Adam membawa Erina ke apartemennya, untuk sementara Erina akan tinggal disana. Setelah resmi menikah Adam akan membawa Erina ke rumahnya. Tujuan saat ini ia akan meminta izin pada Ibu dan istrinya.
"Kau tak apa-apa tinggal disini sendirian?" Erina langsung mengangguk atas jawabannya, tentu saja ia tak masalah. Apartemen dengan semua fasilitas jauh lebih baik dari rumah sebelumnya yang ia tempati. "Aku tak apa-apa tinggal disini sendiri, ini jauh lebih baik dari rumahku." ucapnya.
"Baiklah, kalau begitu aku permisi dulu. Aku mau mengunjungi rumah Ibuku. Nanti aku akan pulang kesini untuk menemanimu." ucapnya, Erina tak mengerti apa yang dimaksud oleh Adam. "Maksud tuan akan tinggal disini berdua? kita kan belum menikah." ucapnya dengan polos. Adam tersenyum menanggapi ucapan calon istrinya yang sangat polos.
"Aku hanya mengunjungimu Erina, aku tidak akan macam-macam sebelum kita resmi menikah. Kau sangat polos sekali."
"Hehe maaf tuan, karena aku ini masih muda tentu saja aku sepolos itu." ucapnya.
"Memangnya berapa usiamu?" tanya Adam.
"20 tahun tuan," seketika Adam tak percaya dengan calon istrinya yang masih berusia 20 tahun, ia mengira Erina tidak semuda itu karena wajahnya yang terlihat dewasa.
"Apa tuan tidak menyukaiku jika aku masih muda?" ucapnya dengan penuh harap. "Ah tidak, aku hanya mengira kau sudah dewasa. Rupanya kau masih muda. Tapi tak apa-apa, aku tetap akan menikahi mu." Erina tersenyum pada Adam. "Terima kasih tuan."
"Mulai hari ini jangan panggil aku tuan, kau calon istriku jadi persiapkan panggilan sayang untukku." Erina bingung ia harus memanggilnya apa? sedangkan ia merasa tidak enak jika tak memanggilnya dengan sebutan tuan. "Aku panggil Mas saja ya, apa tidak apa-apa?" ucapnya dengan nada pelan ia takut Adam akan marah padanya. "Tentu saja aku menyukai panggilan itu. Kalau begitu aku permisi dulu untuk pulang, nanti kita ngobrol lagi." ucapnya, kemudian Adam pergi meninggalkan Erina sendirian di apartemennya.
Adam mengendarai mobilnya untuk pulang, ia ingin berbicara penting dengan Ibunya.
Aina yang sedang menyiapkan sarapan sore, ia terkejut dengan kedatangan suaminya. Biasanya Adam pulang malam. Akan tetapi hari ini ia pulang sore karena ada kepentingan. Aina bahagia dengan kepulangan suaminya, ia langsung menyambutnya dengan senyuman manis.
"Mas kau sudah pulang?" tanyanya basa-basi, tetapi Adam tak menjawab apapun. Bahkan ia tak mempedulikan istrinya. Adam memilih untuk menemui sang Ibu dikamarnya. Aina sangat sedih dengan sikap suaminya yang semakin hari semakin banyak perubahan. Ia penasaran kenapa suaminya tiba-tiba pergi menemui Ibunya? lalu Aina mengikuti langkah suaminya dari belakang.
"Ibu sudah tahu apa tujuanmu datang kesini Adam." ucapnya dengan nada tegas. "Kau membawa perempuan ke apartemen mu, dan Ibu mengetahui semua itu."
Langkah Aina terhenti didepan pintu kamar Ibu mertuanya, Aina mulai menajamkan pendengarannya.
"Jadi Ibu sudah tahu semuanya?" Bu Mariam mengangguk sebagai jawabannya. "Kalau begitu, apa Ibu akan merestui pernikahanku dengan wanita pilihanku?"
Deg, jantung Aina berdebar mendengar ucapan suaminya, 'Apa maksudnya merestui pernikahan?' Aina semakin menajamkan pendengarannya.
"Ibu tak setuju jika kau menikah lagi Adam, kau menyakiti hati Ibu bahkan juga Aina. Ibu harus bagaimana menjelaskannya pada Aina? kau tahu Ibu sangat menyayanginya." ucap Bu Mariam dengan suara bergetar menahan sesak di dadanya. "Maafkan Adam Bu, ini semua juga demi Ibu agar Adam bisa secepatnya memberikan Ibu cucu." kemudian Adam mendekati sang Ibu lalu ia mengecup tangannya dengan lembut. "Izinkan Adam untuk menikah lagi, Adam ingin membahagiakan Ibu."
"Bukan begini caranya jika kau ingin membahagiakan Ibu. Sekarang Ibu tak menginginkan seorang cucu darimu lagi. Ibu hanya ingin melihatmu bersama Aina sampai akhir hayat."
"Tapi Bu, usia Adam sudah kepala tiga. Adam juga menginginkan seorang anak. Biar ada yang menemani Adam jika sudah tua." Bu Mariam terdiam dengan perkataan Adam, memang benar apa yang dikatakan Adam. Tapi Bu Mariam tetap tidak setuju dengan keinginan anaknya.
"Kau bisa mengadopsi seorang anak. Ibu tak apa-apa walaupun anak itu bukan anak kandungmu. Ibu akan tetap menerimanya." ucapnya, namun Adam menggelengkan kepala tak setuju. Ia tetap bersikeras akan menikahi Erina sebagai istri keduanya.
"Adam tetap akan menikah Bu, walaupun Ibu tak merestui pernikahanku. Aku akan tetap menikah dengan wanita pilihanku."
"Aku minta maaf jika sudah menyakiti hati Ibu, tapi inilah keputusanku tidak bisa diganggu gugat." sambungnya lagi. Kemudian Adam meninggalkan Ibunya yang masih menahan kecewa padanya. Ia menutup pintu kamar Ibunya, disaat Adam membalikkan badannya ia terkejut dengan keberadaan Aina yang berada di hadapannya. "Aina!" Aina tersenyum getir menatap wajah suaminya. "Sejak kapan kau disini Aina? berani sekali kau menguping pembicaraanku dengan Ibu."
Bu Mariam yang berada didalam kamarnya ia mendengar Adam yang sedang berbicara dengan istrinya didepan pintu, lalu Bu Mariam berjalan kearah pintu dengan bantuan tongkatnya.
"Aina!" panggil Bu Mariam, dengan ekspresi kekhawatirannya pada Aina. Ia takut Aina mendengarkan pembicaraannya. "Aina! sejak kapan kau disini?" tanyanya.
Aina menarik nafasnya, ia sudah tidak tahan lagi menahan air matanya. Saat itu juga air mata Aina mulai membasahi pipinya. "Sudah lama aku berdiri disini mendengarkan obrolan Mas Adam dan juga Ibu, aku mendengar semuanya." ucapnya dengan nada bergetar menahan tangis yang hampir saja pecah.
"Bagus! kalau kau sudah tahu semuanya, jadi aku tak perlu memberitahumu lagi." ucap Adam dengan nada tegasnya tanpa mempedulikan perasaan sang istri.
Bu Mariam berjalan mendekat menghampiri Aina lalu ia memeluknya. "Maafkan Ibu, ini semua salah Ibu karena dulu Ibu yang telah menjodohkan mu
. Seharusnya Ibu tak melakukan ini padamu Aina." tangis Bu Mariam pecah, ia menyesal telah membuat Aina semakin tersakiti.
"Ini semua bukan salah Ibu, ini adalah takdir dari yang maha kuasa. Aina menerima dengan lapang jika Mas Adam ingin menikah lagi. Ini semua demi Ibu dan Mas Adam." ucapnya, seketika hati Adam lega setelah mendengar perkataan istrinya.
"Aina apa kau serius dengan ucapanmu?" tanya Adam. Aina mengangguk atas jawabannya, ia tak bisa berkata-kata lagi padahal hatinya begitu sakit. Akan tetapi Aina mencoba untuk ikhlas demi kebahagiaan keluarganya.
"Terima kasih sudah mengizinkan ku untuk menikah lagi, aku tahu ini berat untukmu. Namun ini semua demi keluarga kita." Aina kembali mengangguk lalu ia mengusap air matanya dengan kasar, ia tak mau terlihat lemah didepan suami dan Ibu mertuanya.
Tiba-tiba saja Adam memeluk istrinya dengan erat sambil mengucapkan kata terima kasih yang kesekian kalinya.
'Semoga dengan mengizinkanmu menikah lagi, kau akan berubah Mas. Aku rindu pelukanmu yang seperti ini.' lirihnya dalam hati.
"Aina, terima kasih. Ibu tak menyangka kau akan mengizinkan Adam menikah lagi. Ibu sangat takut kau pergi meninggalkan Ibu." Aina menggelengkan kepalanya. "Aina ikhlas Bu," ucapnya dengan tersenyum namun tidak dengan hatinya seperti tertusuk duri untuk mengikhlaskan suaminya menikah lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments