Pada Tahun 2013...
10 Tahun yang lalu...
Masa-masa remaja yang seharusnya dilalui dengan indah rupanya tidak dialami oleh seorang gadis bernama Laura Katherine yang berusia 17 tahun itu.
Di mana ulang tahun ke 17 atau biasa disebut sweet seventeen selalu menjadi momen penting bagi semua orang. Usia 17 tahun dianggap sebagai usia di mana seseorang telah benar-benar dewasa dan siap mengambil tanggung jawab lebih di dalam hidupnya. Bukannya mendapatkan sebuah hadiah mewah, Rupanya Laura benar-benar bertanggung jawab besar pada hidupnya hingga harus mendapat hadiah pemberian istimewa dengan mengandung seorang anak di usia muda. Masa tersulit, Ia berusaha bertahan untuk mengandung benih dari hasil kebejatan kekasihnya yang tidak bertanggung jawab.
Dibesarkan di keluarga broken home membuatnya mencari pelarian lain. Ia menggantungkan dirinya pada pria yang kala itu memberikan perhatian yang tidak pernah ia dapatkan dari keluarganya. Pria itu bernama Regan Adhlino, Usianya hanya terpaut selisih satu tahun, Pria ini yang sudah menghancurkan seorang gadis kecil tidak berdosa.
Namun, Dengan Laura melakukan kesalahan hingga akhirnya hamil di usia 17 tahun dan terpaksa putus sekolah.
Laura hamil di usianya yang masih muda, Bahkan masa remaja yang seharusnya menyenangkan dan mencari jati diri. Bukan, bukan karena diperkosa. Tapi, karena salah langkah.
Tahun 2008 silam, Merupakan tahun yang tidak akan pernah bisa ia lupakan seumur hidupnya. Di tahun itu orang tuanya bercerai. Setelah beribu pertengkaran yang tidak pernah ada selesainya, mereka memutuskan untuk berpisah.
Laura hancur. Bukan berarti ia memiliki hidup yang indah sebelumnya, Tapi perceraian Ayah dan ibunya merupakan pukulan besar dalam hidupnya.
Tahun itu pula ia harus berpisah dengan memilih antara siapa yang perlu ia ikuti, Ayah atau Ibu. Tanpa diberi kesempatan untuk memilih, Ia lebih dianjurkan untuk pergi lepas dari tanggung jawab orang tuanya yang tidak peduli hingga meninggalkan kota kelahirannya. Ia tinggal bersama kakaknya yang sudah menikah.
Masa-masa adaptasi di lingkungan baru bukan hal yang mudah. Laura masuk ke salah satu sekolah ternama tanpa ada perasaan bahagia sedikit pun. Hampa!
Ditambah lagi dengan perbedaan budaya yang semakin membentangkan jarak antara ia dan teman-teman barunya. Sampai akhirnya, Laura berkenalan dengan seorang pria ketika di pelajaran olahraga.
Berbeda dari teman sekelasnya yang lain, ia baik sekali. Ia menanyakan alamat apartemennya, dan bahkan menawarinya tumpangan sepulang sekolah. Singkatnya mereka menjadi dekat dan akhirnya berkencan.
Sekali, dua kali, tidak ada yang terjadi. Hanya berbincang biasa, Menonton TV, dan bercanda. Hal normal yang dilakukan pasangan yang berkencan.
Sampai akhirnya, ketika untuk kesekian kalinya Regan mengundangnya datang ke rumah, Mereka berciuman bibir dengan ciuman pertama mereka!
Mulai dari sana, timbul keinginan untuk melakukan hal lebih. Sampai akhirnya mereka melakukan hubungan seks di luar nikah.
Ketika itu terjadi, Laura tersadar bahwa dirinya sudah tidak perawan lagi, Tapi ia sama sekali tidak menyesal. Saat itu ia berpikir, itu hal yang tepat. Toh mereka sama-sama saling mencintai.
Di sisi lain, mungkin saat itu ada bagian dari dirinya yang ingin balas dendam dengan kehidupan. Kehidupannya yang sudah hancur dan memuakkan.
Masalah yang lebih besar pun datang. Beberapa minggu setelah kejadian itu, Laura harus menelan kenyataan pahit bahwa dirinya hamil.
Tapi dia memberanikan diri untuk mengaku kepada kekasih yang sudah menghamilinya. Dan jujur pada kakak perempuannya jika ia hamil di luar nikah, Tentu saja kakaknya sangat marah. Masalahnya, Regan tipe orang yang sangat keras. Laura tahu pada saat itu sejuta perasaan pasti berkecamuk dalam dirinya. Luapan kemarahan, kesedihan, dan kekecewaan jadi satu.
Berita kehamilannya pun segera menyebar dalam waktu singkat. Satu sekolah tahu jika Laura hamil, bahkan kakak-kakak kelasnya pun tahu. Berbagai makian dan julukan kasar pun dilontarkan kepadanya. Gadis bispak, murahan, jalang, dan masih banyak lagi predikat yang mereka berikan untuk Laura.
Namun, Fokus terbesarnya saat itu adalah masalah kehamilan. Ia tidak siap hamil. Tidak siap menjadi seorang ibu. Dengan sejarah keluarganya yang kelam itu, bagaimana ia bisa jadi ibu yang baik? Tapi ia ingin bertahan. Di sisi lain, Regan pun juga tidak siap untuk menikah dan bertanggung jawab.
Dengan segala alasan, Laura memutuskan kembali merantau jauh meninggalkan kota yang lebih kelam dan tinggal seorang diri. Hidupnya kembali berubah!
Saat itu, Laura tidak lagi sanggup berharap untuk masa depan. Masa depan apanya, ijazah SMA saja ia tidak memilikinya.
