Sakura menatap kosong pantulan dirinya di cermin. Ucapan Raja pada Diva, terngiang di telinganya. Dia ingin mempercayai bahwa tidak akan terjadi apapun di antara mereka. Tapi hatinya menyangkal.
Kenyataan bahwa mereka pergi bukan karena pekerjaan, ditambah lagi tidak pulang dan tak bisa di hubungi. Membuat asumsinya berkembang kemana-mana.
Hatinya rasanya nyeri, dia bahkan tidak tidur sepanjang malam. Semenjak suaminya dekat dengan Juwita, hatinya selalu was-was. Perasaan itu semakin bertambah parah, karena kejadian malam tadi.
Apa lagi Sakura dapat melihat tatapan Juwita yang begitu menginginkan Rudy.
Dia benar benar akan kehilangan Rudy, kalau dia masih saja diam.
Sakura menghela nafas kasar lalu beranjak keluar kamar. Menemui tukang kebun mereka. Pagi ini tukang kebun membawa pembantu baru, yang akan di pekerjakan di rumah mulai hari ini.
Setelah memberi pengarahan pada pembantu barunya. Sakura bersiap keluar rumah.
Tidak seperti biasa, kali ini dia tampil cantik. Dengan mengenakan pakaian terbaik yang dia miliki. Juga sedikit memoles wajahnya dengan kemampuan berdandan saat kuliah dulu. Dia menjelma menjadi orang yang berbeda.
Dia juga pergi dengan mengendarai mobil sendiri. Padahal sudah lama dia tidak memegang setir. Selama ini dia lebih senang naik taksi ketimbang naik mobil sendiri.
Sakura memarkirkan mobilnya di basement sebuah mall. Dia ada janji dengan Bianca di mall ini.
Sebagaian gedung mall belum buka, hanya tempat fitness saja yang sudah buka.
Saat Sakura keluar dari mobil, Bianca langsung menghampiri Sakura.
"Suamimu tidak pulang?! Dasar breng sek!" cecarnya tanpa basa basi. Sorot matanya penuh kemarahan.
"Memang breng sek." gumam Sakura sembari menghela nafas.
"Aku sudah bilang padamu, ada yang tidak beres dengan penyihir itu. Kau lihat kan," omel Bianca lagi.
Sakura mende sah berat. Bukan dia tidak berpikir kearah itu. Tapi Rudy selalu berkilah dan salahnya juga tak bisa bersikkap tegas.
"Aku akan membuat Rudy menyesal mengabaikan mu." geram Bianca.
Mendengar itu Sakura tersenyum simpul. Itu juga yang akan dia lakukan, makanya dia datang kesini menemui Bianca.
"Ayo ikut aku." ucap wanita bertubuh sintal itu, lalu melangkah masuk ke dalam mall di ikuti oleh Sakura.
Sakura menutupi dadanya yang besar dengan kedua tangannya.
"Aku gak mau pakai ini." ujarnya bernada protes.
Bianca memaksanya memakai baju olah raga pas body. Dia tidak masalah kalau lemak di tubuhnya terlihat jelas. Dengan melihat itu, usahanya membentuk tubuhnya menjadi ideal akan semakin terpacu. Tapi masalahnya dua benda kenyal di tubuhnya ikut terekspos. Tentu saja dia risih. Apa lagi dia memiliki dada yang lumayan montok.
"Gak mau apanya?! Mulai sekarang kau harus terbiasa. Kau tidak tau kenapa suamimu terus saja menempel pada nenek sihir itu. Itu karena dia selalu memamerkan belahan dadanya." Ujar Bianca berapi api.
Benar juga, wanita itu selalau datang kerumah nya memakai baju dengan belahan dada terbuka. Memikirkan hal itu membuat hati Sakura memanas.
Baiklah Rudy, kau harus lihat. Mana yang lebih indah. Punyaku atau punya selingkuhan mu!
"Baiklah, aku pakai ini. Ayo kita temui instruktur yang akan membimbing ku." ucapnya penuh semangat.
Bianca terkekeh senang. Dia tak sabar merubah Sakura jadi seperti yang Rudy impikan.
❣❣❣❣❣
Rudy menggeliat pelan. Tubuhnya terasa berat, sebab ada sosok lembut dan hangat sedang bergelayut manja di sisinya.
Dalam setengah kesadarannya, Rudy mengedarkan pandangannya. Memindai setiap sudut ruang kamar yang tampak asing.
