Suasana rumah masih dalam keadaan gelap, yang artinya mas Sam belum pulang dari cafe. Aku dan Raksa masuk dan segera menyalakan semua lampu.
"Sayang, main dikamar ibu aja ya. Kbu mau mandi."
"Iya, Bu."
Kemudian kubawa Raksa kekamar dan kusiapkan mainannya, agar Raksa tenang saat kutinggal mandi. Aku akan berusaha mandi secepat kilat agar anakku tidak merasa takut main sendiri.
Hanya butuh waktu lima menit aku mandi, dan kulanjutkan dengan berpakaian.
"Raksa sayang, lagi main apa, nak?" tanyaku seraya mendekat ke Raksa.
Aku bermain sebentar dengan Raksa, karna sebentar lagi aku akan memasak untuk makan malam kami.
Makan malam sudah siap tapi suamiku sampai sekarang belum juga pulang. Baru kali mas Sam pulang sangat terlambat. Mas Sam pulang dari cafe paling lambat jam 6 tapi ini sudah jam 7. Kuhubungi nomornya tidak aktif, bahkan mas Sam tidak memberi kabar atas keterlambatannya.
Aku menunggu diruang keluarga sambil mengawasi anakku yang sedang bermain dengan mainannya.
"Mas, kamu kemana sih? apa terjadi sesuatu di cafe?" aku terus mondar mandir didepan Raksa, hp terus kugenggam sekali-kali aku kembali menelfon mas Sam tapi tetap saja tidak bisa dihubungi.
Jam 8 malam, baru terdengar suara motor mas Sam masuk ke garasi. Aku segera menyusul kedepan. Aku berdiri didepan pintu sambil mengawasi mas Sam yang memposisikan motornya dengan baik.
Mas Sam berjalan kearahku sambil tersenyum. "Assalamualaikum, Sayang."
"Waalaikumssalam, Mas," balasku seraya mencium takzim tangannya. "Ya Allah... Mas, kamu kenapa susah banget dihubungi? apa terjadi sesuatu di cafe? Kenapa tidak mengirim pesan kalo terlambat pulang? Aku khawatir tau nggk sih."
"Sayang, tenang dulu. Istigfar... Maaf, mas lupa ngasih kabar. Hp juga Masn matikan, karna ada rapat tadi di cafe," ucap mas Sam sambil merangkul pundakku.
"Mas, lain kali jangan kayak gini. Apa-apa itu harus kasi kabar dulu, agar istri dirumah nggk khawatir," ucapku kesal.
"Hehehe... Maaf, Sayang. Mas khilaf," ucap mas Sam kemudian menghampiri Raksa. "Anak ayah lagi main apa ini?"
Raksa menoleh ke ayahnya dan langsung memeluknya erat "Ayaaah, ini laksa main lego tadi nenek beliin laksa lego ini " ucap Raksa seraya memainkan mainannya yang tadi dibelikan oleh ibu. Ibu memang sangat suka membelikan mainan untuk cucunya ini.
"Waaah... Bagus banget ini legonya Raksa, nanti main sama ayah yaa?!"
"Iya, Yah." Raksa lanjut menyusun legonya.
"Mas mandi dulu sana. Biar aku hangatkan makananya."
"Eh nggk usah, Sayang. Mas tadi sudah makan di cafe."
Aku berpikir, baru kali ini mas Sam makan malam di cafe. Sebelumnya, meskipun ada rapat mas Sam tidak akan makan dicafe karna mas Sam tau aku masak untuknya dirumah.
"Ah sudahlah, mungkin mas Sam tidak enak sama karyawannya jika terus menolak makan bersama." aku berusaha berpikir positif karna memang selama ini mas Sam tidak pernah melakukan hal yang akan merugikan dirinya.
Pagi menyapa, Aku hari ini sangat sibuk karna mulai menyiapkan barang yang akan dibawa ke jakarta dan juga barang Raksa yang akan dibawa kerumah ibu.
Selesai membuat sarapan aku membangunkan suami dan anakku.
"Mas bangun. Udah jam 7 ini." aku membangunkan suamiku dengan lembut.
"Iya Sayang 5 menit lagi," jawab Samudra
"Hmm... Yaudah deh. Aku bangunin Raksa dulu."
Aku keluar kamar dan menuju kamar Raksa yang berada disamping kamarku. Aku masuk kekamar dan ternyata Raksa sudah bangun.
"Anak ibu udah bangun yaa. MasyaAllah pintarnya, anak Ibu," ucapku seraya memujinya.
"Ibuuu," ucap Raksa menyambutku.
"Udah enakan perasaannya, Sayang?" tanyaku lembut dan dijawab anggukan oleh Raksa.
"Baiklah. Sekarang kita cuci muka dan gosok gigi abis itu kita makan," ajakku.
Aku dan Raksa keluar kamar menuju ruang makan, disana ternyata sudah ada mas Sam.
"Ayaah, gendong laksa," ucap Raksa keayahnya.
"Eh, anak ayah. Ayo sini nak, ayah gendong." mas Sam mengendong Raksa.
"Ayo, sekarang kita makan dulu. Mumpung makanannya masih hangat."
"Siap, Ibu," jawab mas Sam dan mendudukkan Raksa dikursinya.
Selesai sarapan dan membereskan bekas makan. Aku kekamar menyiapkan barangku, tidak banyak yang akan kubawa karna terlalu repot jika bawa banyak barang sedangkan aku berangkat sendiri. Aebelum masuk kamar, kulihat mas Sam dan Raksa sedang menonton kartun botak kembar kesukaan anak-anak.
Sungguh melelahkan mengatur barang agar muat dengan satu koper besar. Selanjutnya, aku kekamar Raksa dan memasukkan barangnya kedalam koper yang ukurannya sedang. Mainannya hanya sebagian yang akan dibawa kerumah ibu, karna disana sudah lumayan banyak mainan yang dibeli ibu.
Aku menyusul anak dan suamiku yang masih berada diruang tv ternyata mereka ketiduran pantas saja dari tadi aku tidak mendengar suara mereka. Aku duduk disamping suamiku dan anakku, aku memandangi wajah mereka. Aku ingin puas-puasin memandangi wajah orang tercintaku karna jika di Jakarta nanti tidak bisa lagi kupandangi wajah kesayanganku ini. Setelah puas, aku ikut berbaring dan memeluk mereka.
Adzan dzuhur berkumbang di mesjid dekat rumah. Aku bangun dan akan melakukan kewajibanku sebagai umat muslim, kubangunkan mas Sam agar bisa shalat bersama.
"Mas, bangun shalat dulu yuk."
"Jam berapa, Sayang?" tanya mas Sam sambil mengucek pelan matanya.
"Waktunya shalat dzuhur, Mas."
"Mas wudhu dulu. Kamu, tunggu disini, kita shalat disini aja."
Aku menyiapkan sajadah untukku dan suamiku. Kami shalat diruang tv agar jika kamk shalat dan Raksa bangun tidak menangis mencari orangtuanya.
Selesai shalat aku kedapur menyiapkan makan siang. Beginilah keseharian Ibu rumah tangga yang tidak ada habisnya, tapi ini yang akan kurindukan nanti. Dari arah dapur kudengar suara tawa Raksa.
"Makan siang siap, mari makan," ajakku ke anak dan suamiku.
Kami makan dalam diam. Sekali-kali aku melirik mereka bergantian. Sangat bahagia melihat suami dan anak begitu menikmati masakan kita.
Hari ini kami bertiga berada ditaman. Kami mengadakan piknik kecil-kecilan, Raksa berlarian kesana kemari dengan teman sebayanya. Mas Sam duduk disampingku menikmati cemilan yang kami bawa dari rumah.
"Mas, maaf ya, aku akan sangat jarang melayani Mas nanti."
"Nggk masalah, Sayang. Ini semua kan demi masa depan yang cerah untuk Raksa nantinya. Mas disini juga akan berusaha kembali mengembangkan cafe."
"Iya, Mas. Aku ngerti," ucapku lirih.
"Tidak akan lama, Sayang. Beri Mas waktu sekitar satu tahun, saat usaha cafe disini berkembang kamu boleh berhenti kerja dan kembali lah kesini, atau jika memungkinkan Mas yang akan kesana membawa Raksa sekaligus membangun cafe disana."
"Iya mas, itu juga ide yang bagus. Aku akan sabar menanti itu semua."
"Sabar ya, Sayang. Kamu yang kuat disana, jaga kesehatan juga dan yang paling penting jangan lupakan suamimu ini," ucap mas Sam diakhiri dengan candaan.
Aku memukul pelan dada suamiku. "Iih Mas, apaan sih, gimana bisa aku lupain kamu, kamu separuh nyawaku Mas." kutatap lembut mata indah suamiku.
"Separuh nyawaku seperti lagu yaa, Sayang."
"Heheh... Emang lagu. Mas." Mendengar jawabanku mas Sam menggelitikku dan kemudian kurasakan gelitikan jari-jari mungil.
"Waduuh... Ibu dikeroyok. Ini tidak adil," ucapku ikut menggelitik mereka bergantian.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
Ita Mariyanti
kasian Nabila nii....
2023-09-25
1
Sukliang
kayaknya bau2 selungkuh
2023-08-06
1
zian al abasy
halaahhhh plingan akal"sam akh thu cafe bngkrut.psti buat modal nikah lg..mncurigakan
2023-07-26
1