Come Back Together

Come Back Together

Tragedi sebelum perceraian

Disebuah apartemen silvi menjalani proses kehamilannya dengan penuh tekanan, ya, bukannya merasa bahagia menikah dengan pria yang sangat dicintainya, silvi malah diperlakukan tidak adil oleh syaquel.

Dikehamilannya yang menginjak 9 bulan, syaquel tidak berhenti untuk menindasnya bahkan dengan tidak berperasaan syaquel selalu berlaku kasar padanya yang sedang mengandung.

Dan hari ini silvi berusaha untuk kabur dari apartemen syaquel yang sudah seperti penjara baginya, bagaimana tidak, selain tidak diizinkan kemanapun, ia dijaga ketat oleh beberapa pengawal yang berjaga didepan pintu dan setiap sudut apartemen terpasang CCTV yang terhubung langsung pada suaminya , jika silvi bisa keluar dari apartemen syaquel maka ia harus bersiap untuk mendapat hukuman dari syaquel tanpa belas kasihan seperti yang sekarang ini terjadisilvi ketahuan oleh suaminya akan melarikan diri.

"masuk" sentak syaquel dengan berteriak

"lepaskan aku el" ucap silvi ketakutan

"aku bilang masuk" pungkas syaquel

"lepas el sakit" silvi meringis kesakitan karena lengan atasnya dicengkram kuat oleh syaquel

"masuk ******" teriak syaquel kencang

Silvi ketakutan tubuhnya terhuyung ke sofa karena syaquel melepaskan tangannya sambil mendorongnya kebelakang untung saja ia tidak jatuh ke lantai.

"tidak adakah secuil rasa kasihanmu kepada kami?" ucap silvi sembari memegangi perutnya dengan menangis

"cih, jangan berdrama" bentak syaquel

"sampai kapan kau akan menyiksaku seperti ini el?" silvi meninggikan suaranya

"sampai aku puas" syaquel mencengkram dagu silvi dan menghempaskannya

"kenapa kau mencoba melarikan diri lagi silvi? Sudah ku katakan jangan pernah menentangku atau kau akan mendapat hukuman atas perbuatanmu" ucap syaquel dengan tatapan membunuhnya

"lebih baik kau bunuh aku sekalian kalau itu dapat membuat dirimu puas" lagi lagi silvi berteriak

"turunkan suaramu ******" syaquel mencekik leher silvi hingga ia kesusahan bernapas

Silvi memberontak agar terlepas dari cengkraman syaquel, setelah terlepas syaquel menyeret silvi dengan kasar lalu membantingnya dikasur. Silvi berusaha melindungi perutnya agar tidak terbentur.

Tidak berhenti sampai disitu syaquel melucuti seluruh pakaian silvi lalu menerkamnya dengan kasar. silvi hanya bisa menangis saat ia merasakan sakit yang luar biasa pada perutnya.

"el hentikan" lirih silvi namun syaquel malah menjadi, ia menghentakkan miliknya dengan kasar didalam sana.

"sakit..perutku sakit..aaaah" silvi meringis

"hentikan el kau akan membunuh anakku" ucap silvi dengan sedikit berteriak

Syaquel menghentikan aksinya bukan karena teriakan silvi namun karena darah segar yang keluar dari milik silvi membuat syaquel jadi ketakutan.

"darah" ucap syaquel pelan

"tolong tolong bawa aku kerumah sakit" lirih silvi dengan tubuh bergetar karena menahan sakit

Rasa khawatir, takut dan panik bercampur menjadi satu dalam tubuh syaquel. syaquel menjadi linglung saat silvi tidak berhenti berteriak kesakitan.

ia menarik nafasnya dalam dalam lalu menghembuskannya agar dirinya tidak tegang. Ia memunggut dress silvi yang ia lucuti tadi dan ia pakaikan pada tubuh silvi dan ia pun memakai kembali pakaiannya.

setelah itu ia menggendong tubuh silvi menuju mobil nya, dengan kecepatan tinggi ia mengendarai mobilnya menuju rumah sakit.

Disaat yang bersamaan ziva dan zayyan baru saja keluar dari ruangan dokter alesya selepas pemeriksaan kandungan ziva yang telah memasuki 7 bulan. Saat akan berjalan keluar tiba tiba saja mereka terkejut melihat silvi yang telah terbaring dan didorong oleh tim medis didampingi juga oleh syaquel.

"kakak" ucap ziva

zayyan dan ziva langsung menghampiri silvi yang tengah meringis kesakitan. mata ziva juga teralihkan pada darah yang membasahi dress yang dikenakan oleh silvi.

"kakak berjuanglah" ucap ziva dan dijawab anggukan oleh silvi

Silvi dimasukkan ke ruangan bersalin, sementara syaquel, zayyan dan ziva diminta untuk tetap menunggu di luar. Tanpa di duga zayyan langsung mencengkram kerah baju syaquel dengan emosi.

"apa yang kau lakukan padanya?" tanya zayyan dengan tatapan mengintimidasi

"tidak aku tidak melakukan apapun" jawab syaquel dengan ketakutan

"kau ingin membodohiku hah?" sentak zayyan

"suamiku ada apa?" tanya ziva heran

"jawab brensek" sentak zayyan lagi

namun syaquel tidak menjawab, ia hanya menundukkan kepalanya dengan rasa bersalah yang sangat amat mendalam.

zayyan melepaskan cengkramannya dan menghempaskan tubuh syaquel dengan kasar hingga membentur dinding

"kau pikir aku tidak bisa melihat luka memar yang ada di tubuh silvi, jika terjadi sesuatu pada silvi dan bayinya aku tidak akan mengampunimu" ucap zayyan dengan tatapan membunuhnya

Syaquel hanya diam dan terduduk lemas, ia menatap kedua tangannya yang telah ia pakai untuk menyiksa silvi selama ini betapa bodohnya dia dengan sengaja telah menindas wanita hamil yang tidak berdaya.

Tidak lama kemudian keluar seorang dokter yang menangani istinya didampingi seorang perawat.

"suami nyonya silviana" panggil dokter yang diketahui adalah dokter alesha

"saya dokter" ucap syaquel mendekati dokter

"dokter ale bagaimana keadaannya?" tanya ziva dengan mata berkaca kaca

melihat raut wajah dokter kandungan itu tidak bersemangat membuat air mata yang di tahan ziva seketika jatuh jua, perasaan takut menguasai hatinya namun suaminya zayyan terus memberinya ketenangan.

"tuan, kami harus melakukan tindakan operasi cesar secepatnya, karena keadaan nyonya silviana melemah begitupun dengan bayi yang didalam kandungannya detak jantungnya ikut melemah dan tidak ada tanda tanda bayi akan keluar melalui jalan lahir, jadi kami harus segera melakukan operasi untuk bisa menyelamatkan nyawa setidaknya salah satu diantara mereka" ucap alesha dengan sendu

"apa maksudmu salah satu diantara mereka ale?" tanya zayyan penuh penekanan

"melihat keadaan keduanya melemah maka akan ada salah satu yang tidak dapat tertolong, tapi percayalah kami akan berusaha keras agar dapat menyelamatkan nyawa keduanya" ucap alesha

"kau harus menyelamatkan keduanya dokter alesha, aku mohon selamatkan kakakku dan bayinya" lirih ziva menangis sejadi jadinya.

"zivani tenanglah" alesha menyentuh pundak ziva yang terlihat rapuh

"dokter lakukan yang terbaik untuk mereka" ucap syaquel

"baiklah tuan tolong tanda tangani surat persetujuan ini" ucap alesha menyodorkan sebuah kertas yang dibawa oleh salah seorang perawat

Setelah itu dokter itu masuk kembali untuk mempersiapkan segalanya, tidak lama kemudian para perawat keluar membawa silvi yang terbaring lemah diranjang rumah sakit itu menuju ruangan operasi disusul dokter alesha

"aku butuh 2 kantong darah A dan dirumah sakit ini hanya tersedia 1 kantong, apakah ada diantara kalian yang bergolongan darah A atau AB yang bisa mendonorkan darahnya untuk silvia?" tanya alesha

"aku.. golongan darahku A ambil darahku" ucap ziva

"maaf ziva kau sedang hamil tidak disarankan untuk melakukan transfusi darah" ucap alesha

sementara syaquel dan zayyan hanya diam karena mereka sama sama bergolangan darah B dan tentu saja bukan golongan darah itu yang dibutuhkan oleh silvi

"dokter sebentar kakak ku vanya bergolongan darah AB aku akan menghubunginya agar dia bisa datang dan mendonorkan darahnya" ucap ziva merasa punya harapan

"baiklah beritahu aku jika dia sudah tiba" alesha segera menyusul timnya untuk segera melakukan tindakan operasi

Tanpa menunggu lagi ziva langsung menghubungi kakak keduanya yaitu vanya.

"Hallo kak" ucap ziva dengan suara bergetar menahan tangis

"ziva ada apa denganmu?" tanya vanya heran

"kak kau dimana ? bisakah kau kerumah sakit sekarang?" ucap ziva

"rumah sakit? Ada apa? terjadi sesuatu padamu?" tanya vanya lagi

"bukan aku kak, tapi kak silvi dia butuh donor darah dan hanya kau yang bisa menolongnya" ucap ziva sambil menghapus air matanya yang jatuh

"apa? kak silvi? apa yang terjadi padanya?" tanya vanya lagi

"kak aku akan menceritakannya nanti, aku mohon segeralah kemari" ucap ziva lalu mematikan sambungan teleponnya.

Vanya langsung mengambil tasnya yang berada dimeja kerja rayyan, ya saat ini dia sedang dikantor calon suaminya yang sangat ia benci itu.