Dia di mana? Lalu siapa sosok hangat di balik selimut tebal yang menutupi tubuh telan jangnya.
Dengan perasaan tak menentu dan jantung berdebar. Rudy perlahan menyibak selimut yang menutupi tubuhnya dan...
ASTAGA...!
Rudy mematung, pergulatan panasnya dengan Juwita tadi malam ternyata bukan mimpi?! Kenapa bisa begini, dia tidak mungkin mabuk dan lupa segalanya hanya karena segelas kopi.
Mendadak Rudy di serang panik. Bagaimana bisa dia melakukan hal kotor ini bersama Juwita.
Sial!! Benar benar sial!
Perlahan Rudy melepas tubuh mulus Juwita. Kalau tidak sedang kalut, mungkin dia bisa kembali terang sang melihat pose Juwita. Tapi dia sangat kalut sekarang.
Rudy beranjak dari ranjang dengan gerakan perlahan.
Bergegas dia memunguti dalaman dan celana panjangnya. Lalu tergesa memakainya.
Sambil mengancingkan bajunya dia melihat jam di nakas. Sudah pukul sembilan pagi.
Mampus!
Dia belum memberi kabar pada Sakura sedari malam.
"Rudy.." suara lirih Juwita mengejutkan Rudy. Dengan cepat dia menoleh pada Juwita yang masih berbaring di balik selimut. Perlahan terdengar isak tangis Juwita di balik selimut. Membuat Rudy semakin bertambah panik.
"Juwita, pakai baju mu. Kita harus bicara. Aku tunggu di luar." ucap Rudy kemudian beranjak pergi meninggalkan kamar.
Rudy menunggu di ruang tamu dengan gelisah. Kenapa Juwita menangis. Kejadian ini bukan cuma salahnya. Andai Juwita menolak sentuhannya hal hina ini tidak akan terjadi. Lagi pula Rudy seperti tak sadar melakukannya seperti di dalam mimpi.
Rudy menatap intens ke Juwita yang sedang berjalan ke arahnya. Matanya sembab karena menangis.
"Maaf, aku tidak tau kenapa aku sama sekali tak bisa mengendalikan hasrat ku. Perasaan itu tiba tiba saja datang. Lalu kejadian ini terjadi.Aku benar benar minta maaf. Sumpah aku tidak pernah berpikir melakukan hal kotor ini pada mu." ujar Rudy, masih dengan tatapan intensnya.
Juwita yang sedari tadi hanya tertunduk. Perlahan mengangkat wajahnya, menatap Rudy dengan ekspresi kecewa. Entah apa yang dipikirkan Juwita saat ini. Rudy tak begitu memikirkannya. Yang ada dalam pikirannya saat ini, bagaimana dia mengahadapi Sakura nanti.
"Kau tidak berpikir untuk menganggap tak terjadi apa apa buka?" Tanya Juwita, dia terlihat kesal melihat Rudy tak focus padanya.
Rudy terdiam, dia benar-benar berpikir begitu tadi.
"Juwita, memang itu yang harus kita lakukan. Kau punya Hasan, sedang aku punya Sakura." sahut Rudy hati hati.
"Iya kau benar." sahut Juwita sembari tersenyum kecut.
"Bersiaplah, kita harus pulang. Aku akan memesan taksi untuk mu. Sebaiknya kita pulang sendiri sendiri saja. Biar Sakura dan Hasan tidak curiga." ucap Rudy sembari memijit kepalanya yang terasa sakit. Saat menyebut nama Sakura, dadanya terasa nyeri.
"Tidak usah, biar aku pesan sendiri saja. Kau duluan saja, aku akan keluar sebentar lagi."
"Baiklah, kau hati hati ya. Nanti kalau sudah sampai aku kabari."
"Iya."
Juwita menatap kepergian Rudy dengan perasaan kecewa. Bisa bisanya dia bersikap begitu setelah pergulatan panas mereka tadi malam.
Begitu keluar apartemen. Rudy Langsung menghubungi Sakura.
Sudah panggilan ke lima, dia lakukan dari depan apartemen sampai ke basement. Tapi tak di diangkat Sakura. Kemana dia? Tak biasanya dia mengabaikan panggilan dari Rudy. Semarah apapun Sakura dia tidak akan berani mengabaikan suaminya. Rudy berdecak kesal saat panggilannya kembali di abaikan.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
abdan syakura
Huh...hah ...
dah mulai konflik nih.....
deg deg an Aqu....
Tolong Thor......
2023-05-29
0