Kini tiba saatnya Nabila akan berpisah dengan anak dan suaminya. "Rasanya ingin kuhentikan waktu agar aku bisa memiliki waktu lebih lama bersama keluarga kecilku" ucap Nabila dalam hati sambil memandangi anak dan suaminya.
Nabila saat ini sudah berada di bandara di antar oleh Samudra, Raksa dan Ibunya.
"Sayang sampai disana langsung kabari mas ya!" ucap Samudra memeluk istrinya.
"Iya Mas, Mas jaga kesehatan kamu yaa dan jangan lupa jenguk Raksa dirumah Ibu!" ucap Nabila kesuaminya seraya menciumi wajah Raksa yang berada dalam pelukannya.
"Iya, Sayang. Kamu tenang aja, mas akan sering berkunjung kerumah Ibu," ucap Samudra menenangkan Nabila.
Nabila beralih menatap ibunya "Ibu, Nabila titip Raksa yaa?Jaga kesehatan Ibu dan kalau ada apa-apa hubungi Nabila!" Nabila memeluk erat ibunya.
"Iya nak kamu kerja dengan tenang disana, Ibu akan jaga Raksa dengan baik jangan khawatirkan apapun," ucap Ibu Mengusap punggung anaknya.
"Kalian pulanglah, kalian hati-hati dijalan. Ini sudah waktunya Nabila berangkat," ucap Nabila lalu menyerahkan Raksa masuk kedalam gendongan Samudra.
"Nabila berangkat Mas, Ibu, Assalamualaikum."
"Waalaikumssalam." jawab ibu dan Samudra
Nabila berbalik berjalan meninggalkan keluarganya yang masih bertahan diposisi semula. Nabila tidak lagi menolah kebelakang karna takut tidak kuat untuk meninggalkan keluarganya.
"Ya Allah, sungguh berat meninggalkan anakku yang masih butuh aku, Ibunya. Berilah aku kesabaran menghadapi ujianmu Ya Allah, Semoga usaha suamiku juga bisa segera berkembang agar aku bisa segera pulang. Semangat Nabila mas sam sudah janji ini hanya satu tahun," ucap Nabila dalam hati seraya menatap kearah jendela dengan pandangan kosong.
Pesawat yang ditumpangi Nabila akhirnya mendarat dengan mulus dibandara, Nabila keluar berniat ingin mencari taksi ternyata sudah ada yang sudah menunggu kedatangannya.
Nabila melihat seorang wanita memegang papan nama bertuliskan nama Nabila Maharani dari kantor pusat. Nabila mendekati wanita itu.
"Permisi Mbak, perkenalkan saya Nabila Mahari," ucap Nabila dan mengulurkan tangannya bermaksud untuk salaman dan disambut baik oleh wanita didepannya.
"Alhamdulillah... Akhirnya Ibu Nabila datang juga, perkenal nama saya Clara, Bu. Perwakilan dari kantor pusat. Selamat datang di Jakarta Ibu Nabila," ucap Clara tersenyum saat melihat Nabila, "Mari Bu, ikut saya. Saya ditugaskan untuk menjemput dan mengantarkan Ibu ketempat tinggal Ibu yang baru," lanjut Clara seraya menuntun Nabila berjalan menuju mobilnya.
"Terimakasih mba Clara sudah mau repot-repot menjemput dan mengantarkan saya, ayo mari, Mbak," ucap Nabila bersyukur jalannua dipermudah.
"Ini sudah tugas saya, Bu. Mari mobilnya ada disebelah sana," ucap Clara menunjuk mobil yang ada diparkiran.
Diperjalanan mereka tidak ada yang membuka suara karna masih merasa canggung. Tapi Clara yang memang orangnya susah diam akhirnya mulai membuka suara.
"Besok Ibu Nabila sudah bisa langsung ke kantor untuk menghadap ke HRD."
"Iya terimakasih informasiny, Mbak Clara. Besok saya kekantor."
"Mmm... Maaf Ibu Nabila. Apa Ibu sudah berkeluarga?" tanya Clara ragu.
"Nggk apa-apa, Mbak Clara. Jika mau bertanya ya silahkan. Ia saya sudah berkeluarga, anak 1 masih berusia 3 tahun," ucap Nabila tersenyum, tapi memang dasarnya Clara yang tidak suka diam masih terus bertanya.
"Suami Ibu Nabila kemana?"
"Suami ada dikampung sama anak. Lagi berusaha kembali mengembangkan cafenya yang lagi menurun omsetnya, Mbak. Bisa dibilang hampir bangkrut."
"Suami Ibu nggk masalah ditinggal dalam jangka waktu yang lama?"
"Mau gimana lagi, Mbak. Kalau saya tetap tinggal dikampung gimana nanti kebutuhan harian kami dan juga kebutuhan anak, kami tidak bisa berharap dan mengandalkan cafe yang omsetnya lagi menurun drastis."
"Iya juga sih, kebutuhan harian juga sangat penting. Ibu Nabila semangat ya, suatu saat nanti Ibu bisa kembali berkumpul dengan keluarga, Ibu," ucap Clara cengengesan.
"Aamiin... Makasih ya, Mba Clara."
"Santai aja, Bu. Kita ini sesama anak rantau harus saling mendukung," ucap Clara menghibur.
"Jadi Mba Clara juga anak rantauan ya? Mba Clara asalnya dari mana?"
"Saya dari Pekanbaru, Bu. Kalo Ibu Nabila?"
"Saya Pontianak, Mba Clara." merasa mobil yang dikemudikan oleh Clara, Nabila melirik kiri dan kanan "Mba, Jakarta macet ya!"
"Iya beginilah, Bu. Namanya kota besar pasti macet."
"Iya kamu benar, Mba." Nabila mengangguk tanda mengerti.
"Lega rasanya saat kita berhasil melewati kemacetan yang luar biasa," ucap Clara dengan nada bercanda.
"Iyaya Mba ada kelegaan tersendiri, hehehe."
"Nah akhirnya kita sampai dirumah yang akan Ibu Nabila tempati." Mobil Clara berhenti tepat rumah bertingkat dua, tidak besar tapi nyaman.
"Alhamdulillah, Mbak. Jadi ini rumahnya?" Nabila menunjuk rumah yang ada didepannya.
"Iya betul, Bu. Ini rumah ibu Nabila."
Nabila mulai risih dipanggil ibu oleh Clara, "Mba Clara jangan panggil saya Ibu deh, panggil mba aja."
"Siap, Bu. eh Mba Nabila."
"Nah beginikan enak."
"Ayo Mba Nabila, saya antar sampai kedalam." Clara keluar dari mobil dan disusul Nabila.
Nabila masih berdiri memandangi rumah yang akan ditempati selama bekerja di Jakarta. Sementara Clara memgeluarkan koper dan tas Nabila.
"Mba, ayo masuk. Ini koper udah aku turunin," ucap Clara membuyarkan lamunan Nabila.
"Eh.. Ia Mba Clara ayo kita masuk."
Clara membuka tasnya dan mencari kunci rumah Nabila, "Ini Mba kunci rumahnya, Mba Nabila aja yang buka pertama kali." Clara menyerahkan kunci rumah ke Nabila.
"Iya saya terima ya Mba Clara kuncinya." Nabila memegang kunci dan segera membuka pintu rumah, "Bismillah, semoga ditempat ini kehidupan keluargaku bisa lebih baik lagi." harapan Nabila dalam hatinya.
ceklek (pintu dibuka)
"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh..." Nabila membuka pinti dan memberi salam di ikuti oleh Clara.
"Mari masuk, Mba Clara," ajak Nabila.
"Iya, Mbak"
"MasyaAllah... Nyaman sekali tempatnya, betah kalo nyaman begini tempatnya." Nabila melihat sekeliling rumah yang begitu nyaman menurutnya.
"Rumahnya udah lengkap dengan perabotannya, Mba Clara?"
"Iya Mba, memang begitu. Setiap karyawan yang mendapat fasilitas rumah dari kantor pasti lengkap dengan perabotannya jadi kita tidak perlu pusing mikirin mau beli perabot lagi."
"Iya benar, Mba. Jadi kita bisa sedikit santai ya mba, karna nggk perlu keluar lagi beli perabotnya."
"Nah betul sekali Mba, kan kalo kayak gini diminta langsung kekantor juga nggk masalah hehehe."
Mereka kini duduk disofa depan tv, "Mba Clara juga dapat fasilitas rumah?" tanya Nabila penasaran.
"Jelas dapat, Mbak. Rumah saya tepat disamping kanan rumah Mbak Nabila, hehehe."
"Waah... Seru dong kalau rumah kita deketan jadi saya nggk kesepian," ucap Nabila tersenyum lega.
"Hehehe iya, Mbak. Jadi kita bisa bersama ke kantor."
"Iya ide bagus, jadi saya tidak bingung lagi cari alamat kantor, ya meski ada alamat yang dikasi dari kantor sebelumnya tapi kalau sama mba Clara kan lebih gampang lagi," ucap Nabila.
"Mba Nabila tenang aja, kita disini sesama anak rantau jadi harus saling tolong menolong."
"Mba Clara bisa minta tolong nggak?"
"Minta tolong apa, Mbak?"
"Pesan makanan, Mbak. Ini waktunya makan siang tapi kita belum makan, mau masak juga belum beli bahannya," ucap Nabila.
"Oh soal itu mah gampang, Mbak. Buka aja aplikasi pesan yang kita mau tinggal nunggu makanannya diantarkan."
"Yaudah kalau gitu cepet pesan, Mbak."
"Iya sabar, ini lagi cari makanan yang kiranya menggugah selera makan kita, Mbak."
Nabila cuma diam memperhatikan Clara yang sibuk scroll-scroll hpnya...
"Nah udah dipesan, sebentar lagi makanannya datang."
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
mama zha
semangat dek
2023-08-02
1