Part 5 - Perpisahan

Keesokan paginya, suara bel ditekan beberapa kali dan Iva yang membukakan pintu. Rupanya itu adalah ayahnya, Vano Evram Lewis. Iva langsung menyambut ayahnya dengan riang, berbeda dengan Vio yang dilihat ayahnya sangat kusut dan masam.

"Iva, sayang, Ayah rindu padamu!" ujar Vano sambil tersenyum lebar.

"Iyah! Aku juga rindu Ayah!" jawab Iva dengan gembira, memeluk ayahnya erat.

"Vio kenapa? Pagi-pagi sudah kusut seperti itu?" tanya Vano pada anak laki-lakinya.

"Seperti biasa, bertengkar dengan adiknya." ucap Naomi, adiknya Vano yang menjawab.

"Kau ini anak perempuan yang lincah, lain kali jangan menggoda Vio, kasihan dia."

"Biarkan saja. Dia resek! Kemarin saja dia menyalahkan ku yang tidak ingin pergi, tapi rupanya dia yang paling tidak semangat!"

Iva kemudian memberitahu bahwa ibunya sedang di kamar, dan tak lama kemudian Laura datang menyambut Vano. Laura tersenyum hangat saat melihatnya.

"Selamat pagi! Kau sudah pulang." sapanya sambil memberikan senyuman lebar pada Vano.

"Selamat pagi, Laura. Bagaimana kabarmu?" tanya Vano sambil memandanginya dan anak-anaknya.

"Baik. Kita semua sudah siap-siap untuk pergi?" tanya Laura.

Vano mengangguk. "Ya, semuanya sudah siap. Tapi, aku penasaran, apa rencanamu untuk mengurus sekolah Vio dan Iva di Indonesia?"

Laura memandang suaminya dengan senyuman. "Aku sudah mencari informasi tentang sekolah di sana. Aku ingin memastikan mereka mendapatkan pendidikan yang baik dan lingkungan yang positif. Aku juga ingin mereka bisa beradaptasi dengan baik di lingkungan baru."

Vano mengangguk mengerti. "Itu sangat baik. Aku yakin kalian akan menemukan sekolah yang sesuai untuk mereka di Indonesia. Aku mendukung penuh keputusanmu."

Vio yang duduk di samping, masih dengan wajah yang sedikit masam, akhirnya ikut berbicara. "Ayah, aku masih tidak senang harus pindah ke Indonesia. Aku sudah betah di sini."

Vano menghampiri Vio dan duduk di sampingnya. "Vio, aku tahu perubahan ini tidak mudah. Tapi kadang-kadang, kita harus memberikan kesempatan pada perubahan untuk membawa hal-hal yang baik. Awalnya memang merasa kurang antusias, tetapi lama kelamaan, kau pasti akan senang berada di sana."

Vio mengangkat bahu, tetapi sedikit senyuman sudah terlihat di bibirnya. "Baiklah, Ayah."

Laura tersenyum puas melihat interaksi antara Vano dan anak-anaknya. Mereka memang perlu waktu untuk beradaptasi, tetapi dengan dukungan keluarga, Laura yakin semuanya akan baik-baik saja.

"Apa kau sudah siap? Kita berangkat sekarang. Aku sudah mengurus sebagian surat pindan anak-anak ke Indonesia. Kita hanya tinggal selesaikan mengurus sekolah mereka." ucap Vano pada Laura.

"Ayah, Iva ikut ke sekolah. Aku ingin berpamitan ke guru dan teman-teman."

"Ayah boleh-boleh saja. Bagaimana jika menurut ibumu?"

"Ibu setuju. Vio, kau juga ingin ikut Ibu?" tanya Laura, pada Vio yang masih saja murung.

"Hemm..." jawabnya demikian.

"Cemberut mulu! Sudah jelek juga!" ucap Iva menggoda kakaknya.

"Bodo amat! Kau tuh yang jelek."

...***...

Keesokan paginya, semua sudah berkumpul di bandara untuk mengantar kepergian Laura dan kedua anaknya ke Indonesia. Mereka berdiri di antara kerumunan lainnya, suasana haru dan campuran perasaan gembira terasa. Iva dan Vio, yang mungkin masih merasa canggung dengan keputusan perpindahan ini, tetap mencoba tersenyum.

"Jangan lupa beri kami kabar jika sudah sampai. Dan juga sampaikan salam ku pada Tania." ujar Shireen.

"Bibi tidak perlu khawatir, kita akan beri kabar jika sampai. Bibi Naomi juga, kabari kita jika sudah ada jodoh." ucap Vio.

"Eh... Bocah kencur! Tahu apa soal jodoh?!"

"Sudahlah, apa yang dikatakan Vio benar adanya." kata Vano, membuat Naomi beraut wajah lebih masam.

"Aahh... Vio pasti akan sangat merindukan ayah nanti." ucap Vio.

"Ayah juga pasti akan sangat merindukan kalian. Jangan nakal, dan jaga ibu! Mengerti!?"

"Iya, ayah. Vio dan Iva akan menjaga ibu." jawab Vio. Dan setelahnya Vano memeluk mereka.

Vano beralih memegang tangan Laura dengan erat, memberikan dukungan tanpa kata-kata. Ia memandangi kedua bola mata Laura dengan penuh kasih sayang.

"Iva, Vio, kita tahu ini adalah perubahan besar. Tetapi jangan takut untuk membuka hati pada kesempatan-kesempatan baru yang akan datang di sana," ucap Laura dengan suara lembut.

Iva dan Vio memeluk ibunya erat-erat. "Aku berjanji akan mencoba yang terbaik di sana." ucap Iva.

Vio juga ikut merangkul ibunya. "Aku juga, Bu. Aku tahu Ayah benar, aku harus memberi adaptasi di sana."

Vano tersenyum bangga melihat sikap positif dari anak-anaknya. "Kalian berdua pintar dan kuat. Aku tahu kalian akan melalui ini dengan baik."

Mereka kemudian beralih ke momen perpisahan yang mendalam. Vano memberikan pelukan hangat pada Laura dan anak-anaknya. Iva dan Vio bergantian memberikan pelukan pada ayah mereka, merasa kehangatan keluarga dalam momen ini.

"Jangan khawatir, aku akan mengurus segala sesuatunya di sini. Kalian bertiga hanya perlu fokus pada kehidupan baru di Indonesia," kata Vano dengan tulus.

Laura mengangguk dan tersenyum. "Terima kasih, Vano. Kami akan merindukanmu, tapi kita akan tetap menjaga komunikasi dan menjalani perubahan ini bersama."

Saat pintu pesawat akan ditutup, mereka saling berpandangan dengan perasaan campuran. Pintu pesawat pun tertutup, dan pesawat siap untuk berangkat. Iva, Vio, dan Laura mengangkat tangan mereka, memberikan isyarat perpisahan.

"Selamat jalan! Ayah, Aku akan merindukanmu!" seru Iva dengan mata berkaca-kaca.

"Ingat janji-janji kita, Ayah! Aku akan mencoba yang terbaik di Indonesia!" tambah Vio dengan senyum semangat.

Laura melambaikan tangannya dengan senyum haru. "Aku juga akan merindukan kalian. Tetaplah kuat dan bahagia di sana. Ayah akan ada untuk kalian di sini."

Vano tersenyum lembut sambil melambaikan tangan. "Selamat jalan, sayangku. Aku cinta kalian."

Mereka berdua mengikuti perlahan langkah ke pintu keluar bandara, menatap pesawat yang akan membawa Laura dan anak-anaknya menuju Indonesia. Dalam hati, mereka tahu bahwa perubahan ini akan membawa berbagai tantangan dan peluang baru. Dengan dukungan dan cinta keluarga, mereka siap menghadapi apapun yang ada di depan.

