Disebuah apartemen silvi menjalani proses kehamilannya dengan penuh tekanan, ya, bukannya merasa bahagia menikah dengan pria yang sangat dicintainya, silvi malah diperlakukan tidak adil oleh syaquel.
Dikehamilannya yang menginjak 9 bulan, syaquel tidak berhenti untuk menindasnya bahkan dengan tidak berperasaan syaquel selalu berlaku kasar padanya yang sedang mengandung.
Dan hari ini silvi berusaha untuk kabur dari apartemen syaquel yang sudah seperti penjara baginya, bagaimana tidak, selain tidak diizinkan kemanapun, ia dijaga ketat oleh beberapa pengawal yang berjaga didepan pintu dan setiap sudut apartemen terpasang CCTV yang terhubung langsung pada suaminya , jika silvi bisa keluar dari apartemen syaquel maka ia harus bersiap untuk mendapat hukuman dari syaquel tanpa belas kasihan seperti yang sekarang ini terjadisilvi ketahuan oleh suaminya akan melarikan diri.
"masuk" sentak syaquel dengan berteriak
"lepaskan aku el" ucap silvi ketakutan
"aku bilang masuk" pungkas syaquel
"lepas el sakit" silvi meringis kesakitan karena lengan atasnya dicengkram kuat oleh syaquel
"masuk ******" teriak syaquel kencang
Silvi ketakutan tubuhnya terhuyung ke sofa karena syaquel melepaskan tangannya sambil mendorongnya kebelakang untung saja ia tidak jatuh ke lantai.
"tidak adakah secuil rasa kasihanmu kepada kami?" ucap silvi sembari memegangi perutnya dengan menangis
"cih, jangan berdrama" bentak syaquel
"sampai kapan kau akan menyiksaku seperti ini el?" silvi meninggikan suaranya
"sampai aku puas" syaquel mencengkram dagu silvi dan menghempaskannya
"kenapa kau mencoba melarikan diri lagi silvi? Sudah ku katakan jangan pernah menentangku atau kau akan mendapat hukuman atas perbuatanmu" ucap syaquel dengan tatapan membunuhnya
"lebih baik kau bunuh aku sekalian kalau itu dapat membuat dirimu puas" lagi lagi silvi berteriak
"turunkan suaramu ******" syaquel mencekik leher silvi hingga ia kesusahan bernapas
Silvi memberontak agar terlepas dari cengkraman syaquel, setelah terlepas syaquel menyeret silvi dengan kasar lalu membantingnya dikasur. Silvi berusaha melindungi perutnya agar tidak terbentur.
Tidak berhenti sampai disitu syaquel melucuti seluruh pakaian silvi lalu menerkamnya dengan kasar. silvi hanya bisa menangis saat ia merasakan sakit yang luar biasa pada perutnya.
"el hentikan" lirih silvi namun syaquel malah menjadi, ia menghentakkan miliknya dengan kasar didalam sana.
"sakit..perutku sakit..aaaah" silvi meringis
"hentikan el kau akan membunuh anakku" ucap silvi dengan sedikit berteriak
Syaquel menghentikan aksinya bukan karena teriakan silvi namun karena darah segar yang keluar dari milik silvi membuat syaquel jadi ketakutan.
"darah" ucap syaquel pelan
"tolong tolong bawa aku kerumah sakit" lirih silvi dengan tubuh bergetar karena menahan sakit
Rasa khawatir, takut dan panik bercampur menjadi satu dalam tubuh syaquel. syaquel menjadi linglung saat silvi tidak berhenti berteriak kesakitan.
ia menarik nafasnya dalam dalam lalu menghembuskannya agar dirinya tidak tegang. Ia memunggut dress silvi yang ia lucuti tadi dan ia pakaikan pada tubuh silvi dan ia pun memakai kembali pakaiannya.
setelah itu ia menggendong tubuh silvi menuju mobil nya, dengan kecepatan tinggi ia mengendarai mobilnya menuju rumah sakit.
Disaat yang bersamaan ziva dan zayyan baru saja keluar dari ruangan dokter alesya selepas pemeriksaan kandungan ziva yang telah memasuki 7 bulan. Saat akan berjalan keluar tiba tiba saja mereka terkejut melihat silvi yang telah terbaring dan didorong oleh tim medis didampingi juga oleh syaquel.
"kakak" ucap ziva
zayyan dan ziva langsung menghampiri silvi yang tengah meringis kesakitan. mata ziva juga teralihkan pada darah yang membasahi dress yang dikenakan oleh silvi.
"kakak berjuanglah" ucap ziva dan dijawab anggukan oleh silvi
Silvi dimasukkan ke ruangan bersalin, sementara syaquel, zayyan dan ziva diminta untuk tetap menunggu di luar. Tanpa di duga zayyan langsung mencengkram kerah baju syaquel dengan emosi.
