BAB 4- Si Mungil Yang Menarik Perhatian

Beberapa hari kemudian

Sore ini Vira turun dari tangga rumahnya menuju ruang tamu dan kemudian menemui papanya.

"Vir kok kamu dandan gak kaya biasanya, kamu yakin mau pake baju ini?" tanya poernomo keheranan Vira yang biasanya memakai dress anggun atau gaun nya yang megah ketika akan datang ke pertemuan penting justru kali ini hanya memakai atasan kaos putih dan rok pendek berleyer warna hitam.

"Iya lah pa, aku gak mau ribet jadi udah lah pake ini aja. Yaudah kalau gak boleh aku gak mau pergi," jawab vira dengan muka cemberutnya.

"Engga kok, kamu tetep cantik kok pake baju ini," ucap Poernomo memuji Vira agar putrinya itu tetap mau menemui Vano.

"Terus kamu yakin gak mau di temenin papa ketemu sama Vano?" tanya Poernomo kepada putrinya.

"Iya pa aku yakin, lagian aku gak ngerti alasan Papa ngejodohin aku sama dia terus aku harus bersikap seolah aku menyukai padahal kan Papa tau sendiri cuma Pram yang aku suka," ucap Vira kesal.

"Iya nanti kalau waktunya tepat papa kasih tau alesannya, ini juga demi kamu vir," ucap Poernomo membujuk Vira.

Poernomo dan Pram berencana untuk mendekatkan Vira pada Vano tak lain mencoba untuk mendapatkan cinta dan kepercayaan Vano lalu mencari celah untuk menjatuhkan perusahaan Vano, setelah itu yang lebih kejam lagi mereka berencana untuk mencelakai Vano.

Rencana mereka memanfaatkan Vira dengan alasan yang belum di beri tahu sebenarnya justru akan gagal di langkah awal, karena Vira yang bertindak sendiri dengan meminta bantuan Shasha untuk menggantikan dirinya.

"Jangan lupa kamu harus baik jangan bertingkah konyol, jangan sampai Vano kecewa sama kamu, kamu bersikap aja seolah olah kamu suka sama dia," Poernomo mengingatkan.

"Ya udah cepetan sana jangan telat dia itu orangnya on time, papa anter kamu sampe depan ya," lanjut Poernomo dan kemudian mengantar Vira sampai kedepan rumahnya.

Vira pun bergegas dengan mobilnya untuk bertemu Shasha terlebih dahulu.

...****************...

...Rumah vano...

Berbeda dengan Vira yang sibuk mengatur rencana, justru Vano sedang bersiap di rumahnya tentu dengan di temani Sahabat karibnya.

"Van gue heran banget sama lo," Ungkap sabahat Vano, Raka Bramantio Damian.

Raka adalah sahabat vano sejak kecil, tak heran mereka selalu bersama walaupun sikap Vano yang sangat dingin tapi ia sudah terbiasa dengan sikap sahabatnya itu.

"Maksud lo?" tanya Bano dengan datar.

"Ini udah yang kesekian kalinya lo pergi ke perjodohan, tapi gak ada satu pun yang lo mau."

"Terakhir itu beberapa minggu lalu, lo tolak model cantik anaknya om Martin temen papa lo juga."

"Jangan jangan lo cuma mau mempermainkan hati para wanita, kalau emang lo gak mau dari awal lo tolak terus gak usah bersedia temuin mereka kalau ujung-ujung nya mereka patah hati, atau kasih satu kek ke gue," lanjut sahabatnya itu menduga duga.

"Lo udah kenal gue lama, tapi soal hati gue lo belum sedikitpun paham ka," Ungkap vano membela diri.

Vano memang bukan sengaja menolak para wanita tersebut karena setelah bertemu mereka Vano sama sekali tak tertarik atau bahkan menyukai mereka.

Hampir semua wanita yang menemuinya mengharapkan Vano karena memang pesonanya yang bisa membuat para wanita tergila-gila, namun sayang justru dia belum menemukan dambaan hati nya yang tepat sampai saat ini.

"Lo itu gak bisa di tebak van, lagian lo juga gak pernah cerita soal hati lo," ucap raka mengeles.

"Lo pahami aja sendiri ka," jawab vano dengan senyum tipis nya.

"Cuma Moumou yang ngerti gue, yakan Mou?," ucap vano lalu menghampiri dan memeluk kucing kesayangan peliharaan nya itu.

Raka hanya geleng-geleng kepala seolah terbiasa dengan tingkah Vano yang seperti itu, yang super dingin terhadap semua orang termasuk dirinya namun sangat hangat dan perhatian pada kucing peliharaannya itu.

"Lama lama gue yakin lo bener-bener gak waras van, jangan-jangan lo jatuh cinta sama makhluk berbulu lo itu," kata raka keheranan dengan tingkah Vano.

"Emang gue cinta mati ke Moumou, emuach," canda Vano sambil mencium kucing kesayangan nya itu.

Raka semakin tak mengerti dengan sahabatnya, dia hanya bengong melihat Vano.

"Lo temenin gue seperti biasa ka cepetan jangan bengong mulu, nanti lo ikutan aneh kaya gue," ucap Bano mengajak Raka sambil becanda.

"Iya hayu capcus."

Mereka pun berangkat dengan mobil mewahnya menuju Restoran Bintang Lima yang telah di booking sebelumnya.

...****************...

Saat di pertengahan jalan Vira yang sibuk menyetir akhirnya menelpon Shasha.

"Sha kamu tungguin aku bentar lagi sampe!" tegasnya.

"Iya Vir, aku tungguin kamu di jalan deket taman, aku juga bentar lagi nyampe kok," jelas Shasha yang sedang berjalan.

"Ya udah aku tutup ya," Vira pun menutup telponnya.

Akhirnya Shasha yang berdiri di sebrang jalan itu naik ke mobil vira yang baru saja sampai.

"Ayo sha naik," ucap Vira sambil membukakan pintu mobilnya.

Shasha pun duduk dengan muka nya yang tegang dan sedikit ketakutan.

"Kamu gak usah tegang gitu kali Sha, kamu tenang aku udah atur papa aku. Seandainya dia nyuruh orang mengawasi aku juga udah punya persiapan kok," ucap vira menenangkan.

"Kita tuker dulu baju kita jaga-jaga kalau beneran ada mata mata setidaknya bisa sedikit mengelabuhi kan."

"Lagian aku tadi sengaja pake baju yang sedikit kecil dan gak terlalu besar supaya pas di badan kamu," lanjut vira.

"Vir kamu yakin aku nanti pake baju kamu ini?" tanya Shasha kaget.

"Iya gapapa Sha kamu inget kan misi kita untuk buat dia gak suka kamu, meskipun papa aku nyuruh untuk menunjukan sikap seolah olah aku menyukai laki laki itu , tapi aku ya gak mau lah, buat apa coba aneh kan."

"Ya udah deh iya vir," ucap shasha pasrah

Shasha dan vira pun bertukar pakaian, dengan gaya rambut juga yang tak ketinggalan di ubah.

"Sha, kamu udah delapan puluh persenan lah mirip sama aku pas tadi papa aku liat, ya ... walaupun postur tubuh sama tinggi badan kamu udah gak bisa di apa apain lagi," ucap vira apa adanya.

"iya deh iya," jawab Shasha kembali pasrah.

Setelah beberapa menit menempuh perjalanan, mereka pun tiba.

"Kita sampe Sha kali ini aku mengandalkan kamu, maafin aku ya Sha."

"Semangat Sha," seru Vira.

"Iya Vir tenang, kamu sahabat aku. Aku pasti berusaha membantu kamu kok," ucap Shasha sambil tersenyum walau hatinya sangat ragu.

Ketika Shasha akan turun dari mobil tiba tiba ada yang menelpon nya.

"Siapa sha?" tanya Vira.

"Nara vir, aku angkat?" tanya Shasha meminta saran Vira.

"Angkat aja bilang kamu lagi nemenin aku beli makanan"

Vira yang tak mau lebih banyak orang tau tentang perjodohan dan dirinya yang di gantikan Shasha memilih untuk tidak menceritakan nya kepada orang lain, termasuk Nara sahabatnya sendiri.

Shasha pun akhirnya mengangkat telepon dari nara yang sudah berbunyi dari tadi.

"Halo sha, kamu dimana? aku mau ngajak kamu sama Via makan malem di rumah aku sekarang ", ajak Nara di sambungan telepon itu.

"Aku kebetulan lagi beli makanan sama Vira, tapi kemungkinan lama soalnya lumayan jauh. Nanti kalau keburu kita beliin kamu juga sekalian ngelongok kamu," jawab Shasha terpaksa berbohong.

Beberapa hari ini mereka bertiga memang jarang bertemu, karena Nara yang sedang kurang sehat.

"Oh kalau gitu aku tungguin kalian aja hati hati Sha, aku tutup dulu ya sha," ucap Nara dengan suaranya yang lembut lalu menutup telpon.

"Maafin aku Ra, bohong sama kamu terus nyembunyiin masalah vira ini dari kamu," gumam Shasha dalam hati.

Vira pun bertanya kepada Shasha kenapa Nara menelponnya, dan Shasha pun menjelaskannya.

"Kenapa Nara sha?" tanya Vira.

"Dia ngajakin kita makan malam di rumahnya, nanti aja kita beli sekalian ngelongok dia," jawab Shasha.

"Iya sha."

Shasha pun turun dari mobil Vira

"Kamu hati hati jalannya ya Sha," ucap Vira khawatir

"Iya vir, tungguin aku ya."

Shasha pun berjalan dari parkiran menuju Retoran, sedangkan Vira menunggu Shasha di mobilnya.

...****************...

...Retoran...

Ternyata Vano dan raka sudah menunggu di restoran tersebut.

"Udah sepuluh menit, kita tunggu lima menit lagi," ucap Vano pada Raka yang sedang asik main game online di handphonenya

"Santai aja kali bro, lo emang sih perhitungan banget soal waktu," ucap Raka yang masih sibuk bermain game.

Tak lama kemudian Shasha datang dengan kaos putih dan rok hitam yang kontras dengan warna kulitnya, juga dengan rambutnya terurai sampai pundak, serta dengan sepatu pink nya yang khas.

Dengan penampilannya yang seperti itu justru membuat shasha tampak lebih imut dan menggemaskan.

Shasha melihat dua pria bersetelan rapi lengkap dengan Jas, mereka sedang duduk di salah satu kursi, ia yakin salah satu dari mereka adalah Vano, Ia pun menghampiri mereka dan juga menyapa mereka.

"Permisi kak saya Vira, maaf menunggu lama," sapa Shasha dengan ramah dan suara khasnya.

Seketika Vano dan Raka melihat Shasha yang mereka kira Vira anak Poernomo.

"Ini anak Poernomo yang katanya umurnya gak beda jauh sama gue, tapi kok kaya bocah SMP," gumam vano dalam hati.

"Oh kamu Vira anak pak Poernomo itu, gapapa kita belum lama kok disini, silahkan duduk," sambut Raka ramah dengan gaya playboy nya itu.

"Aku harus bicara apa, aku bingung. Kenapa jadi ada dua cowok gini, aku gak tau lagi kak Vano itu yang mana, tapi kayanya yang ini deh", ucap Shaha dalam hati yang asal menebak.

"Makasih kak va ... no," ucap Shasha sedikit terbata bata yang sebenarnya keliru mengira Raka adalah Vano.

Shasha mengira raka adalah Vano karena Raka tampak lebih dominan ketika itu ia merasa Vano yang sebenarnya hanya pendamping.

Raka pun tertawa, dan Vano hanya tersenyum kecil, Shasha yang mendengar Raka tertawa hanya berdiri kebingungan dan merasa pada dirinya ada yang salah.

"Kenapa kak? tanya Shasha polos dengan mukanya yang menggemaskan.

"Gapapa, kamu duduk dulu aja," lanjut Eaka masih dengan wajahnya yang menahan tawa.

Shasha pun duduk dengan tegang dan bingung harus bagaimana membuat Vano tidak menyukainya agar dia membatalkan perjodohan sesuai dengan yang vira harapkan.

"Kakak kak vano kan?" tanya Shasha untuk memastikan.

Raka tersenyum dan melihat ke arah Vano, Vano pun memberi kode supaya Raka tidak mengakui dirinya adalah teman dekat Vano.

Vano sengaja membiarkan itu terjadi untuk melihat tingkah aneh juga lumayan menggemaskannya Shasha itu yang dia anggap Vira, anaknya Poernomo.

"Emm ... menurut kamu bukan?" jawab Raka.

"Dia sengaja kali bertingkah gitu, padahal jelas jelas papanya bilang dia suka sama gue udah lama, mana mungkin ada orang suka tapi belum liat muka orang yang di sukainya," gumam Vano dalam hati.

"Kata pak Poernomo kamu mengagumi aku udah lama dan sering memandang foto aku, tapi kok kaya gak kenal gitu," lanjut Raka menggoda Shasha.

"Justru Vira gak mau sama kamu kak, makanya aku yang disini mana pernah dia memandang foto kamu," gumam Shasha dalam hati.

Mereka pun melihat ke arah Shasha dan menunggu jawaban apa yang keluar dari mulut shasha. Lalu Shasha yang menyadari mereka terus melihat ke arahnya kemudian bicara dengan mukanya yang bingung.

"Euh ... a ... aku cuma ..." Shasha bingung dan tak bisa menyelesaikan bicaranya.

Shasha yang kebingungan pun mengalihkan pembicaraan.

"Oh kakak ini tem ..." ucap Shasha sambil melihat ke arah Vano.

"Temen dia," jawab Vano datar.

"Tadi kamu bilang cuma ... cuma apa?" tanya Vano penasaran.

Shasha tak menanggapi pertanyaan Vano tapi ia malah bertanya balik dan berbicara ngaur.

"Kakak temennya ka Vano? Kalian sedikit mirip hanya saja kak Vano (yang Shasha maksud adalah Raka) jauh lebih manis," ucap Shasha spontan keceplosan, ia pun menutup mulutnya.

Vano tersenyum kecil bukannya kesal ia justru merasa lucu, namun Raka pastinya gr mendengar pernyataan Shasha tersebut.

"Eh maaf kak maksud aku bukan gitu," ucap Shasha yang merasa bersalah.

"Kamu bener kok, aku tampan juga manis kalau dia sedikit tampan tapi garang kan?" tanya Raka dengan tujuan mengejek Vano.

"Iya juga," ucap Shasha pelan namun tak sadar masih terdengar oleh Vano juga Raka.

Vano pun merasa Shasha yang ia kira Vira itu cukup menarik dan menggemaskan.

Sepertinya Sejak awal Vano memang jatuh cinta pada pandangan pertama, tapi bagi Vano yang tak pernah jatuh cinta menganggap itu sebagai perasaan aneh yang mengganjal di hatinya.

Vano berdiri dan tiba-tiba menghampiri Shasha, shasha pun spontan melihat Vano yang tinggi dan badannya ideal itu.

"Kamu liat muka saya baik baik," ucap Vano lalu mendekatkan wajahnya ke arah Shasha.

Shasha pun merasa aneh dan takut memperhatikan wajah Vano yang sangat tampan namun tampa senyum, tapi dengan matanya yang tajam, alisnya yang hitam tebal, hidung nya mancung juga mulutnya yang seksi membuat Shasha seolah tak sadar.

"Kamu menyadari sesuatu?" tanya Vano yang kemudian duduk kembali ke kursinya.

Raka hanya tersenyum mengerti apa maksud Vano tersebut, sedangkan Shasha bingung dengan situasi itu.

"Kamu sengaja?", tanya Vano tanpa senyum yang seperti sedang mengintrogasi.

Shasha justru semakin bingung dengan pertanyaan Vano tersebut dan hanya tersenyum polos.

"Kamu sengaja menyebut raka itu dengan nama saya? biar apa?" tanya Vano untuk memperjelas.

Shasha akhirnya sadar bahwa dia keliru mengira raka adalah Vano.

"Hah Jadi dia kak vano?" ucap Shasha dalam hati.

Bersambung...

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!