"hey kau mau kemana?" tanya rayyan sambil menahan tangan vanya yang hendak pergi

"ck lepaskan aku harus segera pergi" ucap vanya kesal

"katakan dulu kemana kau akan pergi?" tanya rayyan

"ke rumah sakit" vanya langsung menghempaskan lengannya agar terlepas dari genggaman tangan rayyan

"apa? Hey tunggu" rayyan menyerobot kunci mobil dan ponselnya lalu mengejar langkah vanya yang begitu cepat

"siapa yang sakit?" tanya rayyan mensejajarkan langkahnya dengan vanya

"kakakku" jawab vanya singkat

"kakak? Maksudmu silvi?" tanya rayyan lagi

"hu'um" jawab vanya

Langkahnya terhenti saat ia baru sadar kalau tidak membawa mobil sebab tadi dia diculik oleh rayyan dan dibawa ke tempat ini. ditengah lamunannya rayyan menarik tangannya untuk menuju ke mobil pria itu dan tentu saja vanya langsung bergegas ia tidak ingin menyianyiakan waktu untuk menyelamatkan silvi.

"apa yang telah terjadi pada silvi?" tanya rayyan sambil mengendarai mobilnya

"aku pun tidak tau, ziva hanya memberitahuku bahwa kak silvi membutuhkan donor darah dariku" jawab vanya frustasi

"ck kenapa mobilmu berjalan seperti siput" gerutu vanya

"baiklah jika begitu pegangan" ucap rayyan menaikkan kecepatan mobilnya

Sesampainya dirumah sakit vanya langsung menuju ruangan operasi dan terlihat syaquel, zayyan dan juga ziva sedang menunggu dengan gelisa didepan ruangan itu.

"ziva" panggil vanya

"kak vanya" ucap ziva berdiri menyambut vanya

"sebenarnya apa yang terjadi?" lanjut vanya

Namun baru saja ziva ingin menjelaskan, seorang perawat keluar dari ruangan tempat silvi dioperasi.

"nyonya richard apa pendonor nya sudah tiba?" tanya salah seorang perawat

"ya suster, dia orangnya" jawab ziva menunjuk vanya

"baiklah mari nona " ucap perawat tersebut membawa vanya ke ruangan lain

"ada apa dengan silvi?" tanya rayyan pada ziva dan zayyan

"dia sedang menjalani operasi cesar untuk melahirkan bayinya" jawab zayyan

Rayyan mengangguk paham, ia merasa operasi cessar adalah hal yang lumrah jika seseorang tidak dapat melahirkan secara normal.

Tidak lama kemudian vanya dan perawat itu kembali, transfusi darah telah selesai dilakukan.

"ziva bisa kau jelaskan padaku sekarang?" tanya vanya dengan penasaran

"kakak mengalami pendarahan aku pun tidak tau penyebabnya, keadaan kakak dan bayinya juga melemah jadi dokter memutuskan untuk mengambil tindakan operasi demi keselamatan mereka" jelas ziva, vanya lalu menatap syaquel yang mondar mandir didepan pintu ruangan ia menarik kerah baju syaquel, ia marah karena pria itu tidak bisa menjaga kakaknya dengan baik

"hey, apa yang kau lakukan? kenapa bisa kakakku mengalami hal seperti itu?" sentak vanya meremas kerah baju syaquel

"vanya.. Vanya ini rumah sakit jangan buat keributan" rayyan menahan tubuh vanya yang tampak emosi

"jika kau tidak bisa menjaga kakakku maka jangan menikahinya, kami bisa menjaganya dengan baik dan membesarkan bayinya dengan penuh kasih, dasar suami tidak becus" vanya menghempaskan tubuh syaquel.

Syaquel melihat kebencian dimata vanya dan juga kedua pria kembar dihadapannya itu, kecuali ziva yang hanya bisa menangisi kakaknya.

setelah menunggu sekitar 1 jam lebih pintu ruangan itu terbuka dengan dua orang perawat yang sedang mendorong sebuah incubator dengan seorang bayi didalamnya.

Mereka mendekat untuk melihat bayi yang ada didalamnya namun suster itu berjalan dengan cepat membawa bayi itu tidak lama kemudian dokter alesha yang menangani operasi silvi keluar dari balik pintu.

"Ale bagaimana?" zayyan lebih dulu membuka suara

"operasi berhasil" dua kata pertama yang keluar dari mulut alesha membuat semua orang yang ada disana bernafas lega

"tapi keadaan keduanya sangat lemah, bayinya berjenis kelamin laki laki, ia lahir lebih cepat dari yang diperkirakan, berat badannya juga belum cukup normal dan ia masih harus mendapatkan perawatan khusus. Sedangkan nyonya silvia semoga dia bisa sadar setelah pengaruh bius habis tetapi jika pengaruh bius habis dia belum sadar juga berarti ia mengalami koma" ucap alesha panjang lebar

"ya tuhan" ucap semua orang yang ada disitu

"kami akan memindahkan nyonya silvia ke ruangan ICU agar mendapat mengawasan dan perawatan yang khusus" ucap alesha lagi lalu ia masuk kembali

Perasaan mereka saat ini campur aduk, satu sisi mereka bersyukur karena nyawa keduanya bisa selamat namun disisi lain mereka sangat sedih karena kondisi keduanya masih sangat mengkhawatirkan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!