Episodes
1 Part 1 - Kehamilan
2 Part 2 - Penolakan
3 Part 3 - Flashback Moment
4 Part 4 - 15 Tahun Kemudian
5 Part 5 - Perpisahan
6 Part 6 - Kembali Ke Indonesia
7 Part 7 - Berkumpul Bersama
8 Part 8 - Langkah Baru, Harapan Baru
9 Part 9 - Panas di Bawah Terik Matahari
10 Part 10 - Bayang-bayang Masa Lalu
11 Part 11 - Dalam Pencarian
12 Part 12 - Primadona Sekolah
13 Part 13 - Bantuan Dari Orang Asing
14 Part 14 - Pertemuan Yang Tidak Terduga
15 Part 15 - Banyak Dukungan
16 Part 16 - Mereka Bertemu
17 Part 17 - Penyesalan Selalu Datang Diakhir
18 Part 18 - Tekad Yang Kuat
19 Part 19 - Kejutan dan Pertemuan Keluarga
20 Part 20 - Aku Menyesali Perbuatanku!
21 Part 21 - Bertemu dan Melepaskan
22 Part 22 - Mengubah Kekecewaan
23 Part 23 - Luka Yang Terkunci
24 Part 24 - Ingin Ikut Ayah?!
25 Part 25 - Berkas dan Kejutan
26 Part 26 - Pandangan Yang Berbeda
27 Part 27 - Dua Sisi Anak Kembar
28 Part 28 - Jatuh Dari Tangga
29 Part 29 - Antara Tega dan Rela
30 Part 30 - Perjuangkan Cintamu!
31 Part 31 - Menuju Keselarasan
32 Part 32 - Kendala Keluarga
33 Part 33 - Moment Tertentu
34 Part 34 - Meraih Hatinya Kembali!
35 Part 35 - Saudara Kembar Sebenarnya
36 Part 36 - Pangeran Kerajaan Mana?
37 Part 37 - Efek Kepergian Selama Bertahun-tahun
38 Part 38 - Sebelum Kau Memaafkan Ku!
39 Part 39 - Suasana Hati Yang Baik
40 Part 40 - Merawat Luka
41 Part 41 - Penemuan Gosip
42 Part 42 - Memberikan Adik
43 Part 43 - Dia Anaknya!
44 Part 44 - Kata Sayang?!
45 Part 45 - Hanya Sebentar Lagi
46 Part 46 - Harmoni Perubahan
47 Part 47 - Survei Lokasi
48 Part 48 - Mengajak Makan Siang
49 Part 49 - Keracunan Makanan
50 Part 50 - Pengganggu
51 Part 51 - Dia Sepupuku!
52 Part 52 - Makanan Pedas
53 Part 53 - Didandani Seperti Wanita
54 Part 54 - Hukuman Terbesar Ku
55 Part 55 - Aku Mencintaimu
56 Part 56 - Satu Di sini!
57 Part 57 End - My Happy Ending
Episodes

Updated 57 Episodes

1
Part 1 - Kehamilan
2
Part 2 - Penolakan
3
Part 3 - Flashback Moment
4
Part 4 - 15 Tahun Kemudian
5
Part 5 - Perpisahan
6
Part 6 - Kembali Ke Indonesia
7
Part 7 - Berkumpul Bersama
8
Part 8 - Langkah Baru, Harapan Baru
9
Part 9 - Panas di Bawah Terik Matahari
10
Part 10 - Bayang-bayang Masa Lalu
11
Part 11 - Dalam Pencarian
12
Part 12 - Primadona Sekolah
13
Part 13 - Bantuan Dari Orang Asing
14
Part 14 - Pertemuan Yang Tidak Terduga
15
Part 15 - Banyak Dukungan
16
Part 16 - Mereka Bertemu
17
Part 17 - Penyesalan Selalu Datang Diakhir
18
Part 18 - Tekad Yang Kuat
19
Part 19 - Kejutan dan Pertemuan Keluarga
20
Part 20 - Aku Menyesali Perbuatanku!
21
Part 21 - Bertemu dan Melepaskan
22
Part 22 - Mengubah Kekecewaan
23
Part 23 - Luka Yang Terkunci
24
Part 24 - Ingin Ikut Ayah?!
25
Part 25 - Berkas dan Kejutan
26
Part 26 - Pandangan Yang Berbeda
27
Part 27 - Dua Sisi Anak Kembar
28
Part 28 - Jatuh Dari Tangga
29
Part 29 - Antara Tega dan Rela
30
Part 30 - Perjuangkan Cintamu!
31
Part 31 - Menuju Keselarasan
32
Part 32 - Kendala Keluarga
33
Part 33 - Moment Tertentu
34
Part 34 - Meraih Hatinya Kembali!
35
Part 35 - Saudara Kembar Sebenarnya
36
Part 36 - Pangeran Kerajaan Mana?
37
Part 37 - Efek Kepergian Selama Bertahun-tahun
38
Part 38 - Sebelum Kau Memaafkan Ku!
39
Part 39 - Suasana Hati Yang Baik
40
Part 40 - Merawat Luka
41
Part 41 - Penemuan Gosip
42
Part 42 - Memberikan Adik
43
Part 43 - Dia Anaknya!
44
Part 44 - Kata Sayang?!
45
Part 45 - Hanya Sebentar Lagi
46
Part 46 - Harmoni Perubahan
47
Part 47 - Survei Lokasi
48
Part 48 - Mengajak Makan Siang
49
Part 49 - Keracunan Makanan
50
Part 50 - Pengganggu
51
Part 51 - Dia Sepupuku!
52
Part 52 - Makanan Pedas
53
Part 53 - Didandani Seperti Wanita
54
Part 54 - Hukuman Terbesar Ku
55
Part 55 - Aku Mencintaimu
56
Part 56 - Satu Di sini!
57
Part 57 End - My Happy Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!