Dengar aku dulu

Happy reading..

"Tidak masalah, Ndhis! Ini hanya sekali! Kamu pasti bisa!"

Gendhis mematut dirinya di depan cermin. Ini untuk pertama kalinya, dia harus mengenakan pakaian seminim itu. Pakaian yang menunjukkan sisi tubuhnya yang seksi, yang biasanya tersembunyi dalam pakaiannya yang longgar. Nyaman tidak nyaman, Gendhis terpaksa memakainya. Tubuh Gendhis memang tampak indah, bagian da_danya yang padat menyembul sehingga tampak segar bagi yang melihatnya.

Gendhis memutar tubuhnya, dia terdiam dan kaku. Suasana hatinya tidak tenang dan ragu. Melanjutkan atau kah mundur, tapi dia membutuhkan uang itu. Malam ini ada pria konglomerat yang mau membeli kepera_wanannya dengan harga lima ratus juta. Dia hanya melayani semalam saja, sudah lumayan dengan nominal segitu. Bahkan jika dapat menservis pria hidung belang itu dengan kenyamanan maka Gendhis akan mendapatkan bonus lagi dari sang pelanggan.

Gendhis tersenyum miris melihat pemandangan yang menyedihkan pada dirinya sendiri. Suatu pekerjaan yang dia hindari selama ini, akhirnya dia terjang juga.

"Ibu benar, jika kita bekerja di lingkup seperti itu. Lambat laun kita pasti akan terkontaminasi virus nya juga," batin Gendhis semakin meringis.

Semakin besar keraguannya, dia tidak akan bisa menyelesaikan satu masalah di depannya. Gendhis mengumpulkan kembali keberanian diri yang sempat mundur sesaat dan menyingkirkan keraguan dari hatinya untuk memulai pekerjaan baru yang dia terjuni.

Gendhis merias dirinya sederhana, karena kecantikannya sangat natural, tanpa harus memolesnya dengan make up yang mencolok. Kecantikan dipastikan mampu membuat pria yang membelinya akan terpesona. Gendhis tampak lebih cantik dan anggun.

Karena tujuan utama Gendhis hanya mencari uang untuk biaya pengobatan Ibunya, bukan menjadi wanita peng_goda dengan gaya centil dan merayunya.

Gendhis hanya bisa memejamkan kedua bola matanya, berdoa dalam hati, meminta pengampunan pada Sang Pencinta-Nya.

"Ya, Tuhan. Lindungi Gendhis, ampuni kesalahan aku. Jangan buat Gendhis lebih tersesat lagi. Berikan pertolongan pada Gendhis, Ya Tuhan," Gendhis mengigit bibir bawahnya, hatinya terasa teriris pisau tajam. Ia menangis dalam batinnya.

"Buka matamu, cantik," ucap Heru yang memperkenalkan dirinya dengan nama itu pada Gendhis. Sambil terus membuka kain penutup goa wanita yang ada dikekuasannya.

Kini, pria itu telah bertelanjang bulat. Tanpa ada kain yang menutupi tubuhnya.

Gendhis membuka matanya perlahan, betapa terkejutnya ketika netranya melihat pemandangan di depannya saat ini. Heru menyuguhkan pemandangan yang sangat menarik. Mungkin bagi wanita penghibur sudah terbiasa melihat fenomena yang dipersembahkan oleh Heru. Namun, bagi Gendhis ini adalah yang perdana. Bukan perdana kartu selular yang berada di counter bang Amin, langganan Gendhis membeli kuota. Melainkan perdana melihat fenomena punc4k menara sutet yang mengacung tegak dengan panjang yang luar binasa.

'Wele.. Wele.. Apa ini yang dikatakan Andini sosis jumbo super, meskipun masuk panggangan dia tak akan mengkerut?' Gendhis bertanya pada dirinya sendiri dan pasti tidak akan mendapatkan jawabannya. 'Tapi, bagaimana tutorialnya. Sosis jumbo super itu, dapat masuk ke oven tanpa mengkerut, malah sebaliknya dia akan semakin mengembang,' Gendhis bermonolog sendiri.

Gendhis yang masih memakai handuk kimononya, tiba-tiba tangannya dituntun oleh Heru ke arah sosis jumbo miliknya.

'Haduh.. Haduh.. Gimana ini. Aku harus memegang sosis jumbo itu,' Gendhis memejamkan matanya sesaat, kemudian membukanya kembali.

Kini, jari jemarinya sudah menempel di permukaan sosis jumbo milik Heru.

Jantung Gendhis berdegup kencang, ketika Heru mengusap-usapkan jari lentik Gendhis di atas sosis jumbo miliknya yang mulai menampakan perubahan. Sosis jumbo yang tak memakai pengembang tambahan tapi bisa mengembang dengan sentu_han jari lentik milik Gendhis.

BRAKK..

Terdengar benda yang terlempar menghantam dinding, bersamaan dengan jeritan wanita yang berdiri di ambang pintu dengan tatapan kedua mata yang nyalang dalam ke arah dua manusia yang berbeda jenis di dalam ruangan yang minim penerangan itu.

Buru-buru Gendhis menarik paksa tangannya dari cekalan Heru. Lantas merapatkan kembali lilitan tali kimono yang dipakainya.

Sedangkan Heru yang telah bertelanjang bulat tanpa kain yang menutupi tubuh kekarnya dengan sosis jumbo yang telah mengembang sempurna dan butuh segera masuk ke dalam oven, sebelum layu kembali.

"Dasar wanita murahan! Berani-beraninya kamu naik ke ranjang suamiku!" pekik wanita itu, yang menerobos masuk tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.

Heru yang sudah ketangkap basah oleh istrinya, mencoba menenangkan wanita yang sudah tertutup emosi di ubun-ubun. Sambil mencari jubah mandinya yang di lempar ke sembarang tempat.

Dua sekuriti yang menghadang istri Heru pun, tak berhasil mencegahnya.

Gendhis hanya bisa berdiri di pojok kamar dan menutup wajahnya dengan bantal yang disambarnya.

Wanita itu berlari ke arah Gendhis, dia berhasil lolos dari pegangan suaminya. Sesaat Heru memakai kembali jubah mandinya.

"Dasar wanita luk_nat! Matamu buta ya, berani-beraninya kamu tidur dengan suamiku!" wanita itu menjambak rambut Gendhis.

Jantung Gendhis berdetak kencang, apa yang ditakutkan sedari tadi akhirnya terjadi juga. 'Ya, Tuhan. Tolong Gendhis. Ini bukan mau aku, Ya Tuhan. Aku hanya ingin Ibuku sembuh, bukan ingin merebut laki orang,' tangisan dalam hati. Ia menangis bukan karena rambutnya yang dijambak oleh istri Heru. Melainkan menangisi dirinya yang harus mengambil langkah yang salah. Tapi harus bagaimana lagi, Gendhis harus mencari uang sebanyak itu, dalam waktu semalam. Adakah orang yang baik meminjamkan uang padanya dengan jumlah segitu banyak. Mungkin hanya dalam cerita novel online saja atau hanya dalam sinetron ikan terbang favorit Ibu Jumilah tetangga Gendhis yang julid.

"Sa-sayang.. Dengar aku dulu," suara Heru bergetar.

"Diam kau!" bentak wanita itu pada Heru.

Setelah menjambak rambut Gendhis, kini tangan wanita itu mendarat sempurna di pipi Gendhis, yang berhasil menarik paksa bantal yang buat menutupi wajahnya.

PLAKK..

"Wanita murahan!" tamparan keras di wajah Gendhis terdengar kencang, bersamaan dengan kedua sekuriti yang berlari ke arah dua wanita itu, lalu berusaha melerai.

Sementara Heru yang sibuk dengan dirinya sendiri, dengan tergesa-gesa dia memakai kembali pakaiannya dan memasukkan barang-barang pribadi miliknya ke dalam tas. Lalu pergi begitu saja meninggalkan Gendhis dan istrinya yang dipisah oleh dua orang sekuriti.

"Lepaskan aku!" teriak istri Heru yang belum puas menampar wajah Gendhis. "Kalian semua akan ku laporkan ke polisi!" teriaknya sambil terus berusaha meloloskan diri dari cengkeraman sekuriti yang badannya besar.

Gendhis yang masih terisak dengan tubuh yang gemetaran dan wajah yang sudah babak belur akibat tamparan berkali-kali oleh istri Heru.

Andini yang berlari dengan dua anggota sekuriti lainnya langsung masuk ke dalam kamar itu, setelah mendapatkan kabar. Jika telah terjadi pertengkaran hebat dalam kamar 30.

Netra Andini tertuju pada sosok yang meringkuk di pojok kamar, langkahnya di ayunkan ke arah sana.

"Ada aku di sini, Ndhis," lirih Andini langsung memeluk tubuh Gendhis.

"Aku takut, Din. Tuhan menghukum ku."

🍁🍁🍁🍁

Terpopuler

Comments

✿⃝ᵀᴬᶠ♥︎єrͷa

✿⃝ᵀᴬᶠ♥︎єrͷa

sebenernya itu pertolongan dari othor untuk kamu supaya kamu terjaga keasliannya hingga othor datangkan langsung yg pantas oven buat sosisnya c heru😂🤣🤣🤣

2023-07-11

1

🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦𝐕⃝⃟🏴‍☠️𝐐ᴍᴏᴍ'sᴬ

🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦𝐕⃝⃟🏴‍☠️𝐐ᴍᴏᴍ'sᴬ

tapi untung Gendis belum digagahi sama heru...dan heru malah kabur gt aja kepergok sama istrinya.

2023-06-19

1

🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦𝐕⃝⃟🏴‍☠️𝐐ᴍᴏᴍ'sᴬ

🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦𝐕⃝⃟🏴‍☠️𝐐ᴍᴏᴍ'sᴬ

omg., puncak menara sutet yang menjulang dgn kakinya😱

2023-06-19

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!