Sakura berdiri di ambang pintu rumahnya untuk beberapa saat. Suasana sunyi terasa mencekam hatinya. Melihat mobil Rudy terparkir di bagasi hatinya nyeri. Dengan mobil itu dia selalu bepergian dengan Juwita.
Dia belum melihat dengan pasti. Tapi bau perselingkuhan sudah tercium sangat jelas. Hah entahlah, perjalanan hidup tidak ada yang tau. Rudy lelaki lembut dan balik ternyata juga bisa berubah cuek dan dingin.
Tapi Sakura tak kan tinggal diam, dia akan membuat Rudy melihatnya dengan pandangan memuja seperti saat pertama mereka bertemu dulu.
Dia tak kan dengan mudah menyerah, dia juga bukan wanita yang gampang putus asa.
Sakura menghela nafas berat, lalu perlahan masuk kedalam rumah. Cahaya ruang tamu dan ruang keluarga sudah berubah temaram. Pertanda semua penghuni rumah sudah tidur.
Tapi baru saja dia hendak naik kelantai atas. Suara Rudy terdengar menyapanya.
"Isah, sudah jam berapa ini?"
Deg !
Intonasi suara Rudy terdengar rendah dan dalam. Biasanya saat dia sedang marah intonasi ini yang keluar dari mulutnya.
"Entahlah, aku tidak lihat jam." sahut Sakura, kemudian melangkah pergi menapaki satu persatu anak tangga menuju kamarnya. Mengabaikan teriakan Rudy yang mampu membangunkan seisi rumah.
Ini yang biasa kau lakukan bukan?Mengabadikan teriakan Sakura saat kau memaksa pergi dengan Juwita.
Begitu masuk kamar, Sakura langsung naik ketempat tidur bersembunyi di balik selimut tebal.
Tak berapa lama terdengar langkah kasar Rudy masuk kedalam kamar.
"Isah! Aku belum selesai bicara." ucap Rudy, sembari berkacak pinggang di samping ranjang.
"Bicara saja, aku masih belum tidur." Sahut Sakura dengan malas.
Rudy menggeram kesal. Dia tadinya akan membawa Sakura makan malam, sebagai penebusan kesalahannya. Mereka juga sudah sangat lama tidak melakukan itu.
Tapi apa?! Sakura tak bisa di hubungi. Bahkan tak pulang pulang hingga larut malam. Rasa bersalah yang menumpuk terkikis oleh rasa marah yang menggunung.
"Keluar! Kau ingin aku bicara sementaara kau bersembunyi di balik selimut!" geram Rudy, sembari menarik selimut yang menutupi tubuh Sakura. Sontak tubuh Sakura tertarik ke arahnya.
"Berdiri." Pintanya dengan nada sedikit lembut.
Dengan gerakan malas Sakura beranjak duduk. "Aku ngantuk mas..." rengek Sakura sembari menatap Rudy.
Rudy terdiam di tempatnya menatap Sakura. Walau temaram, tapi dia bisa melihat dengan jelas riasan wajah Sakura.
Jadi dia keluyuran sampai larut malam sambil memakai riasan di wajahnya?!
"Dari mana saja kau seharian ini?!" Tanya Rudy geram.
Berkeliaran dengan memakai riasan? Siapa yang dia temui? Tidak, dia juga merubah gaya rambutnya?
Ada banyak tanda tanya di kepala Rudy, yang membuat dadanya hampir meledak.
Sakura berdecak kesal. Hal yang tak pernah dia lakukan selama menikahi Rudy. Dia selalu diam dengan apapun yang di katakan Rudy.
"Kenapa malah mendikteku. Mas sendiri tidak pulang semalaman bersama Juwita. Kalian kemana saja?" Sakura balas bertanya dengan sorot mata tajam.
Rudy gelagapan. Peristiwa malam kembali terbayang. Tiba tiba keringat dingin membasahi tubuhnya. Tatapan tajam Sakura seperti menguliti tubuhnya, memperlihatkan kejahatannya di belakang Sakura.
"A-aku tentu saja mengurus pekerjaan." sahut Rudy tergagap.
Sakura mengernyitkan alisnya, lalu tersenyum sinis. "Apa benar begitu?" Tanyanya bernada curiga.
"Tentu saja." Sahut Rudy cepat.
"Sudah malam, lebih baik kita tidur." imbuhnya sembari berlalu kekamar ganti.
Sakura tak menyahut, hanya tatapan matanya yang mengikuti langkah Rudy hingga menghilang di balik ruang ganti.
Rudy menutup pintu ruang dengan gerakan perlahan. Lalu tubuhnya bersandar di balik pintu dengan jantung berdegup kencang.
Tatapan Sakura tadi membuat rasa berdosanya datang lagi. Tapi rasa kesalnya juga berkecamuk dalam hati. Melihat perubahan Sakura.
Berhias dan mengubah bentuk rambutnya, dia kelihatan lebih cantik. Tapi kenapa hatinya malah jadi kesal.
Setelah berganti baju, Rudy menyusul Sakura ke tempat tidur. Baru saja merebahkan tubuhnya, dia kembali bangkit.
"Kau pakai parfum?" Tanya Rudy dengan jantung berdebar kencang.
"Hhhmm." sahut Sakura hanya bergumam.
Dada Rudy turun naik menatap Sakura. Dia merasa emosinya melonjak tinggi.
"Isah, sebenarnya kau pergi kemana seharian ini?" geram Rudy. Dalam bayangannya, Sakura pergi dengan teman lelakinya. Sebab dia tak pernah merias wajahnya saat pergi dengan Rudy. Tapi ini, bukan hanya merias wajah, dia juga merubah gaya rambutnya dan memakai parfum dengan wangi yang mampu meningkatkan hormon libido pria.
"Pagi aku pergi fitnes, lalu ke salon, dan makan malam."
"Makam malam?"
"Hhhmm." gumam Sakura separuh tidur.
Rudy melotot ke arah Sakura. Makan malam? Dadanya mendadak panas. Tapi dia tak lagi mengintrogasi istrinya. Dia takut akan jawaban Sakura.
Bagaimana kalau Sakura menjawab dengan jawaban yang tak di inginkan.
Ahhhh sial!
Rudy mengusap wajahnya kasar. Sejak kapan rasa cemburunya pada Sakura terasa begitu besar.
Paginya saat Rudy bangun, Sakura sudah tidak ada di tempat tidur. Ini sudah biasa, dia akan bangun duluan setiap harinya. Guna menyiapkan sarapan.
Selesai mandi dan berganti baju, Rudy turun kelantai bawah untuk sarapan.
Sesampainya di ruang makan, Rudy mematung di tempatnya sembari melihat wanita paruh baya yang sedang menyusun hidangan sarapan pagi di atas meja.
"Ibuk siapa?" tanya Rudy.
"Dia bik Atun. Pembantu baru kita." sahut Raja, yang baru saja datang dari kamarnya.
"Ooo, apa kau lihat mama mu?" tanya Rudy sembari menggeser kursi di depannya untuk di duduki.
"Itu, nyonya lari pagi tuan." sahut ibu Atun.
"Uhuk!!" Rudy menutup mulutnya dengan tangan. Air yang baru saja dia minum, menyembur keluar.
"Lari pagi?"
"Iya tuan."
Rudy meraih tisu di meja lalu menyeka mulutnya. Bersamaan dengan kedatangan Sakura dari pintu samping.
Dia masuk dengan rubuh bermandi keringat. Saat melihat anak dan suaminya sudah duduk di meja makan dia melayangkan senyum kearah mereka.
Mata tajam Diva menyipit meneliti wajah Sakura. Bulu bulu alis Sakura tertata rapi tidak seperti biasanya yang berantakan.
"Ma mama ke salon?" tanya Diva saat melihat perubahan pada wajah mamanya.
Sakura mengangguk sambil tersenyum. Lalu duduk di sebelah Raja.
"Mama gak sarapan?" tanya Raja saat melihat Sakura hanya duduk. saja di sebelahnya.
"Mama diet." sahut Sakura, sambil menatap Rudy. Rudy melotot kearahnya. Diet? Itu bagus, tapi kenapa dia tidak suka.
"Untuk apa Diet?" tanya Rudy, tanpa sadar.
"Pa! Kok untuk apa sih, ya biar cantik kayak tante Juwita." sahut Diva cepat.
Sakura tersenyum miring. Bahkan putrinya saja sangat mengagumi Juwita.
"Sudah-sudah sarapan sana, mama mau mandi dulu. Gerah." ucapnya sembari mengibaskan tangannya.
Rudy menatap sosok Sakura dengan tatapan tajam. Selama hampir dua puluh tahun mereka menikah. Sakura tak pernah peduli penampilannya. Lalu kenapa sekarang dia begitu peduli. Ada apa?
Rudy menggeleng pelan. Menepis dugaannya, Sakura bukan wanita seperti itu. Seperti ucapan putrinya tadi, Sakura hanya ingin kembali terlihat cantik.
Bukannya dia yang meminta Sakura merubah penampilannya. Lalu kenapa hatinya was was begitu.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
abdan syakura
Apa mmg para suami begitu ya?
Meminta istri 'berubah' dlm hal penampilan...
Tp ketika 'berubah' Dia bingung terheran-heran bahkan kesal....
wah ..wah...Bg Rudy,loe khawatir kl istrimu berubah cantik&sexi?
Apa kbrmu yg mengagumi wanita lain bahkan berbuat senonoh??
2023-05-29
2