Kuambil Kembali Milikku
Perkenalkan namaku Nabila Maharani, umurku 25 tahun. Aku seorang istri dan seorang ibu. Kerja diperusahaan yang terkenal dikota tempat tinggalku. Suami bekerja di cafe miliknya sendiri. Samudra perkasa, biasa kupanggil mas Sam. Terasa sempurna hidupku saat ini, mempunyai suami yang penyayang dan pekerja keras. Anak kami titipkan ke ibu ku, ibu tidak merasa keberatan karna sehari-harinya ibu memang sendiri dirumah.
Hari ini hari paling berat dalam hidupku, aku dipindahkan keperusahaan pusat yang berada di jakarta. Awalnya aku ingin berhenti saja dari pekerjaanku ini karna tidak ingin berpisah dengan anakku, tapi suamiku tidak setuju.
"Mas, aku dipindahkan ke kantor pusat," ucapku pada mas Sam.
"Bagus dong. Itu artinya kamu dipercaya bos kamu," jawab mas Sam membuatku mulai khawatir
"Tapi Mas, gimana sama kamu dan Raksa?"
"Aku dan Raksa tetap disini, karna kerjaan aku ada disini. Lagian Raksa kan ada ibu yang jagain, jadi kamu nggk perlu khawatir sayang."
"Mas! Aku nggk mau pisah sama kalian!" ucapku lirih.
Mas Sam terdiam seperti memikirkan sesuatu.
"Mmm... Sayang, kamu harus tetap ambil tawaran bosmu karna cafe akhir-akhir ini menurun omsetnya dan bisa saja sebentar lagi cafe akan gulung tikar."
Perkataan mas Samudra berhasil membuatku terkejut, bagaimana bisa omset cafe makin menurun sedangkan cafe lagi rame-ramenya.
"Bagaimana bisa menurun Mas ? Bukannya pelanggan cafe setiap hari makin banyak?" tanyaku.
"Begini sayang, sebenarnya uang cafe mas investasikan ke teman mas yang ternyata dia penipu!" jawab mas samudra lirih.
"Astagfirullah... Mas, kamu investasi tanpa diskusi dulu ke aku istrimu ? Lalu apa gunanya aku, Mas?" suaraku mulai naik 1 oktaf.
"Sayang sabar, pelankan suaramu kasian Raksa lagi tidur nanti dia terganggu."
"Kamu keterlaluan, Mas. Kalo gini kita harus gimana?"
"Ya itu, kamu harus tetap terima tawaran bosmu. Tenang aja sebulan sekali aku ke jakarta bawa Raksa ketemu, kamu," bujuk mas Sam.
Kepalaku rasanya mau pecah mendengar perkataan mas Samudra. Aku tidak mau berpisah anakku.
"Kita lanjutkan pembahasan ini besok pagi, aku mau bersih-bersih dulu," putusku.
"Sayang maafkan mas, kalo kamu tidak mau pindah kekantor pusat nggk apa-apa."
"Mas kalo aku tidak pindah itu artinya aku akan berhenti kerja."
"Ya nggk masalah kamu berhenti kerja. Tapi kamu harus siap hidup serba kekurangan sayang karna uang sisa cafe aku mau putar balik jadi modal."
"Kita bahas besok, Mas. aku capek," ucapku seraya berlalu kekamar mandi untuk membersihkan diri.
Segar rasanya abis mandi, aku berjalan menuju ranjang disana sudah ada mas Sam yang tidur menghadap ketembok.
"Huuuff..." aku menghela nafas melihat tingkahnya.
Malam ini pertama kalinya kami tidur saling memunggungi seperti ini. Rasanya seperti ada yang hilang, biasanya mas Sam akan memelukku membujuk kalo terjadi perbedaan pendapat diantara kami, tapi malam ini begitu beda mas Sam tidak lagi melakukan kebiasaannya.
Malam berlalu begitu cepat, entah jam berapa mata ini mulai terpejam. Aku bangun agak siang kulihat mas Sam sudah tidak ada disampingku. Biasanya ketika aku bangun kesiangan mas Sam pasti akan membangunkanku, tapi kali ini tidak.
"Aku kesiangan, kemana mas Sam? Kenapa tidak membangunkan ku?" tanyaku pada diri sendiri.
Aku cuci muka dan keluar kamar menuju kamar Raksa. Kulihat Raksa masih tidur.
"Anak Ibu masih tidur ternyata," ucapku seraya mengelus kepalanya.
Melihat sekeliling tidak ada jejak mas Sam, biasanya mas Sam berangkat ke cafe sekitar jam 8 tapi ini masih jam 7 mas Sam sudah tidak ada dirumah. Mungkin mas Sam lagi banyak urusan di cafe makanya berangkat pagi sekali. Baiklah hari ini aku puas-puasin berduaan dengan anakku mumpung libur.
"Anak ibu, manis banget sih kalo lagi tidur," ucapku gemes melihat ekpresi tidur anakku.
Raksa menggeliat, tangan mungilnya mencoba memelukku. Melihat itu aku berbaring didekatnya sambil memeluk anakku.
"Hmmm.. Nyamannya dipeluk anak ibu," ucapku dengan mata terpejam.
"Ibu bangun, Laksa lapal," ucap Raksa dengan suara cadelnya.
Merasa ada mencubit-cubit pipi dan hidung aku hanya tersenyum mendapati tingkah lucu anakku.
"Eh anak ibu udah bangun yaa?"
"Ibu lapal."
"Raksa lapar?" dijawab anggukan oleh Raksa. "Oke let's go kita kedapur ambil makanannya," ucapku seraya meraih Raksa masuk kepelukanku.
Kududukkan Raksa dikursinya lalu kuambilkan makanan untuknya.
"Raksa duduk dulu disini, ibu ambilkan makanan kesukaan Raksa."
"Ciap, Bu " ucap Raksa semangat.
"Tadaaaa... ini dia makanan kesukaan, Raksa."
"Waaaa nyamnyam," Raksa berjoget melihat ayam goreng krispi.
Diumur Raksa yang 3 tahun ini lagi aktif-aktifnya dan juga sudah mulai bisa memilih makanan kesukaannya.
"Nah silahkan dimakan sayang, pelan-pelan ya makannya."
"Iya, Bu. Makacih."
"Sama-sama, sayang. Ayo dimakan."
Anakku makan dengan lahap. Aku berpikir jika seandainya aku benar-benar ke jakarta suasana seperti ini yang aku rindukan nanti. Memikirkan akan berpisah dengan anakku membuat hatiku tersayat. Tapi kalo aku itu tidak mengambil tawaran itu bagaimana dengan kehidupan anakku kedepannya apalagi cafe saat ini sedang menurun.
"Bismillah, semoga ini jalan terbaik. Sayang, anak ibu harus selalu ingat kalo ibu sangat sayang Raksa," ucapku pada Raksa yang masih sibuk dengan ayam goreng krispi ditangannya.
"Ibu, syudah habiss ayamnya," ucapan Raksa membuyarkan lamunanku.
"Eh iya, nak. MasyaAllah anak ibu pintar makanannya habis ini," ucapku memujinya.
"Yeee laksa pintal abisiin makananya," teriaknya happy.
"Sekarang kita mandi yuk, abis itu kita ketaman."
"Holeee kita ketaman." sederhana sekali membahagiakan anak seusia Raksa ini.
Saat ini aku duduk dibangku taman didepanku Raksa sedang bermain dengan anak seusianya.
"Nak, ibu doakan kelak kamu menjadi anak yang sholeh dan bertanggung jawab."
"Ibuuu, laksa meluncul yeee", teriak Raksa saat naik peresotan.
"Hati-hati, sayang," balasku
Matahari mulai panas menusuk kulit kuputuskan untuk pulang kerumah karna kasian Raksa sudah mulai lelah dan juga kepanasan.
Kulihat sendal mas Sam sudah ada diraknya itu artinya mas Sam sudah pulang.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumssalam," jawab mas Sam.
"Sayang kalian darimana?" tanya mas Sam.
"Dari taman mas. Ngajak Raksa main disana," jawabku.
"Yayah, Laksa main luncul ditaman," lapor Raksa ke ayahnya.
"Waduh waduh... anak ayah, happy sekali abis main ditaman. Kenapa ayah ditinggal?!" mas Sam bersenda gurau dengan anaknya, aku biarkan saja.
Sebentar lagi jam makan siang sebaiknya aku masak dulu.
"Sayang, mau kemana?"
"Mau kedapur mas. Mau masak bentar lagi jam makan siang."
"Masak yang enak ya, ibu," ucap mas Sam menggoda.
"Emang selama ini masakan ibu pernah ngecewain ayah?" aku balik menggodak mas Sam.
"No, masakan ibu tidak pernah gagal menurut ayah."
"Alhamdulillah kalo ayah nggk pernah kecewa dengan masakan ibu." aku tersipu mendengar pujian kecil dari suamiku.
"Ibu Raksa makanannya paling the best, ya kan Raksa?" mas Sam memujiku lalu menggoda anaknya.
"Ibu mau masak dulu dee. Disini terus, masakan nggk jadi-jadi," ucapku seraya berlalu kedapur.
Didapur masih bisa kudengar suara anak dan ayah sedang tertawa. Entah apa yang mereka tertawakan, aku hanya tersenyum mendengar suara mereka.
Aku memasak makanan kesukaan suami dan anakku. mas Sam menyukai telur balado dan Raksa tetap dengan ayam goreng krispinya.
Berbagai lauk yang aku siapkan diatas meja makan. Aku tersenyum puas melihat masakanku yang kuyakin suami dan anakku akan senang saat memakannya.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
madafi
Bagus penulisanya, ceritanya juga menarik😍
2023-08-02
2
mama zha
semangat dek bestie yah, tulisan mu jadi acuan kakak nulis yang bagus
2023-07-30
1
💛🐯✧ ᴷᶦᵐ ✧ ᴷⁱᵐᵇᵉʳˡʸ🎀 ⍣⃝ꉣꉣ
curiga laki nya selingkuh
2023-07-21
1