"apa yang kau lakukan padanya?" tanya zayyan dengan tatapan mengintimidasi
"tidak aku tidak melakukan apapun" jawab syaquel dengan ketakutan
"kau ingin membodohiku hah?" sentak zayyan
"suamiku ada apa?" tanya ziva heran
"jawab brensek" sentak zayyan lagi
namun syaquel tidak menjawab, ia hanya menundukkan kepalanya dengan rasa bersalah yang sangat amat mendalam.
zayyan melepaskan cengkramannya dan menghempaskan tubuh syaquel dengan kasar hingga membentur dinding
"kau pikir aku tidak bisa melihat luka memar yang ada di tubuh silvi, jika terjadi sesuatu pada silvi dan bayinya aku tidak akan mengampunimu" ucap zayyan dengan tatapan membunuhnya
Syaquel hanya diam dan terduduk lemas, ia menatap kedua tangannya yang telah ia pakai untuk menyiksa silvi selama ini betapa bodohnya dia dengan sengaja telah menindas wanita hamil yang tidak berdaya.
Tidak lama kemudian keluar seorang dokter yang menangani istinya didampingi seorang perawat.
"suami nyonya silviana" panggil dokter yang diketahui adalah dokter alesha
"saya dokter" ucap syaquel mendekati dokter
"dokter ale bagaimana keadaannya?" tanya ziva dengan mata berkaca kaca
melihat raut wajah dokter kandungan itu tidak bersemangat membuat air mata yang di tahan ziva seketika jatuh jua, perasaan takut menguasai hatinya namun suaminya zayyan terus memberinya ketenangan.
"tuan, kami harus melakukan tindakan operasi cesar secepatnya, karena keadaan nyonya silviana melemah begitupun dengan bayi yang didalam kandungannya detak jantungnya ikut melemah dan tidak ada tanda tanda bayi akan keluar melalui jalan lahir, jadi kami harus segera melakukan operasi untuk bisa menyelamatkan nyawa setidaknya salah satu diantara mereka" ucap alesha dengan sendu
"apa maksudmu salah satu diantara mereka ale?" tanya zayyan penuh penekanan
"melihat keadaan keduanya melemah maka akan ada salah satu yang tidak dapat tertolong, tapi percayalah kami akan berusaha keras agar dapat menyelamatkan nyawa keduanya" ucap alesha
"kau harus menyelamatkan keduanya dokter alesha, aku mohon selamatkan kakakku dan bayinya" lirih ziva menangis sejadi jadinya.
"zivani tenanglah" alesha menyentuh pundak ziva yang terlihat rapuh
"dokter lakukan yang terbaik untuk mereka" ucap syaquel
"baiklah tuan tolong tanda tangani surat persetujuan ini" ucap alesha menyodorkan sebuah kertas yang dibawa oleh salah seorang perawat
Setelah itu dokter itu masuk kembali untuk mempersiapkan segalanya, tidak lama kemudian para perawat keluar membawa silvi yang terbaring lemah diranjang rumah sakit itu menuju ruangan operasi disusul dokter alesha
"aku butuh 2 kantong darah A dan dirumah sakit ini hanya tersedia 1 kantong, apakah ada diantara kalian yang bergolongan darah A atau AB yang bisa mendonorkan darahnya untuk silvia?" tanya alesha
"aku.. golongan darahku A ambil darahku" ucap ziva
"maaf ziva kau sedang hamil tidak disarankan untuk melakukan transfusi darah" ucap alesha
sementara syaquel dan zayyan hanya diam karena mereka sama sama bergolangan darah B dan tentu saja bukan golongan darah itu yang dibutuhkan oleh silvi
"dokter sebentar kakak ku vanya bergolongan darah AB aku akan menghubunginya agar dia bisa datang dan mendonorkan darahnya" ucap ziva merasa punya harapan
"baiklah beritahu aku jika dia sudah tiba" alesha segera menyusul timnya untuk segera melakukan tindakan operasi
Tanpa menunggu lagi ziva langsung menghubungi kakak keduanya yaitu vanya.
"Hallo kak" ucap ziva dengan suara bergetar menahan tangis
"ziva ada apa denganmu?" tanya vanya heran
"kak kau dimana ? bisakah kau kerumah sakit sekarang?" ucap ziva
"rumah sakit? Ada apa? terjadi sesuatu padamu?" tanya vanya lagi
"bukan aku kak, tapi kak silvi dia butuh donor darah dan hanya kau yang bisa menolongnya" ucap ziva sambil menghapus air matanya yang jatuh
"apa? kak silvi? apa yang terjadi padanya?" tanya vanya lagi
"kak aku akan menceritakannya nanti, aku mohon segeralah kemari" ucap ziva lalu mematikan sambungan teleponnya.
Vanya langsung mengambil tasnya yang berada dimeja kerja rayyan, ya saat ini dia sedang dikantor calon suaminya yang sangat ia benci itu.
"hey kau mau kemana?" tanya rayyan sambil menahan tangan vanya yang hendak pergi
"ck lepaskan aku harus segera pergi" ucap vanya kesal
"katakan dulu kemana kau akan pergi?" tanya rayyan
"ke rumah sakit" vanya langsung menghempaskan lengannya agar terlepas dari genggaman tangan rayyan
"apa? Hey tunggu" rayyan menyerobot kunci mobil dan ponselnya lalu mengejar langkah vanya yang begitu cepat
"siapa yang sakit?" tanya rayyan mensejajarkan langkahnya dengan vanya
"kakakku" jawab vanya singkat
"kakak? Maksudmu silvi?" tanya rayyan lagi
"hu'um" jawab vanya
Langkahnya terhenti saat ia baru sadar kalau tidak membawa mobil sebab tadi dia diculik oleh rayyan dan dibawa ke tempat ini. ditengah lamunannya rayyan menarik tangannya untuk menuju ke mobil pria itu dan tentu saja vanya langsung bergegas ia tidak ingin menyianyiakan waktu untuk menyelamatkan silvi.
"apa yang telah terjadi pada silvi?" tanya rayyan sambil mengendarai mobilnya
"aku pun tidak tau, ziva hanya memberitahuku bahwa kak silvi membutuhkan donor darah dariku" jawab vanya frustasi
"ck kenapa mobilmu berjalan seperti siput" gerutu vanya
"baiklah jika begitu pegangan" ucap rayyan menaikkan kecepatan mobilnya
Sesampainya dirumah sakit vanya langsung menuju ruangan operasi dan terlihat syaquel, zayyan dan juga ziva sedang menunggu dengan gelisa didepan ruangan itu.
"ziva" panggil vanya
"kak vanya" ucap ziva berdiri menyambut vanya
"sebenarnya apa yang terjadi?" lanjut vanya
Namun baru saja ziva ingin menjelaskan, seorang perawat keluar dari ruangan tempat silvi dioperasi.
"nyonya richard apa pendonor nya sudah tiba?" tanya salah seorang perawat
"ya suster, dia orangnya" jawab ziva menunjuk vanya
"baiklah mari nona " ucap perawat tersebut membawa vanya ke ruangan lain
"ada apa dengan silvi?" tanya rayyan pada ziva dan zayyan
"dia sedang menjalani operasi cesar untuk melahirkan bayinya" jawab zayyan
Rayyan mengangguk paham, ia merasa operasi cessar adalah hal yang lumrah jika seseorang tidak dapat melahirkan secara normal.
Tidak lama kemudian vanya dan perawat itu kembali, transfusi darah telah selesai dilakukan.
"ziva bisa kau jelaskan padaku sekarang?" tanya vanya dengan penasaran
"kakak mengalami pendarahan aku pun tidak tau penyebabnya, keadaan kakak dan bayinya juga melemah jadi dokter memutuskan untuk mengambil tindakan operasi demi keselamatan mereka" jelas ziva, vanya lalu menatap syaquel yang mondar mandir didepan pintu ruangan ia menarik kerah baju syaquel, ia marah karena pria itu tidak bisa menjaga kakaknya dengan baik
"hey, apa yang kau lakukan? kenapa bisa kakakku mengalami hal seperti itu?" sentak vanya meremas kerah baju syaquel
"vanya.. Vanya ini rumah sakit jangan buat keributan" rayyan menahan tubuh vanya yang tampak emosi
"jika kau tidak bisa menjaga kakakku maka jangan menikahinya, kami bisa menjaganya dengan baik dan membesarkan bayinya dengan penuh kasih, dasar suami tidak becus" vanya menghempaskan tubuh syaquel.
Syaquel melihat kebencian dimata vanya dan juga kedua pria kembar dihadapannya itu, kecuali ziva yang hanya bisa menangisi kakaknya.
setelah menunggu sekitar 1 jam lebih pintu ruangan itu terbuka dengan dua orang perawat yang sedang mendorong sebuah incubator dengan seorang bayi didalamnya.
Mereka mendekat untuk melihat bayi yang ada didalamnya namun suster itu berjalan dengan cepat membawa bayi itu tidak lama kemudian dokter alesha yang menangani operasi silvi keluar dari balik pintu.
"Ale bagaimana?" zayyan lebih dulu membuka suara
"operasi berhasil" dua kata pertama yang keluar dari mulut alesha membuat semua orang yang ada disana bernafas lega
"tapi keadaan keduanya sangat lemah, bayinya berjenis kelamin laki laki, ia lahir lebih cepat dari yang diperkirakan, berat badannya juga belum cukup normal dan ia masih harus mendapatkan perawatan khusus. Sedangkan nyonya silvia semoga dia bisa sadar setelah pengaruh bius habis tetapi jika pengaruh bius habis dia belum sadar juga berarti ia mengalami koma" ucap alesha panjang lebar
"ya tuhan" ucap semua orang yang ada disitu
"kami akan memindahkan nyonya silvia ke ruangan ICU agar mendapat mengawasan dan perawatan yang khusus" ucap alesha lagi lalu ia masuk kembali
Perasaan mereka saat ini campur aduk, satu sisi mereka bersyukur karena nyawa keduanya bisa selamat namun disisi lain mereka sangat sedih karena kondisi keduanya masih sangat mengkhawatirkan.
Tak lama kemudian, sebuah ranjang tempat dimana silvi terbaring lemah didorong keluar dari ruang operasi untuk dipindahkan ke ruang ICU. Akibat kekurangan banyak darah kulit silvi terlihat memucat dan semakin memperjelas beberapa luka lebam diwajah juga dibeberapa bagian tubuhnya akibat dari cengkraman tangan syaquel dan juga terbentur benda lain.
semua orang mengikuti hingga depan ruangan ICU. Semua orang saling pandang saat seorang perawat mengatakan hanya diperbolehkan 2 orang sekali masuk.
"aku dan ziva yang lebih dulu" ucap vanya dengan menggandeng tangan ziva
Syaquel mengangguk, ia akan menunggu giliran sebaiknya ia pergi ke ruangan rawat bayi yang dilahirkan oleh silvi tadi. dia ingin bertanya pada dokter siapa tahu ia bisa melakukan tes DNA saat kondisi bayi itu membaik nanti.
Dan disinilah syaquel, ia melihat kaca incubator itu dengan jantung berdegup kencang entahlah syaquel juga bingung mengapa ia bereaksi seperti ini. Ia lalu sedikit menunduk untuk melihat bayi didalamnya.
Ia terkejut matanya membulat sempurnya, seluruh tubuhnya terasa dingin, bahkan bulir air mata pun jatuh tanpa permisi, ia menatap bayi mungil itu tanpa berkedip ia seperti melihat foto masa kecilnya yang terpampang dirumah orang tuanya, benar benar mirip dengannya.
"oh tuhan" syaquel menangis, sungguh ia merasa dirinya adalah orang terjahat dimuka bumi ini.
"tuan anda baik baik saja?" tanya salah seorang perawat yang ditugaskan memantau bayi itu.
syaquel hanya mengangguk, ia menghapus air matanya yang mengalir deras namun ia tidak bisa menghentikan isakannya.
Tanpa melakukan tes DNA pun ia sudah tau bahwa bayi itu adalah putranya. Wajahnya sangat mirip dengannya benar benar seperti foto copy an wajahnya.
"maaf, maafkan aku" ucap syaquel disela tangisannya
"nak maaf mungkin aku tidak pantas untuk kau panggil daddy, cukuplah darahku yang mengalir ditubuhmu, aku juga tidak berhak memberi mu sebuah nama sebab ada mommy mu yang paling pantas dan berhak untuk itu" lirih syaquel
seorang perawat mendekatinya untuk mengingatkan bahwa waktu besuknya sudah habis, ia menjawab dengan sebuah anggukan.
"nak lekas lah sembuh, jadilah penguat untuk mommy mu, aku sungguh menyayangimu percayalah" ucap syaquel sebelum ia meninggalkan putranya.
Dia terduduk di depan ruangan putranya, ia sungguh sangat menyesali apa yang telah ia perbuat pada silvi, bahkan dengan kedua tangannya itu nyawa putra dan istrinya dipertaruhkan hari ini.
ia memukul mukul kepalanya ia benar benar merasa sangat bodoh, entah bagaimana ia harus menghadapi silvi dan entah bagaimana ia bisa mendapatkan maaf dari istrinya itu.
Cukup lama ia merenung, ia pun perlahan melangkahkan kakinya menuju ruangan dimana istrinya dirawat, terlihat didepan ruangan silvi hanya tinggal vanya dan rayyan saja mungkin zayyan dan ziva sudah pulang karena adik iparnya itu juga sedang mengandung tentu saja zayyan harus menjaga kesehatan ziva.
Sayup sayup syaquel mendengar kedua insan itu sedang berdebat, semakin ia melangkah semakin jelas tenyata vanya bersikeras menyuruh rayyan pulang namun calon suaminya itu kekeh untuk tetap menemani calon istrinya disini.
"kalian pulang lah aku yang akan menjaga silvi disini" ucap syaquel membuat sepasang kekasih itu langsung memandang kearahnya.
"ah tidak bisa, aku tidak bisa mempercayainya untuk yang kedua kalinya" ucapan vanya benar benar menyinggungnya
"aku berjanji padamu, lagi pula diruangan silvi ada banyak perawat juga dokter yang terus memantau keadaan silvi jadi dia akan aman" bujuk syaquel
"dia benar, lagi pula dia tidak akan terus berada didalam karena diruangan ini tidak diijinkan untuk membesuk pasien terlalu lama" rayyan ikut menambahkan
vanya terlihat berfikir.
"ck, berikan ponselmu" ucap vanya dengan mengadahkan tangannya
"ada apa?" tanya syaquel sebelum ia menyerahkan ponselnya
"aku mau menyimpan nomorku, supaya jika terjadi sesuatu pada kakakku kau harus langsung mengabariku" jelas vanya dengan nada kesal
"oh baiklah ini" syaquel memberikan ponselnya dengan suka rela
"kenapa? Kau mencurigaiku? Kau pikir aku mau melihat lihat bukti perselingkuhanmu diponselmu ini" ucap vanya dengan sinis dan tangannya langsung disenggol oleh rayyan
"aku tidak berselingkuh" jawab syaquel dengan dingin
"cih kau kira kami bodoh" ucap vanya lagi sambil mengembalikan ponsel syaquel
"Jangan lupa mengabariku, jika tidak aku akan melaporkan mu ke ayahku atas KDRT yang kau lakukan pada kakakku" ancam vanya
Syaquel terdiam di tempatnya sambil menatap kepergian vanya dan rayyan, memang benar yang dikatakan vanya ia memang melakukan KDRT terhadap silvi dan ia tidak bisa mengelak lagi apalagi ditubuh istrinya terdapat bukti bukti kekerasan yang ia lakukan.
Setelah vanya dan rayyan tidak terlihat lagi oleh netranya, ia memutuskan masuk kedalam ruangan dimana silvi dirawat, air matanya jatuh begitu saja saat melihat kondisi istrinya yang lemah tak berdaya. Tubuhnya di pasangi alat alat medis, mata teduh yang selama ini menatapnya kini silvi enggan membukanya.
"sil" panggil syaquel sembari mengecup lengan istrinya yang terasa dingin.
"aku mohon maafkan lah aku" hari ini syaquel benar benar merasa sangat cengeng
"setidaknya bangunlah demi dia, putra kita sil dia sangat membutuhkan dirimu" lirih syaquel
syaquel hanya bisa menangis dan menangis sebagai bentuk penyesalannya. Ia tidak sanggup bicara banyak pada silvi walau ia tau silvi bisa mendengar apa yang ia katakan, ia hanya berharap silvi cepat sadar dan memeluk putra mereka dengan kehangatan.
Hari ini adalah hari ketiga pasca silvi melahirkan putranya, dan ia belum juga membuka matanya. Ya silvi sampai saat ini masih nyaman dengan tidur panjangnya ia masih enggan untuk membuka mata melihat orang disekelilingnya yang menunggunya dengan khawatir, sementara keadaannya bayinya berangsur angsur membaik, disamping itu syaquel selalu melihat setiap perkembangan yang terjadi pada putra semata wayangnya itu, ia begitu sangat bersyukur pada tuhan karena telah menyelamatkan nyawa putranya.
"kakak aku mohon lekaslah bangun, kau harus melihat putramu" lirih ziva
Diruangan itu hanya ada ziva dan juga zayyan yang selalu sigap menemani istri kecilnya yang sedang mengandung buah hatinya, walau harus meninggalkan pekerjaannya ia rela dari pada membiarkan ziva pergi sendirian.
"sayang tenangkan dirimu" zayyan mengelus pundak ziva
"sudah 3 hari tapi kakak belum juga sadar" ucap ziva dengan penuh kekhawatiran
"lalu apa yang bisa kita lakukan selain berdoa pada tuhan" ucap zayyan
"kau benar suamiku, hmm aku ingin melihat putranya kakak" pinta ziva
"baiklah ayo" zayyan menuntun ziva untuk keluar dan menuju keruangan rawat bayi
Selepas kepergian ziva dan zayyan, syaquel masuk ke ruangan rawat silvi, ia menatap wajah istrinya yang ia persunting 7 bulan lalu, istri yang ia siksa pisik dan batinnya, istri yang telah mengandung dan melahirkan putranya dengan bertaruh nyawa.
"silvi weak up please" rintih syaquel dengan dada yang sesak
"bangunlah demi putra kita aku mohon" ucap syaquel lagi
"jika kau membenciku kau bisa menceraikanku tapi buka matamu dulu sil" lirih syaquel dengan berat hati
Seketika jari jemari silvi yang sedang digenggam oleh syaquel bergerak, sudut mata silvi mengeluarkan air mata, syaquel tersentak ia menatap wajah dan tangan silvi yang bergerak tadi secara bergantian.
perlahan lahan syaquel mendengar suara silvi yang seperti tercekat.
"pe..m..bu..nu..h" kata pertama yang keluar dari bibir silvi
Terlihat silvi menarik nafasnya dengan susah payah, ia belum juga membuka matanya namun bibirnya terlihat gemetar dan terdengar merintih. Syaquel berteriak memanggil dokter, salah satu perawat yang memang ditugaskan untuk memantau keadaan silvi langsung mendekati ranjang, ia juga berlari untuk memanggil dokter.
syaquel mundur untuk mempersilahkan dokter dan timnya memeriksa keadaan silvi. Ia tidak keluar dari ruangan itu karena ia ingin memastikan keadaan istrinya.
Syaquel memejamkan matanya untuk berdoa memohon pada tuhan agar memberikan mukjizatnya pada silvi, ia juga teringat pada kata pertama yang diucapkan oleh silvi tadi, ia benar benar sangat yakin bahwa istrinya sangat membencinya saat ini.
Semua alat yang terpasang ditubuh silvi dilepaskan dan itu menandakan hal yang baik telah terjadi pada istrinya.
"tuan syukurlah keadaan istri anda sangat baik dari sebelumnya semuanya terlihat stabil, tolong jaga nyonya silvi dengan baik" ucap dokter aleesya
"terima kasih dokter" ucap syaquel dengan tulus
setelah kepergian dokter dan para perawat, syaquel pelan pelan mendekati ranjang silvi, terlihat istrinya itu mulai membuka matanya, jantung syaquel berdebar tak karuan membayangkan bagaimana reaksi silvi saat melihatnya.
"kakak" ziva dan zayyan tiba tiba masuk kedalam ruangan itu.
silvi hanya tersenyum tipis melihat adiknya yang langsung memeluknya.
"sayang perutmu" tegur zayyan melihat perut istrinya yang terhimpit ranjang.
"oh kakak akhirnya kau sadar juga, bagaimana? Apa yang kau rasakan kak? Apa ada yang sakit?" tanya ziva mewakili hati syaquel
"ya, disekitar purutku terasa sedikit sakit" jawab silvi dengan menyentuh perutnya yang sudah rata
"oh iya kak karena di sini ada bekas operasi cesar mu" ucap ziva dengan pelan juga menyentuh perut silvi yang terbalut baju.
"anakku?, apa anakku selamat?" tiba tiba silvi menjadi frustasi
Silvi mengedarkan pandangannya saat mencari keberadaan anakknya dan langsung saja tatapanya bertemu dengan syaquel yang juga sedang menatapnya. seketika silvi kehilangan akal sehatnya, ia berteriak juga memberontak seperti orang gila.
"pembunuh" teriak silvi
"kenapa pembunuh itu ada disini, pergi kau" silvi berteriak sambil menunjuk kearah syaquel yang berdiri mematung
"sil" suara syaquel terdengar bergertar
"diam, jangan.. jangan bicara, jangan pangil namaku, jangan" silvi masih tidak menurunkan nada bicaranya bahkan saat ini ia menjambak jambak rambutnya sendiri
"kakak dia suamimu, tidak ada pembunuh disini" ucap ziva berusaha menenangkan kakaknya
"dia..dia lah pembunuhnya, dia yang membunuh anakku, anakku sudah tiada semua itu karena perbuatannya" silvi menangis sejadi jadinya dia jugs terus menunjuk syaquel
"silvi tenangkan dirimu, luka bekas operasimu masih belum sembuh" ucap syaquel menghawatirkan keadaan istrinya bahkan ia hendak maju mendekati silvi namun suara silvi kembali menggemah diseluruh ruangan itu
"jangan mendekat, pergi aku mohon pergi, jangan ambil nyawaku lagi sudah cukup kau merenggut nyawa anakku yang tidak berdosa itu" teriak silvi disela sela tangisnya
"anak kita masih hidup sil, putra kita ada disini silvi, dia tidak meninggalkan kita" ucap syaquel
"iya kak putramu masih hidup" timpal ziva
"tidak, tidak, kalian bohong" suara silvi memekik ditelinga mereka
"zayyan, yan tolong, tolong kau usir pembunuh itu, usir dia, suruh dia pergi dari sini, aku takut, dia akan membunuhku..dia akan mengambil nyawaku" pinta silvi dengan terisak, ia bahkan mencekik lehernya sendiri saking frustasinya.
"el, pergilah dulu, kau tidak kasihan melihatnya seperti itu?" ucap zayyan setelah ia mendekat pada syaquel, dan pria itu menjawabnya dengan sebuah anggukan
Syaquel keluar dari ruangan itu dengan langkah yang berat, hatinya sangat sakit mendengar istrinya memanggilnya sebagai pembunuh, namun lebih sakit lagi ia melihat keadaan silvi saat ini dan semua itu karena dirinya yang brensek.
"kakak tenangkan dirimu dia sudah pergi" ucap ziva
"sakit perutku sakit" rintih silvi
Zayyan memanggil perawat untuk memeriksa kondisi silvi, dan sejak kejadian itu syaquel tidak diizinkan lagi untuk menampakkan dirinya didepan silvi karena jika silvi melihat syaquel ia akan berteriak histeris seperti kehilangan akal sehatnya, menurut pemeriksaan dokter silvi terkena depresi berat dan disarankan untuk menjalani psikoterapi yang rutin.
Kurang lebih 3 bulan silvi menjalani pengobatan psioterapi hingga akhirnya ia dinyatakan sembuh.
saat ini silvi tinggal bersama keluarga smith, disana ia dapat merasakan kasih sayang yang dulu tidak ia dapatkan saat tinggal bersama syaquel.
Malam ini dikediaman smith kedatangan tamu, seorang pria yang merupakan bagian dari keluarga richard, ya calvin richard datang untuk mengunjungi silvi teman lamanya. dulu sebelum silvi akhirnya dipersunting oleh suaminya, mereka berdua telah menjalin pertemanan yang cukup erat.
"putramu tampan sekali sil" puji calvin sambil menggendong baby sky
"terima kasih" ucap silvi tersenyum
"oh ya, siapa namanya?" tanya calvin
"Gyan skyler smith, tapi aku memanggilnya sky" jawab silvi
"nama yang indah, seindah awan yang cerah" puji calvin
silvi tertawa kecil mendengar pujian dari calvin,
"ngomong ngomong bagaimana hubunganmu dengan suamimu?" tanya calvin
"aku akan mengajukan gugatan cerai" ucap silvi
"kau serius?" tanya calvin
"sangat serius" jawab silvi
"lalu kapan kau akan mengurusnya? Siapa tau aku punya kesempatan untuk menemanimu?" tawar calvin
"aku akan bicarakan dulu dengan keluargaku vin" ucap silvi
"baiklah jika begitu" ujar calvin
Tok..tok..tok
"permisi kak, ibu memanggil kalian untuk makan malam" ucap gadis
Gadis Jelita Adiwinata adalah putri bibi ijah ART yang sudah sangat lama bekerja pada keluarga smith. Saat silvi meminta dicarikan seorang wanita yang mau membantunya dalam mengasuh putranya sky, bi ijah menawarkan anaknya Gadis yang usianya kurang lebih sama seperti zivani. Dan ternyata silvi sangat nyaman bekerja sama dengan gadis walaupun masih muda namun dia sangat telaten dalam mengurus bayi.
"baiklah gadis, aku titip sky" pinta silvi
"iya kak" sahut gadis
Silvi memang meminta gadis untuk tidak memanggilnya nyonya sebab silvi lebih nyaman dipanggil kakak terlebih lagi sosok gadis ini membuat silvi teringat pada adiknya ziva.
"ayo vin" ajak silvi dan diangguki oleh calvin
Mereka menyantap makan siang dengan bercengkrama, pak leon terlihat sangat asik membahas mengenai bisnis yang sedang di rintis oleh calvin saat ini.
"hmm" silvi berdehem
"ada yang ingin aku sampaikan pada kalian" ucap silvi
"apa itu nak?" tanya bu liza
"aku ingin bercerai" ucap silvi
"benarkah itu?" tanya pak leon
"ya ayah" jawab silvi singkat
"oh syukurlah, memang inilah yang ayah tunggu tunggu" pak leon sangat gembira dengan keputusan anaknya
"jadi kapan kau akan mengajukan gugatannya nak?" tanya bu liza
"mungkin besok bunda" jawab silvi
"kau tidak perlu kemana mana sil, ayah yang akan mengurusnya" ucap pak leon
"tapi ayah " silvi tidak melanjutkan ucapannya sebab sang ayah sudah memberikan kode lewat tatapan matanya
Keesokan harinya dikantor F.E Company,
Pekerjaan syaquel benar benar menumpuk hari ini, sebab sejak kelahiran putranya 3 bulan lalu ia menjadi malas bekerja juga mengabaikan urusan perusahaan, ia lebih memilih mengurung diri dan meretapi penyesalannya yang teramat dalam.
"Sebanyak ini roy?" tanya syaquel saat melihat tumpukan berkas yang menggunung
"iya bos" jawab Roy
"oh yaampun, aku bahkan belum menyentuhnya tapi kepalaku sudah berdenyut" syaquel memijit pangkal hidungnya sambil memejamkan mata
"ngomong ngomong bos, setelah bersemedi 3 bulan lamanya apa bos sudah menemukan cara agar bisa tinggal bersama lagi dengan nona silvi?" tanya Roy
Syaquel melempar pulpen hingga mengenai jidat asistennya itu.
"Aduh bos" Roy meringis
"untung saja tidak tertancap di jidatku" Roy memungut pulpen yang tadi dilemparkan oleh bosnya
"enak saja kau mengejekku" ucap syaquel tidak terima
Tiba tiba panggilan masuk dari telepon kantor, dengan segera syaquel menjawabnya,
"selamat pagi tuan, seseorang menitipkan sebuah surat untuk anda" ucap resepsionis
"surat apa?" tanya syaquel
"saya kurang tahu tuan, saya tidak berani membukanya" jawab resepsionis
"baiklah, antar ke ruanganku segera" pinta syaquel
"baik tuan" ucap resepsionis itu dengan patuh
Tok..tok..tok
"masuk" sahut syaquel dari dalam
"tuan, ini surat untuk anda yang dititipkan pada resepsionis" ucap salah satu karyawan kantor itu
"baiklah, terimakasih" syaquel menerima surat yang terbungkus amplop putih itu
"saya permisi tuan" pamit karyawan itu dengan sopan
"surat apa itu bos?" Roy benar benar sangat penasaran saat ini
"kau tidak lihat aku belum membukanya" ucap syaquel dengan ketus
"kalau begitu cepatlah buka bos" desak roy
"Rooyyy" Suara syaquel yang berat menggema diruangan itu
"maaf bos" ucap roy takut
pelan pelan syaquel membuka amplop yang membungkus surat itu, lalu dengan perlahan ia menarik sebuah kertas didalamnya dan membukanya.
Mata syaquel membola sekaligus berkaca kaca ketika membaca isi dari surat tersebut, surat gugatan cerai.
Istrinya silvi sudah menggugat cerai dirinya,
Syaquel meremas kertas itu, air matanya tumpah begitu saja, hilang sudah harapannya untuk dapat kembali bersama lagi dengan istri dan anaknya.
"bos" panggil Roy
"anda baik baik saja?" tanya Roy saat melihat bosnya itu menangis dan ini adalah kali pertama ia melihat atasannya menitikan air mata.
"surat apa itu bos?" tanya roy
"Gugatan cerai" ucap syaquel dengan lirih
"oh tuhan" Roy sangat terkejut dan menyambar surat itu dari tangan syaquel
"benarkah nona silvi melakukan ini?" tanya Roy namun syaquel enggan menjawab pertanyaan asistennya
"sekarang apa yang bisa aku harapkan lagi roy, semuanya benar benar sudah berakhir" lirih syaquel disela isaknya
"bos tenanglah, semua belum terlambat" ucap roy memberi semangat
"apa yang kau katakan roy, kau tidak baca isi surat itu silvi sudah mengajukan gugatan, bahkan dia juga melaporkanku atas tindak KDRT yang telah aku lakukan dengan bukti visum.. Aakh" syaquel benar benar frustasi, baru saja ia akan bangkit dari keterpurukannya namun dosa dosanya dahulu membuat ia harus kembali tenggelam dalam penyesalan.
Syaquel mengibaskan tangannya dimeja kerjanya hingga amplop tadi jatuh dan mengeluarkan satu surat kecil lagi. Syaquel menatap kertas kertas kecil itu dengan curiga lalu memunggutnya.
Untuk yang kesekian kalinya kepada orang yang sama, aku kembali memohon untuk dapat kau kasihani, tolong berikan aku kebebasan, pembebasan dari derita yang bertubi tubi sebelumnya. aku tidak ingin penderitaan itu terulang lagi besok, lusa atau dimasa yang akan datang, jadi aku memohon dengan segenap jiwa tolong tanda tangani gugatan cerai itu.
Silviana Agatha Smith
Isi surat kecil yang dikirim diamplop yang sama dengan surat gugatan cerai itu.
Syaquel mengecup surat yang berisi tulisan tangan istrinya berharap masih tertinggal wangi khas dari wanita yang sangat ia rindukan.
"Silvi tolong maaafkan aku" rintih syaquel dengan air mata yang kembali menetes
"bos" panggil Roy
"Kalau boleh untuk saya memberikan sedikit saran untuk anda, lebih baik anda temui nona silvi terlebih dahulu namun jika anda tidak dapat menemui nona silvi maka temui anggota keluarga smith siapapun itu dan titiplah sebuah pesan ada orang itu siapa tahu melalui orang itu anda bisa berinteraksi dengan nona walau tidak secara langsung" saran Roy
"Dan mengenai surat gugatan ini lebih baik bos tidak usah menandatangani nya, dan saat sidang perceraian bos harus hadir lalu sampaikan keberatan bos disana agar kalian bisa diberikan waktu untuk mediasi, nah dalam proses mediasi inilah waktunya bos merebut hati nona dan keluarga smith" lanjut roy
"bagaimana bos? Bukankah ini sebuah peluang besar?" tambah roy
Syaquel menatap asistennya yang sangat cerewet tapi cukup cerdas, saran yang diberikan roy ada benarnya juga. Artinya dibalik gugatan yang ajukan istrinya, syaquel dapat mengambil kesempatan dari sana agar ia bisa bertemu dan berinteraksi dengan wanita itu.
"kau benar roy, thank you thank you so much" syaquel langsung merangkul asistennya itu
"aku akan mulai misiku hari ini, tolong kau handle perusahaan ini aku akan memberimu bonus besar besaran untuk tahun ini" ucap syaquel dengan tawaran yang menggiurkan
"oh tentu bos dengan senang hati, boa tidak perlu sungkan sungkan, pergilah sebelum terlambat" ucap Roy dengan riang gembira
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Tampannya papa sky 😍
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!