Ketika itu, Laura menjalani hidupnya dengan pasrah bersama bayi yang ia pertahankan. Tanpa tujuan dan tanpa arah. Sama sekali tidak terbayang bagaimana ia merawat anak nantinya.
Tapi tanpa adanya gelar dan keahlian, Pekerjaan yang ia dapatkan di masa bertahannya hanyalah sebagai tukang parkir di sebuah swalayan dekat komplek rumah sewanya.
Penghasilannya yang tidak seberapa hanya cukup untuk memberi makan sehari demi sehari. Sedangkan kebutuhannya yang lainnya masih dipikirkan olehnya. Apalagi biaya tabungan untuk melahirkan sedikit demi sedikit ia harus kumpulkan.
Di masa-masa sulit itulah Laura sadar bahwa tindakan bodohnya untuk balas dendam pada kenyataan pahit yang ia alami betul-betul salah. Sudah seharusnya ia tidak menyalahkan alam.
Alasannya untuk berhubungan seks di usia dini juga merupakan sebuah kekeliruan besar. Itu bukan cinta, tapi pelampiasan. Yang ia dapatkan setelahnya hanya rasa penyesalan yang mendalam.
Untunglah selalu ada teman baik yang menjadi pelindung setelah mencari keberadaannya yang hilang dan memutuskan hidup bersama dengan menanggung semua kesulitan yang dialami.
Laura hanya di rumah, mengurus rumah sekaligus menjaga anaknya yang kini sudah duduk di bangku Sekolah Dasar.
...***...
PLAK
Hiks... Hiks...
"Siapa ayah bayi itu?" Tanya Kakak Laura. Dia bernama Tania.
Setelah kejadian di mana Regan tetap pada pendiriannya untuk menggugurkan janin itu, Laura memutuskan untuk memberitahu kakak perempuannya atas kehamilannya.
"Jawab Laura!! Siapa laki-laki brengsek itu?"
"Tidak. Ku mohon kak..."
"Kau masih melindungi laki-laki brengsek itu, setelah dia meninggalkan mu-" Laura mencela perkataan kakaknya.
"Aku mencintainya. Dan dia tidak meninggalkan ku."
PLAK!!
Satu tamparan kembali dirasakan Laura di pipi putihnya.
"Sayang, Sudah... Kau menyakitinya." Pungkas suami Tania untuk meleraikan amarah istrinya. Dia bernama Bryan.
"Suamiku, kau mendengarnya. Dia bahkan masih melindungi laki-laki yang sama sekali tidak mempedulikannya. Laki-laki brengsek yang tidak bertanggung jawab dan meninggalkan Laura begitu saja."
Kakak iparnya mendekat dan memeluk Laura.
"Sayang, sudahlah... Laura membutuhkan ketenangan saat ini. Lihatlah keadaannya. Jangan mendesaknya seperti ini. Kasihan Laura..."
"Jika laki-laki itu tidak ingin tanggung jawab, nikahkan saja dengan pria lain. Jika perlu, akan ku kirim kau ke Italia."
"Kakak! Hentikan!!"
"Lalu, kau akan membiarkan bayi itu lahir tanpa Ayah?"
"Aku bisa merawatnya sendiri."
"Terserah mu saja!" Karena kesal Tania meninggalkan ruangan itu.
"Jangan dengarkan kakakmu!" ujar Bryan berusaha memberikan ketenangan pada adik iparnya.
"Aku mengerti." lirih Laura.
...***...
Acara wisuda sekolah telah selesai berlangsung. Siswa siswi sedang ramai dengan segerombolan kawan-kawannya dan keluarganya, tidak ada kata tak senang dihari itu, kecuali Regan, karena semenjak kejadian di ruang kepala sekolah, kekasih cantik dan tersayangnya itu tak sekalipun menampakkan diri di hadapannya. Jangankan memberi selamat atas kelulusan prianya, bahkan Laura si adik tingkatnya, tidak juga mengabarinya sampai detik ini.
"Agnes, kau tahu di mana Laura? Kenapa dia tak datang? Dia sudah berjanji menemani ku dihari kelulusan. Aku sudah menghubunginya, tapi nomor handphone nya tidak aktif." tanya Regan pada Agnes yang kebetulan lewat.
"Aku tidak tahu. Aku juga mencarinya sedari tadi." jawab Agnes.
"Terima Kasih, Agnes. Aku akan mencarinya."
"Maafkan aku." Gumam Agnes pelan setelah Regan berjalan menjauh,
Flashback
"Ra, apa kau yakin?"
"Iya, Nes. Aku ingin melupakan segalanya. Paling tidak, sampai anak ini lahir."
"Kau tidak ingin aku temani? Aku tahu kau pasti tidak ada teman di sana."
"Tidak perlu, Nes. Kau harus sekolah."
"Aku juga bisa pindah sekolah di tempat yang sama denganmu. Lagipula masa studi sekolah kita hanya tinggal satu tahun."
"Tidak semudah itu. Setelah di sana mungkin aku akan mengambil sekolah di rumah, Sesuai perintah Kak Tania."
"Bagaimana jika Kak Regan menanyakan mu?"
"Tolong kau jangan beritahu apapun yang terjadi. Anggap kau tidak tahu apa-apa dengan keberadaan ku. Aku mohon!"
"Kau bisa percaya padaku."
"Jaga dirimu di sana. Selalu hubungi aku kapanpun. Aku pasti akan merindukanmu." Agnes memeluk Laura kelewat erat.
"Kau juga baik-baik di sini. Aku akan selalu mengabarimu. Aku juga akan selalu merindukan mu." Balas Laura memeluk erat sahabatnya juga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments