Episode 2

Aina menunggu kepulangan suaminya namun sudah pukul 10 malam Adam masih belum menunjukkan batang hidungnya. Aina mulai gelisah memikirkan suaminya.

"Aina kenapa kamu belum tidur?" tanya Bu Mariam.

"Aina belum ngantuk Bu, Aina mau menunggu kepulangan mas Adam."

Bu Mariam menatap Aina dengan rasa kasihan, ia sedih melihat Aina yang masih setia menunggu kepulangan suaminya padahal sudah larut malam. "Aina lebih baik kamu tidur saja, ini sudah malam. Nanti ibu akan memberitahumu jika Adam sudah pulang." Aina menganggukkan kepala atas jawabannya, ia memang sudah sangat ngantuk namun sebagai seorang istri ia harus menyambut kedatangan suaminya.

"Kalau begitu Aina tidur duluan ya Bu, nanti kalau mas Adam pulang tolong beri tahu Aina."

"Iya Aina, tidurlah." Aina kembali menuju kamarnya, ia sangat bersyukur memiliki mertua yang sangat baik dan pengertian. Aina mulai menguap dan merasakan kantuk lalu ia memejamkan matanya. Akhir-akhir ini Adam sering pulang malam. Tepat pukul 12 malam, Adam baru sampai rumah.

"Adam!" panggil Bu Mariam dengan nada tegas menyapa Adam yang baru saja pulang. Adam terkejut melihat Ibunya yang masih menunggu kepulangannya. "Ibu? kenapa ibu belum tidur? ini sudah malam."

"Ibu menunggu kepulangan mu." tegasnya, lalu Adam berjalan mendekati Ibunya dan ia mengecup tangan Ibunya dengan lembut. "Kenapa ibu menunggu Adam, harusnya jam segini ibu sudah tidur. Ibu jangan tidur terlalu malam karena kesehatan ibu sedang tidak baik." ucapnya dengan mengusap lembut tangan sang ibu.

"Kalau kau sayang ibu, seharusnya kau pulang siang. Kasihan istrimu, dia menunggu kepulangan mu."

"Maafkan Adam Bu, karena pekerjaan Adam baru selesai." Bu Mariam menatap Adam dengan penuh curiga.

"Ibu tak percaya! ibu tahu tentang keadaan perusahaan mu, tolong jangan bohongi ibu!" ucapnya dengan nada meninggi. Adam mencoba meyakinkan Ibunya. "Adam tak berbohong Bu, akhir-akhir ini pekerjaan Adam sedang banyak. Jadi Adam terpaksa pulang malam, lain kali Adam akan pulang siang Bu."

Kemudian Adam mendorong kursi roda Ibunya menuju kamar, lalu ia menidurkan ibunya perlahan.

"Ibu tidur ya, ini sudah malam." Bu Mariam pun mengangguk dengan jawabannya.

"Adam permisi dulu Bu, mau menemui Aina." Bu Mariam tersenyum dengan terpaksa, ia tak menyangka Adam bisa berbohong padanya. Ia tahu Adam telah menemui seseorang. sebelumnya, Bu mariam sudah menyuruh orang suruhan untuk melaporkan kegiatan anaknya di kantor.

Awalnya Bu Mariam tak percaya bahwa Adam menemui seorang wanita, namun setelah orang suruhannya memberikan bukti sebuah foto barulah ia percaya.

Adam masuk kekamarnya dengan perasaan kesal melihat istrinya yang sudah tertidur nyenyak.

'Harusnya kau menyambut ku Aina, kenapa kau malah menyuruh ibuku untuk menyambut kepulangan ku. Semakin hari kau semakin membuatku marah.' kesalnya dalam hati.

Adam melemparkan jass nya ke sembarang arah sehingga membuat Aina terbangun dari tidurnya.

"engh, Mas kau sudah pulang?" ucapnya dengan mengedipkan matanya yang masih ngantuk. Adam menatap istrinya dengan tajam.

"Beginilah seorang istri menyambut suaminya!" ucapnya dengan nada tegas dan meninggi.

"Maaf Mas, tadi ibu menyuruhku untuk tidur dan aku menurutinya karena memang mataku sudah mengantuk Mas."

"Bodoh! harusnya kau tak boleh tidur. Walaupun Ibuku menyuruhmu untuk tidur seharusnya kau menolak. Apa kau tak melihat Ibuku sedang sakit?"

Aina menunduk meratapi kesalahannya, entah kenapa setiap hari selalu ada masalah pada dirinya. Ia sudah berusaha menjadi istri yang baik namun tetap saja suaminya sering memarahi dirinya.

"Aku minta maaf Mas, lain kali aku tidak akan seperti ini lagi. Aku menyesal." ucapnya dengan penuh penyesalan.

Adam menarik nafas dengan kasar.

"Kau selalu membuatku pusing Aina, sampai kapan kau seperti ini terus." ucapnya dengan nada meninggi.

Padahal itu semua bukan kesalahan Aina, melainkan kesalahan dirinya karena selalu pulang larut malam. Akan tetapi Adam tak menyadari semua itu, dia selalu menganggap dirinya benar.

"Tolong siapkan air hangat ku, badanku sudah sangat lengket. Kau malah diam saja." ucapnya, dengan cepat Aina pergi ke kamar mandi untuk menyiapkan air hangat, didalam sana ia mengerutuki dirinya yang terlalu bodoh. Ia sudah lelah dengan dirinya sendiri yang selalu dianggap salah.

'Sampai kapan aku harus seperti ini Tuhan,' gumamnya.

"Mas air hangatnya sudah aku siapkan." lalu Adam melewati istrinya begitu saja, tanpa mengucapkan terima kasih. Aina sedih dengan perubahan sikap suaminya, padahal dulu Adam tidak seperti ini. Tapi entah kenapa akhir-akhir ini banyak perubahan dalam diri Adam.

Setiap tidur malam pun Adam selalu membelakangi istrinya, bahkan ia tidak mau disentuh istrinya. Aina hanya bisa menangis dibawah selimut tebalnya tanpa suara, sungguh ia sangat sakit hati dengan sikap suaminya.

Adam sudah pergi ke alam mimpinya dengan nyenyak sedangkan Aina masih belum bisa memejamkan matanya. Ia terlalu larut dengan pikirannya, memikirkan bagaimana caranya ia tak melakukan kesalahan lagi pada suaminya.

Byurrr...

Adam menumpahkan satu gelas air pada wajah istrinya sehingga Aina teronjak kaget dengan perlakuan Adam yang tiba-tiba membangunkan dirinya.

"Mas!" Aina melihat ke sekeliling ruang kamarnya dan ia sangat terkejut melihat jam di dinding yang sudah menunjukkan pukul 8 pagi.

"Aku kesiangan Mas, aku minta maaf." ucapnya, baru saja semalam ia memikirkan bagaimana caranya untuk tidak membuat kesalahan, namun sekarang ia malah melakukannya lagi.

"Enak ya, tidurmu sangat nyenyak sekali. Istri macam apa kau ini." ujarnya dengan menatap tajam pada Aina.

"Aku minta maaf Mas,"

"Maaf katamu! sampai kapan kau akan mengatakan itu. Nyatanya kau tak bisa belajar dari kesalahanmu. Aku tak tahu kenapa kau jadi seperti ini Aina, sebenarnya ada apa dengan mu." tanyanya dengan nada tegas, Adam malah bertanya pada istrinya tanpa ia bertanya pada dirinya sendiri.

Aina tak bisa menjawab perkataan suaminya, ia hanya bisa meneteskan air mata untuk jawabannya. Selama ini ia tak pernah lemah atau menangis didepan suaminya namun kali ini ia sudah tidak tahan lagi menahan air mata.

Adam meninggalkan Aina yang masih berdiri, ia sangat benci melihat air matanya. Jadi ia lebih baik pergi kelantai bawah tanpa mempedulikan istrinya lagi.

"Pagi Bu," sapanya pada sang Ibu yang sedang duduk di meja makan, lalu ia mengecup keningnya.

"Dimana Aina? kenapa dia belum kesini." tanyanya dengan penasaran karena tak biasanya Aina bangun kesiangan.

"Aina baru bangun Bu, sebentar lagi ia juga akan kesini." Bu Mariam bingung dengan ucapan anaknya, karena setahu dirinya Aina tak pernah bangun kesiangan bahkan Aina terbilang istri yang rajin. Tak lama kemudian Aina turun dari tangga menuju meja makan, Bu Mariam melihat perubahan pada Aina. Ia melihat mata Aina yang sembab dan memerah. Bu Mariam yakin bahwa anak dan menantunya sedang ada masalah.

"Pagi Bu, maaf Aina kesiangan." ucapnya dengan bibir tersenyum namun matanya tak bisa berbohong, ia menyimpan banyak kesedihan disana.

"Tak apa apa Aina, namanya juga manusia jadi wajar kalau kau bangun kesiangan. Ibu tahu kau pasti sangat kecapekan karena kau terlalu sering bekerja dirumah ini. Mulai sekarang Ibu tak akan mengizinkan mu untuk mengerjakan pekerjaan rumah." dengan cepat Aina menggelengkan kepalanya, ia tak mau jika dirinya tak diizinkan untuk bekerja lagi karena dirinya sudah sangat banyak berhutang Budi pada Ibu mertuanya. "Tidak Bu, Aina akan tetap bekerja. Semalam Aina hanya tidak bisa tidur jadi Aina kesiangan. Maafkan Aina ya Bu," ucapnya dengan menatap kearah suaminya.

Bu Mariam sangat sedih dengan sikap Aina yang seperti ini, ia merasa menyesal sudah menjodohkan Aina dengan anaknya yang tak pernah menghargai istrinya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!