Keesokan paginya, suara bel ditekan beberapa kali dan Iva yang membukakan pintu. Rupanya itu adalah ayahnya, Vano Evram Lewis. Iva langsung menyambut ayahnya dengan riang, berbeda dengan Vio yang dilihat ayahnya sangat kusut dan masam.
"Iva, sayang, Ayah rindu padamu!" ujar Vano sambil tersenyum lebar.
"Iyah! Aku juga rindu Ayah!" jawab Iva dengan gembira, memeluk ayahnya erat.
"Vio kenapa? Pagi-pagi sudah kusut seperti itu?" tanya Vano pada anak laki-lakinya.
"Seperti biasa, bertengkar dengan adiknya." ucap Naomi, adiknya Vano yang menjawab.
"Kau ini anak perempuan yang lincah, lain kali jangan menggoda Vio, kasihan dia."
"Biarkan saja. Dia resek! Kemarin saja dia menyalahkan ku yang tidak ingin pergi, tapi rupanya dia yang paling tidak semangat!"
Iva kemudian memberitahu bahwa ibunya sedang di kamar, dan tak lama kemudian Laura datang menyambut Vano. Laura tersenyum hangat saat melihatnya.
"Selamat pagi! Kau sudah pulang." sapanya sambil memberikan senyuman lebar pada Vano.
"Selamat pagi, Laura. Bagaimana kabarmu?" tanya Vano sambil memandanginya dan anak-anaknya.
"Baik. Kita semua sudah siap-siap untuk pergi?" tanya Laura.
Vano mengangguk. "Ya, semuanya sudah siap. Tapi, aku penasaran, apa rencanamu untuk mengurus sekolah Vio dan Iva di Indonesia?"
Laura memandang suaminya dengan senyuman. "Aku sudah mencari informasi tentang sekolah di sana. Aku ingin memastikan mereka mendapatkan pendidikan yang baik dan lingkungan yang positif. Aku juga ingin mereka bisa beradaptasi dengan baik di lingkungan baru."
Vano mengangguk mengerti. "Itu sangat baik. Aku yakin kalian akan menemukan sekolah yang sesuai untuk mereka di Indonesia. Aku mendukung penuh keputusanmu."
Vio yang duduk di samping, masih dengan wajah yang sedikit masam, akhirnya ikut berbicara. "Ayah, aku masih tidak senang harus pindah ke Indonesia. Aku sudah betah di sini."
Vano menghampiri Vio dan duduk di sampingnya. "Vio, aku tahu perubahan ini tidak mudah. Tapi kadang-kadang, kita harus memberikan kesempatan pada perubahan untuk membawa hal-hal yang baik. Awalnya memang merasa kurang antusias, tetapi lama kelamaan, kau pasti akan senang berada di sana."
Vio mengangkat bahu, tetapi sedikit senyuman sudah terlihat di bibirnya. "Baiklah, Ayah."
Laura tersenyum puas melihat interaksi antara Vano dan anak-anaknya. Mereka memang perlu waktu untuk beradaptasi, tetapi dengan dukungan keluarga, Laura yakin semuanya akan baik-baik saja.
"Apa kau sudah siap? Kita berangkat sekarang. Aku sudah mengurus sebagian surat pindan anak-anak ke Indonesia. Kita hanya tinggal selesaikan mengurus sekolah mereka." ucap Vano pada Laura.
"Ayah, Iva ikut ke sekolah. Aku ingin berpamitan ke guru dan teman-teman."
"Ayah boleh-boleh saja. Bagaimana jika menurut ibumu?"
"Ibu setuju. Vio, kau juga ingin ikut Ibu?" tanya Laura, pada Vio yang masih saja murung.
"Hemm..." jawabnya demikian.
"Cemberut mulu! Sudah jelek juga!" ucap Iva menggoda kakaknya.
"Bodo amat! Kau tuh yang jelek."
...***...
Keesokan paginya, semua sudah berkumpul di bandara untuk mengantar kepergian Laura dan kedua anaknya ke Indonesia. Mereka berdiri di antara kerumunan lainnya, suasana haru dan campuran perasaan gembira terasa. Iva dan Vio, yang mungkin masih merasa canggung dengan keputusan perpindahan ini, tetap mencoba tersenyum.
"Jangan lupa beri kami kabar jika sudah sampai. Dan juga sampaikan salam ku pada Tania." ujar Shireen.
"Bibi tidak perlu khawatir, kita akan beri kabar jika sampai. Bibi Naomi juga, kabari kita jika sudah ada jodoh." ucap Vio.
"Eh... Bocah kencur! Tahu apa soal jodoh?!"
"Sudahlah, apa yang dikatakan Vio benar adanya." kata Vano, membuat Naomi beraut wajah lebih masam.
"Aahh... Vio pasti akan sangat merindukan ayah nanti." ucap Vio.
"Ayah juga pasti akan sangat merindukan kalian. Jangan nakal, dan jaga ibu! Mengerti!?"
"Iya, ayah. Vio dan Iva akan menjaga ibu." jawab Vio. Dan setelahnya Vano memeluk mereka.
Vano beralih memegang tangan Laura dengan erat, memberikan dukungan tanpa kata-kata. Ia memandangi kedua bola mata Laura dengan penuh kasih sayang.
"Iva, Vio, kita tahu ini adalah perubahan besar. Tetapi jangan takut untuk membuka hati pada kesempatan-kesempatan baru yang akan datang di sana," ucap Laura dengan suara lembut.
Iva dan Vio memeluk ibunya erat-erat. "Aku berjanji akan mencoba yang terbaik di sana." ucap Iva.
Vio juga ikut merangkul ibunya. "Aku juga, Bu. Aku tahu Ayah benar, aku harus memberi adaptasi di sana."
Vano tersenyum bangga melihat sikap positif dari anak-anaknya. "Kalian berdua pintar dan kuat. Aku tahu kalian akan melalui ini dengan baik."
Mereka kemudian beralih ke momen perpisahan yang mendalam. Vano memberikan pelukan hangat pada Laura dan anak-anaknya. Iva dan Vio bergantian memberikan pelukan pada ayah mereka, merasa kehangatan keluarga dalam momen ini.
"Jangan khawatir, aku akan mengurus segala sesuatunya di sini. Kalian bertiga hanya perlu fokus pada kehidupan baru di Indonesia," kata Vano dengan tulus.
Laura mengangguk dan tersenyum. "Terima kasih, Vano. Kami akan merindukanmu, tapi kita akan tetap menjaga komunikasi dan menjalani perubahan ini bersama."
Saat pintu pesawat akan ditutup, mereka saling berpandangan dengan perasaan campuran. Pintu pesawat pun tertutup, dan pesawat siap untuk berangkat. Iva, Vio, dan Laura mengangkat tangan mereka, memberikan isyarat perpisahan.
"Selamat jalan! Ayah, Aku akan merindukanmu!" seru Iva dengan mata berkaca-kaca.
"Ingat janji-janji kita, Ayah! Aku akan mencoba yang terbaik di Indonesia!" tambah Vio dengan senyum semangat.
Laura melambaikan tangannya dengan senyum haru. "Aku juga akan merindukan kalian. Tetaplah kuat dan bahagia di sana. Ayah akan ada untuk kalian di sini."
Vano tersenyum lembut sambil melambaikan tangan. "Selamat jalan, sayangku. Aku cinta kalian."
Mereka berdua mengikuti perlahan langkah ke pintu keluar bandara, menatap pesawat yang akan membawa Laura dan anak-anaknya menuju Indonesia. Dalam hati, mereka tahu bahwa perubahan ini akan membawa berbagai tantangan dan peluang baru. Dengan dukungan dan cinta keluarga, mereka siap menghadapi apapun yang ada di depan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments