi nanti kalau tingkah kamu kaya anak kecil banget, secara dia itu pasti selektif banget cari pasangan terbukti kan katanya cewek mana pun belum ada yang bisa menaklukan hati dia."
"Bisa jadi itu bener sih Vir, tapi gimana kalau papa kamu tau aku bener-bener gak yakin."
"Kamu tenang aja urusan papa aku, aku yang atur. Aku mohon Sha terakhir kali ini aja kamu bantuin aku," ucap Vira memohon kepada Shasha.
"Aku bingung Vir, tapi yaudah lah aku ngelakuin ini demi kamu," Shasha menyetujui permintaan Vira walaupun dengan ragu dan takut.
"Makasih Shasha ku yang tersayang," Vira senang kegirangan dan spontan mencium pipi Shasha.
"Ih apaan sih kamu vir, yaudah aku pulang ya nanti kalau ketahun papa kamu kamu kabur kan bisa repot," Shasha geli dengan tingkah vira itu dan ia pun akhirnya pulang.
Walaupun perasaannya ragu dan ia tak tau dampak apa yang akan terjadi kedepannya dengan terpaksa juga tak lain ini semua ia lakukan hanya demi sahabatnya baiknya, Vira.
bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments