Rudy melihat jam di pergelangan tangannya. Sudah waktunya makan siang. Biasanya di jam segini dia sudah menghubungi Juwita mengajaknya makan siang bersama.
Tapi sedari tadi pagi, Rudy sengaja menghindari Juwita. Dia bahkan tak membalas pesan yang dikirim Juwita, pagi tadi.
Dia masih merasa canggung setelah kejadian malam itu. Melihat Juwita membuatnya teringat dosanya untuk Sakura.
Lagi pula dia juga di buat pusing oleh perubahan istrinya itu. Padahal dialah orang yang sangat ingin melihat perubahan Sakura. Tapi kenapa dia malah was-was.
Rudy meraih ponselnya di atas meja. Lalu mencari kontak istrinya disana.
Turut! Tuuut!
Rudy menunggu sebentar, lalu panggilannya tersambung.
"Halo Isah, kamu dimana?" tanya Rudy di tengah suara bising di sebrang telpon.
"Di mall mas, aku habis dari salon terus sekarang lagi makan sambil nunggu kelas memasak."
Rudy mengerutkan kening, demi mendengar penjelasan panjang istrinya. Ke salon? Kelas memasak?
"Dengan siapa?" tanyanya dengan nada suara dingin.
"Bianca mas."
"Habis itu langsung pulang."
"Ohh gak bisa mas, abis ini aku lanjut yoga mas."
Apa lagi ini? Kelas yoga, kelas memasak.
"Apa apaan kau ini? Ikut yoga ikut memasak buat apa?!" Bentak Rudy kesal. Terbayang olehnya, Sakura berkeliaran di mall dengan Bianca dengan alasan ikut kelas.
"Udah ya mas, guru masak kami udah dantang."
Tut...tut...tut...!
"Hey! Isaah!" pekik Rudy sembari menatap ponselnya. Saking marahnya dia tak menyadari kehadiran Juwita di ambang pintu.
"Mas."
Panggil Juwita. Rudy beralih menatapnya.
"Ada apa?" tanya Rudy acuh. Dia hanya menatap sekilas lalu sibuk mengetik pesan untuk istrinya.
"Mas, kau mengabaikan ku?!" suara Juwita sedikit meninggi. Dadanya rasanya panas di abaikan Rudy seperti ini, setelah apa yang terjadi tadi malam.
Rudy menoleh dengan mata mendelik. "Kecilkan suara mu! Apa kau tidak takut ada yang dengar."
Juwita balas melotot kearah Rudy, dengan gerakan kasar dia menutup pintu sebelum melangkah masuk.
"Kenapa tidak balas pesanku? Apa mas benar benar sibuk. Sampai gak bisa ketik pesan." cencarnya dengan sedikit emosi.
Rudy mengusap wajahnya kasar, lalu menatap Juwita intens. Juwita yang tadinya sangat manis kenapa bisa berubah menyebalkan dalam waktu semalam.
"Memangnya kau kirimi aku pesan apa? Paling cuma mau tanya udah makan atau belum, atau kau mau tau bagaimana tidur ku semalam. Sementara ada yang lebih penting dari semua pertanyaan mu itu. Apa kau tidak paham."
Juwita terdiam, mendadak matanya terasa panas mendengar ucapan Rudy. Apa dia sama sekali tidak tidak memiliki perasaan. Apa tidak mau tau bagaimana perasaannya setelah kejadian malam itu. Apa dia benar benar berniat melupakannya?
"Apa kau sama sekali tidak merasa bersalah mas? Kita sudah melakukan itu, mas tidak lupa kan?"
"Aku ingat."
"Lalu kenapa mas mengabaikanku. Apa tidak ada yang ingin kau katakan setelah semua itu."
"Apa yang harus ku katakan. Apa kau ingin aku bertanggung jawab. Bagaimana caranya? Apa aku harus datang ke suamimu memintanya menceraikan mu, sebab aku akan bertanggung jawab telah meniduri istrinya. Begitukah?"
"Mas, kasar sekali bicara mu!"
"Dimana kasarnya? Bukankah sikap mu tadi memintaku melakukan itu. Oh atau kau mau kita melanjutkan hubungan ini secara diam diam?"
"Mas, kamu keterlaluan!"
"Lalu mau mu apa?! Aku hampir gila seharian memikirkan ini. Aku bahkan tidak bisa menatap wajah Isah. Aku sudah menghianatinya dengan kedok persahabatan. Breng sek bikan?!"
"Aku memang risih dengan penampilannya, tapi bukan berarti aku tidak mencintainya lagi." imbuhnya dengan suara bergetar.
Sementara Juwita termangu di tempatnya. Ini tidak seperti yang dia pikirkan.
"Lalu, apa arti kedekatan kita selama ini?"
"Apa maksudmu? Ohh Sh it!"
Benar. Juwita sudah pasti salah paham. Apa tidak ada yang memberitahu mereka. Bahwa tidak ada persahabatan yang murni antar laki laki dan perempuan. Selama ini mereka sudah pasti berjalan kearah itu. Tapi mungkin Rudy terlalu cepat menyadari bahwa hubungan mereka salah. Tapi tidak dengan Juwita.
"Juwita, mungkin sebaiknya kita menjauh dulu. Kita harus menata ulang perasaan kita masing masing. Aku kira ada yang salah pada hubungan kita berdua. Juga tentang terjadi kemarin, lebih baik kita anggap tak terjadi apapun. Aku rasa lebih baik begitu. Mengingat setatus kita yang sudah sama sama memiliki pasangan." ujar Rudy, sembari menatap lekat wajah Juwita.
Tapi sepertinya Juwita tak sependapat dengan Rudy. "Mas mana bisa begini. Bagaimana bisa mas membuang ku setelah kita menghabiskan malam bersama sama."
"Membuang mu. Siapa yang membuang mu. Itu kesalahan Juwita, dan harus di akhiri. Apa kau tidak berpikir begitu?"
"Jadi selama ini kau menganggapku apa?"
"Apa perlu kau tanyakan hal itu sekarang? Tentu saja sebagai sahabat. Memangnya ada hubungan apa lagi di antara kita."
"Lalu kenapa kau mau tidur denganku?"
"Juwita! Sudah kubilang itu kesalahan! Aku banyak pekerjaan kau keluarlah. Tidak ada lagi yang perlu di bicarakan."
Kesabaran Rudy benar benar sudah habis. Sikap Juwita membuat Rudy kesal. Memangnya hubungan apa yang bisa mereka bangun. Sementara dia dan Juwita masih masing sudah memiliki pasangan.
Sakura wanita yang baik, mana mungkin dia tega menyakiti hati istrinya itu.
Bukan dia tidak merasa bersalah atas kejadian itu. Tapi hubungan mereka memang tak bisa lebih dari sahabat.
Juwita keluar ruang kerja Rudy
dengan langkah kasar. Dia benar benar gusar di perlakukan begitu oleh Rudy.
Juwita melempar tas yang di kandangnya keatas sofa. Sembari berkacak pinggang, matanya nyalang menatap luar jendela. Seakan menatap sosok Sakura yang sangat dia benci.
Entah sejak kapan perasaan seperti ini menghampiri hatinya. Perasaan ingin menyaingi Sakura dan tak ingin dikalahkan. Ini terdengar gila mengingat siapa dia dan siapa Sakura.
Tapi perasaannya sudah terlalu dalam untuk Rudy. Dia bahkan sudah cukup lama pisah ranjang dengan suaminya.
Rudy adalah cinta pertamanya. Tapi sayang cintanya bertepuk sebelah tangan. Rudy terpikat pada Juwita pada pandangan pertama. Dan dia harus menikahi suaminya karena kecelakaan.
Untuk melupakan Rudy dia pindah ke kota lain. Tapi beberapa tahun belakangan dia di pindahkan di perusahaan yang sama dengan Rudy.
Sosok Rudy yang sekarang kembali menghipnotis Juwita. Hatinya mendadak jadi serakah. Dia menginginkan Rudy jadi miliknya. Walau harus menghancurkan dua mahligai rumah tangga.
Baginya, Rudy hanya pantas bersanding dengannya. Bukan dengan Sakura. Wanita udik yang tak tau gaya.
Dalam benaknya, betapa menderitanya Rudy berdampingan dengan Sakura.
Tapi perkataan Rudy tadi, seperti menampar pipinya dengan sangat keras. Sayangnya tamparan itu tak mampu menyadarkan ke gilaan Juwita. Dia bahkan mengibarkan bendera perang dan siap menyerang
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
abdan syakura
Hahhhhh. ..
Smg Sakura pny Bom tuk meluluh lantakkan Juwita.....
Semangat kak and lanjuttttt 😘💪
2023-05-29
0