Setelah mendapatkan restu dari istrinya, perlahan Adam berubah. Malam ini ia tidur menghadap istrinya dengan memeluk tubuh Aina. "Sayang, terima kasih sudah mengizinkan Mas untuk menikah lagi. Mas janji akan berlaku adil." ucapnya, Aina mengangguk atas jawabannya. Ia semakin mengeratkan pelukannya pada Adam dan tak terasa air matanya mengalir begitu saja sehingga Adam merasakan sesuatu pada dada bidangnya.
"Aina!" ucapnya, lalu ia memegang wajah istrinya. "Kau menangis?" kata Adam. Aina segera menghapus air matanya, ia tak ingin suaminya bertanya lebih. "Aku hanya rindu pada Ibu dan Ayah Mas," ucapnya.
Aina sudah tidak memiliki orang tua sejak ia masih duduk dibangku sekolah, bahkan ia juga tidak tahu keberadaan saudaranya. "Kau sangat merindukan orang tuamu sayang?" Aina menganggukkan kepalanya, padahal ia menangis karena suaminya yang akan menikah lagi. Ia takut jika suatu saat Adam akan pergi meninggalkannya, sedangkan ia tak memiliki siapapun didunia ini.
…
Pagi hari ini Adam akan pergi ke apartemennya, ia lupa dengan janjinya akan kembali ke apartemen karena semalam ia sangat bahagia bersama istrinya. Aina juga melihat banyak perubahan dalam diri suaminya, biasanya Adam tak pernah sarapan namun pagi ini Adam menghabiskan semua masakan istrinya. Bahkan ia baru sadar ternyata masakan sang istri jauh lebih nikmat daripada ia makan diluar. "Ibu, Aina, aku pamit ya." ucapnya, lalu ia mengecup kening suaminya begitu juga pada Ibunya.
"Hati-hati dijalan ya, mas." Aina melambaikan tangannya sampai mobil Adam tak terlihat lagi dari pandangan, Setelah itu ia kembali kedalam rumah. 'Aku bahagia sekali, Mas Adam sudah mulai berubah lagi seperti dulu. Semoga selamanya seperti ini.' lirihnya dalam hati.
Tidak hanya Aina saja yang bahagia dengan sikap suaminya, begitu juga dengan Bu Mariam yang ikut bahagia melihatnya. "Aina, Ibu ingin berbicara padamu. Duduklah disini." titahnya. Aina pun menghampiri Ibu mertuanya lalu ia duduk disamping dan menghadap pada Bu Mariam. "Ibu ingin berbicara apa?" tanyanya.
"Ibu merasa banyak perubahan dalam diri Adam. Apa kau juga merasakan hal yang sama?" Aina tersenyum ia juga mengangguk dan mengatakan hal yang sama. "Aina senang jika Mas Adam seperti ini Bu, Aina baru mengerti sekarang. Ternyata Mas Adam ingin menikah lagi dan memiliki keturunan, mungkin karena Aina tak bisa memberikannya jadi Mas Adam sering mendiamkan Aina."
"Kamu yang sabar ya Aina, semoga balasannya surga. Ibu tak bisa berbuat apa-apa dengan rencana Adam. Semua itu ada di kamu, kamulah yang berhak memberi persetujuan atas rencana Adam."
"Awalnya Ibu tak setuju jika Adam menikah lagi, karena Ibu tak ingin melihatmu menderita karena Adam. Namun ternyata kau wanita yang baik Aina, Ibu salut padamu karena sudah mengizinkan Adam untuk menikah lagi." sambungnya. Aina tersenyum menanggapi perkataan Ibu mertuanya.
'Kalau Ibu bisa mendengar hatiku, mungkin Ibu akan bersikeras untuk menggagalkan rencana Mas Adam. Aku tahu Ibu sangat menyayangiku apapun yang terjadi padaku, Ibu pasti akan melindungi ku.' ucapnya dalam hati Aina.
"Sekarang Ibu sudah tahu jawabanku, jadi Ibu tak perlu takut dan khawatir padaku. Aku mengizinkannya dengan ikhlas Bu." Bu Mariam memeluk Aina dengan erat, ia benar-benar sangat menyayanginya karena Aina anak sahabatnya yang telah meninggal.
…
Adam membuka pintu apartemennya dengan kunci cadangan, ia masuk kedalam dengan membawa makanan untuk Erina. Akan tetapi Adam terkejut melihat Erina yang baru saja selesai mandi.
Glekkk... Adam menelan ludahnya melihat sebagian tubuh Erina yang putih dan mulus. "Mas maaf, aku baru selesai mandi." ucapnya sambil menutupi dadanya dengan jari tangan Erina. "Ah iya kalau begitu silahkan pakai bajumu, aku tunggu dimeja makan." ucapnya, Adam segera membalikkan badannya menuju meja makan lalu ia meletakkan makanannya disana.
Setelah selesai, barulah Erina mendekati Adam yang sedang duduk dengan memainkan ponselnya. "Mas, aku kira kau tak akan datang kesini. Kemarin aku menunggu mu."
"Maaf Erina, aku tidak menepati janjiku. Kemarin sedang ada urusan di kantorku."
"Tak apa-apa Mas, lagian sekarang Mas ada disini." ucapnya.
"Oh iya, ini aku bawa sarapan untukmu, tolong habiskan ya."
"Kenapa repot-repot sekali Mas, padahal aku bisa masak sendiri dan aku melihat banyak sayuran di kulkas. Maaf ya Mas, aku sudah lancang melihat barang-barang disini." Adam tersenyum, ia sangat menyukai kesopanan Erina. Padahal Adam baru mengenalnya kemarin, namun Erina sudah membuatnya nyaman. "Tak apa-apa Erina, jika kau mau sesuatu hubungi saja aku."
"Baik Mas, sebelumnya aku sangat berterima kasih." Entah kenapa Adam merasa gugup jika sedang berbicara dengan calon istrinya. "Erina aku sudah meminta izin pada Ibuku dan juga istriku. Mereka semua setuju jika aku menikah denganmu."
"Serius Mas? aku lega sekali kalau sudah direstui oleh keluarga Mas, apalagi dengan istri Mas."
"Iya, jadi kamu tak perlu khawatir lagi. Aku akan secepatnya menghalalkan mu Erina."
"Kira-kira kapan Mas, aku sudah tak sabar ingin segera menjadi istrimu."
"2 hari lagi aku akan menikahi mu, apa kau setuju." tentu saja Erina sangat setuju, ia sudah tak sabar ingin menjadi istri Adam yang tampan dan kaya raya. "Aku minta maaf tidak bisa mengadakan pesta pernikahan, aku hanya mengundang sedikit kerabat dan teman kerjaku karena semua itu permintaan Ibuku. Apa kau tidak apa-apa Erina?"
"Tak apa-apa Mas, yang penting kita sah dimata hukum dan agama."
"Terima kasih atas pengertiannya Erina."
"Sama-sama Mas," Adam menatap mata indahnya lalu beralih ke bibir Erina yang terlihat manis baginya. "Em Mas kenapa memperhatikanku seperti itu?" Adam pun segera mengalihkan pandangannya, "Ah tidak apa-apa Erina, kalau begitu ayo sarapan dulu." ucapnya.
'Aku tak menyangka bisa mendapatkan pria kaya seperti Mas Adam, akhirnya aku bisa hidup nyaman tanpa dikejar lagi oleh kakek tua itu. Aku harus bisa mendapatkan hati Mas Adam agar dia menjadi milikku seutuhnya.' ucapnya dalam hati dengan merencanakan sesuatu untuk mendapatkan hatinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments