Tak lama kemudian, sebuah ranjang tempat dimana silvi terbaring lemah didorong keluar dari ruang operasi untuk dipindahkan ke ruang ICU. Akibat kekurangan banyak darah kulit silvi terlihat memucat dan semakin memperjelas beberapa luka lebam diwajah juga dibeberapa bagian tubuhnya akibat dari cengkraman tangan syaquel dan juga terbentur benda lain.
semua orang mengikuti hingga depan ruangan ICU. Semua orang saling pandang saat seorang perawat mengatakan hanya diperbolehkan 2 orang sekali masuk.
"aku dan ziva yang lebih dulu" ucap vanya dengan menggandeng tangan ziva
Syaquel mengangguk, ia akan menunggu giliran sebaiknya ia pergi ke ruangan rawat bayi yang dilahirkan oleh silvi tadi. dia ingin bertanya pada dokter siapa tahu ia bisa melakukan tes DNA saat kondisi bayi itu membaik nanti.
Dan disinilah syaquel, ia melihat kaca incubator itu dengan jantung berdegup kencang entahlah syaquel juga bingung mengapa ia bereaksi seperti ini. Ia lalu sedikit menunduk untuk melihat bayi didalamnya.
Ia terkejut matanya membulat sempurnya, seluruh tubuhnya terasa dingin, bahkan bulir air mata pun jatuh tanpa permisi, ia menatap bayi mungil itu tanpa berkedip ia seperti melihat foto masa kecilnya yang terpampang dirumah orang tuanya, benar benar mirip dengannya.
"oh tuhan" syaquel menangis, sungguh ia merasa dirinya adalah orang terjahat dimuka bumi ini.
"tuan anda baik baik saja?" tanya salah seorang perawat yang ditugaskan memantau bayi itu.
syaquel hanya mengangguk, ia menghapus air matanya yang mengalir deras namun ia tidak bisa menghentikan isakannya.
Tanpa melakukan tes DNA pun ia sudah tau bahwa bayi itu adalah putranya. Wajahnya sangat mirip dengannya benar benar seperti foto copy an wajahnya.
"maaf, maafkan aku" ucap syaquel disela tangisannya
"nak maaf mungkin aku tidak pantas untuk kau panggil daddy, cukuplah darahku yang mengalir ditubuhmu, aku juga tidak berhak memberi mu sebuah nama sebab ada mommy mu yang paling pantas dan berhak untuk itu" lirih syaquel
seorang perawat mendekatinya untuk mengingatkan bahwa waktu besuknya sudah habis, ia menjawab dengan sebuah anggukan.
"nak lekas lah sembuh, jadilah penguat untuk mommy mu, aku sungguh menyayangimu percayalah" ucap syaquel sebelum ia meninggalkan putranya.
Dia terduduk di depan ruangan putranya, ia sungguh sangat menyesali apa yang telah ia perbuat pada silvi, bahkan dengan kedua tangannya itu nyawa putra dan istrinya dipertaruhkan hari ini.
ia memukul mukul kepalanya ia benar benar merasa sangat bodoh, entah bagaimana ia harus menghadapi silvi dan entah bagaimana ia bisa mendapatkan maaf dari istrinya itu.
Cukup lama ia merenung, ia pun perlahan melangkahkan kakinya menuju ruangan dimana istrinya dirawat, terlihat didepan ruangan silvi hanya tinggal vanya dan rayyan saja mungkin zayyan dan ziva sudah pulang karena adik iparnya itu juga sedang mengandung tentu saja zayyan harus menjaga kesehatan ziva.
Sayup sayup syaquel mendengar kedua insan itu sedang berdebat, semakin ia melangkah semakin jelas tenyata vanya bersikeras menyuruh rayyan pulang namun calon suaminya itu kekeh untuk tetap menemani calon istrinya disini.
"kalian pulang lah aku yang akan menjaga silvi disini" ucap syaquel membuat sepasang kekasih itu langsung memandang kearahnya.
"ah tidak bisa, aku tidak bisa mempercayainya untuk yang kedua kalinya" ucapan vanya benar benar menyinggungnya
"aku berjanji padamu, lagi pula diruangan silvi ada banyak perawat juga dokter yang terus memantau keadaan silvi jadi dia akan aman" bujuk syaquel
"dia benar, lagi pula dia tidak akan terus berada didalam karena diruangan ini tidak diijinkan untuk membesuk pasien terlalu lama" rayyan ikut menambahkan
vanya terlihat berfikir.
"ck, berikan ponselmu" ucap vanya dengan mengadahkan tangannya
"ada apa?" tanya syaquel sebelum ia menyerahkan ponselnya
"aku mau menyimpan nomorku, supaya jika terjadi sesuatu pada kakakku kau harus langsung mengabariku" jelas vanya dengan nada kesal
"oh baiklah ini" syaquel memberikan ponselnya dengan suka rela
"kenapa? Kau mencurigaiku? Kau pikir aku mau melihat lihat bukti perselingkuhanmu diponselmu ini" ucap vanya dengan sinis dan tangannya langsung disenggol oleh rayyan
"aku tidak berselingkuh" jawab syaquel dengan dingin
"cih kau kira kami bodoh" ucap vanya lagi sambil mengembalikan ponsel syaquel
"Jangan lupa mengabariku, jika tidak aku akan melaporkan mu ke ayahku atas KDRT yang kau lakukan pada kakakku" ancam vanya
Syaquel terdiam di tempatnya sambil menatap kepergian vanya dan rayyan, memang benar yang dikatakan vanya ia memang melakukan KDRT terhadap silvi dan ia tidak bisa mengelak lagi apalagi ditubuh istrinya terdapat bukti bukti kekerasan yang ia lakukan.
Setelah vanya dan rayyan tidak terlihat lagi oleh netranya, ia memutuskan masuk kedalam ruangan dimana silvi dirawat, air matanya jatuh begitu saja saat melihat kondisi istrinya yang lemah tak berdaya. Tubuhnya di pasangi alat alat medis, mata teduh yang selama ini menatapnya kini silvi enggan membukanya.
"sil" panggil syaquel sembari mengecup lengan istrinya yang terasa dingin.
"aku mohon maafkan lah aku" hari ini syaquel benar benar merasa sangat cengeng
"setidaknya bangunlah demi dia, putra kita sil dia sangat membutuhkan dirimu" lirih syaquel
syaquel hanya bisa menangis dan menangis sebagai bentuk penyesalannya. Ia tidak sanggup bicara banyak pada silvi walau ia tau silvi bisa mendengar apa yang ia katakan, ia hanya berharap silvi cepat sadar dan memeluk putra mereka dengan kehangatan.
Hari ini adalah hari ketiga pasca silvi melahirkan putranya, dan ia belum juga membuka matanya. Ya silvi sampai saat ini masih nyaman dengan tidur panjangnya ia masih enggan untuk membuka mata melihat orang disekelilingnya yang menunggunya dengan khawatir, sementara keadaannya bayinya berangsur angsur membaik, disamping itu syaquel selalu melihat setiap perkembangan yang terjadi pada putra semata wayangnya itu, ia begitu sangat bersyukur pada tuhan karena telah menyelamatkan nyawa putranya.
"kakak aku mohon lekaslah bangun, kau harus melihat putramu" lirih ziva
Diruangan itu hanya ada ziva dan juga zayyan yang selalu sigap menemani istri kecilnya yang sedang mengandung buah hatinya, walau harus meninggalkan pekerjaannya ia rela dari pada membiarkan ziva pergi sendirian.
"sayang tenangkan dirimu" zayyan mengelus pundak ziva
"sudah 3 hari tapi kakak belum juga sadar" ucap ziva dengan penuh kekhawatiran
"lalu apa yang bisa kita lakukan selain berdoa pada tuhan" ucap zayyan
"kau benar suamiku, hmm aku ingin melihat putranya kakak" pinta ziva
"baiklah ayo" zayyan menuntun ziva untuk keluar dan menuju keruangan rawat bayi
Selepas kepergian ziva dan zayyan, syaquel masuk ke ruangan rawat silvi, ia menatap wajah istrinya yang ia persunting 7 bulan lalu, istri yang ia siksa pisik dan batinnya, istri yang telah mengandung dan melahirkan putranya dengan bertaruh nyawa.
"silvi weak up please" rintih syaquel dengan dada yang sesak
"bangunlah demi putra kita aku mohon" ucap syaquel lagi
"jika kau membenciku kau bisa menceraikanku tapi buka matamu dulu sil" lirih syaquel dengan berat hati
Seketika jari jemari silvi yang sedang digenggam oleh syaquel bergerak, sudut mata silvi mengeluarkan air mata, syaquel tersentak ia menatap wajah dan tangan silvi yang bergerak tadi secara bergantian.
perlahan lahan syaquel mendengar suara silvi yang seperti tercekat.
"pe..m..bu..nu..h" kata pertama yang keluar dari bibir silvi
Terlihat silvi menarik nafasnya dengan susah payah, ia belum juga membuka matanya namun bibirnya terlihat gemetar dan terdengar merintih. Syaquel berteriak memanggil dokter, salah satu perawat yang memang ditugaskan untuk memantau keadaan silvi langsung mendekati ranjang, ia juga berlari untuk memanggil dokter.
syaquel mundur untuk mempersilahkan dokter dan timnya memeriksa keadaan silvi. Ia tidak keluar dari ruangan itu karena ia ingin memastikan keadaan istrinya.
Syaquel memejamkan matanya untuk berdoa memohon pada tuhan agar memberikan mukjizatnya pada silvi, ia juga teringat pada kata pertama yang diucapkan oleh silvi tadi, ia benar benar sangat yakin bahwa istrinya sangat membencinya saat ini.
Semua alat yang terpasang ditubuh silvi dilepaskan dan itu menandakan hal yang baik telah terjadi pada istrinya.
"tuan syukurlah keadaan istri anda sangat baik dari sebelumnya semuanya terlihat stabil, tolong jaga nyonya silvi dengan baik" ucap dokter aleesya
"terima kasih dokter" ucap syaquel dengan tulus
setelah kepergian dokter dan para perawat, syaquel pelan pelan mendekati ranjang silvi, terlihat istrinya itu mulai membuka matanya, jantung syaquel berdebar tak karuan membayangkan bagaimana reaksi silvi saat melihatnya.
"kakak" ziva dan zayyan tiba tiba masuk kedalam ruangan itu.
silvi hanya tersenyum tipis melihat adiknya yang langsung memeluknya.
"sayang perutmu" tegur zayyan melihat perut istrinya yang terhimpit ranjang.
"oh kakak akhirnya kau sadar juga, bagaimana? Apa yang kau rasakan kak? Apa ada yang sakit?" tanya ziva mewakili hati syaquel
"ya, disekitar purutku terasa sedikit sakit" jawab silvi dengan menyentuh perutnya yang sudah rata
"oh iya kak karena di sini ada bekas operasi cesar mu" ucap ziva dengan pelan juga menyentuh perut silvi yang terbalut baju.
"anakku?, apa anakku selamat?" tiba tiba silvi menjadi frustasi
Silvi mengedarkan pandangannya saat mencari keberadaan anakknya dan langsung saja tatapanya bertemu dengan syaquel yang juga sedang menatapnya. seketika silvi kehilangan akal sehatnya, ia berteriak juga memberontak seperti orang gila.
"pembunuh" teriak silvi
"kenapa pembunuh itu ada disini, pergi kau" silvi berteriak sambil menunjuk kearah syaquel yang berdiri mematung
"sil" suara syaquel terdengar bergertar
"diam, jangan.. jangan bicara, jangan pangil namaku, jangan" silvi masih tidak menurunkan nada bicaranya bahkan saat ini ia menjambak jambak rambutnya sendiri
"kakak dia suamimu, tidak ada pembunuh disini" ucap ziva berusaha menenangkan kakaknya
"dia..dia lah pembunuhnya, dia yang membunuh anakku, anakku sudah tiada semua itu karena perbuatannya" silvi menangis sejadi jadinya dia jugs terus menunjuk syaquel
"silvi tenangkan dirimu, luka bekas operasimu masih belum sembuh" ucap syaquel menghawatirkan keadaan istrinya bahkan ia hendak maju mendekati silvi namun suara silvi kembali menggemah diseluruh ruangan itu
"jangan mendekat, pergi aku mohon pergi, jangan ambil nyawaku lagi sudah cukup kau merenggut nyawa anakku yang tidak berdosa itu" teriak silvi disela sela tangisnya
"anak kita masih hidup sil, putra kita ada disini silvi, dia tidak meninggalkan kita" ucap syaquel
"iya kak putramu masih hidup" timpal ziva
"tidak, tidak, kalian bohong" suara silvi memekik ditelinga mereka
"zayyan, yan tolong, tolong kau usir pembunuh itu, usir dia, suruh dia pergi dari sini, aku takut, dia akan membunuhku..dia akan mengambil nyawaku" pinta silvi dengan terisak, ia bahkan mencekik lehernya sendiri saking frustasinya.
"el, pergilah dulu, kau tidak kasihan melihatnya seperti itu?" ucap zayyan setelah ia mendekat pada syaquel, dan pria itu menjawabnya dengan sebuah anggukan
Syaquel keluar dari ruangan itu dengan langkah yang berat, hatinya sangat sakit mendengar istrinya memanggilnya sebagai pembunuh, namun lebih sakit lagi ia melihat keadaan silvi saat ini dan semua itu karena dirinya yang brensek.
"kakak tenangkan dirimu dia sudah pergi" ucap ziva
"sakit perutku sakit" rintih silvi
Zayyan memanggil perawat untuk memeriksa kondisi silvi, dan sejak kejadian itu syaquel tidak diizinkan lagi untuk menampakkan dirinya didepan silvi karena jika silvi melihat syaquel ia akan berteriak histeris seperti kehilangan akal sehatnya, menurut pemeriksaan dokter silvi terkena depresi berat dan disarankan untuk menjalani psikoterapi yang rutin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments