Ganteng Tapi Aneh
Happy reading..
Pria tampan bertubuh gagah itu, berjongkok di depan makam kakaknya yang masih basah sambil membawa seikat bunga mawar putih kesukaan Nindy. Ingatannya kembali ke beberapa waktu yang lalu, ketika Nindy meminta balas atas sakit hati yang digoreskan oleh suami dan wanita selingkuhannya.
"Berjanjilah padaku, Narendra! Balaskan sakit hati kakak pada pria be_jat yang tidak tahu diuntung itu, dan juga wanita simpanannya yang telah menguras uang kakak," pinta Nindy yang terbaring lemah di ranjang rumah sakit.
"Pastikan, pria sial-an itu tidak mendapatkan sepeserpun dari harta Keluarga Guinandra. Jangan biarkan wanita murah_an itu menikmati harta Keluarga Guinandra!" ucap Nindy dengan nafas tersengal, tangan dinginnya menggenggam kuat tangan Narendra, adik laki-laki satu-satunya.
"Bertahanlah, Kak! Demi janin yang ada dalam kandungan kakak," Narendra berusaha menahan air mata yang ingin meluncur dari pertahanannya. Hati pria itu tak kuat melihat keadaan kakak perempuannya yang terbaring lemah di ranjang pesakitan, akibat suaminya yang brengsek.
"Kami tak ingin kehilanganmu, Kak Nindy. Bertahanlah, kakak pasti kuat," tangis Narendra akhirnya pecah sambil memeluk tubuh Nindy yang lemah.
"Tidak ada harapan lagi untukku hidup. Buat apa aku hidup, jika dia selalu menyakiti hati aku. Kumohon, Narendra. Demi kakak, berjanjilah!" tegas Nindy untuk yang terakhir kalinya.
Terpaksa Narendra menuruti kemauan kakaknya. Dalam pikiran Narendra saat itu adalah dengan mengabulkan permintaan kakak perempuannya yang sangat dia cintai akan bisa meredakan emosi jiwa wanita yang sedang terbaring lemah itu. Tapi kenyataan berkata lain.
"Ma-af-kan ka-kak, Naren..," ucap Nindy untuk terakhir kalinya dengan nafas yang tersengal.
Tiiiiitttt..
"Aarrrggh," teriak Narendra ketika indera pendengarannya tertusuk bunyi mesin monitor yang tersambung di tubuh lemah, Nindy. Menandakan jika jantung kakak perempuannya itu berhenti berdetak.
"Tidak mungkin! Ini hanya mimpi! Kakak tidak boleh pergi. Kak Nindy harus menyaksikan sendiri bagaimana aku membalaskan sakit hati kakak pada pria brengsek itu, juga wanita murahan yang telah berani naik ke ranjang Heru!"
Narendra memeluk tubuh kakak perempuan satu-satunya itu, yang sudah tak bernyawa. Air mata nya merembes ke pipi. Begitu cepat takdir memisahkan dirinya dengan kakak perempuannya. Meskipun terkadang mereka terlihat usil sama-sama cuek, tapi keduanya saling menyayangi.
******
Flashback on.
Narendra melewati kamar kakaknya, ia mendengar suara isak tangis yang menyayat hati.
Pria itu menghentikan langkanya, ia berdiri tepat di depan pintu yang terbuat dari kayu mahal, yang tidak tertutup rapat. Bukan maksud Narendra untuk menguping seseorang yang ada di dalam kamar itu, tapi dari suara yang dia dengar, si empunya sedang kesal dengan orang yang sangat dicintainya.
"Kenapa kamu berselingkuh di belakangku, Heru! Kurang apa aku padamu? Hingga kamu tega mengkhianati cinta tulusku! Hiks.. Hiks..!" isak tangis perempuan yang kecewa oleh pasangannya.
PRAKKK..
PYARRR..
Suara gaduh semakin terdengar dari dalam kamar.
"Lebih baik aku mati saja, Heru! Dari pada aku melihat kau bersama wanita lain! Wanita murahan itu tidak akan bisa menggantikan posisiku di hatimu! Kamu tidak akan pernah bisa mendapatkan wanita sepertiku lagi, Heru! Percuma juga, aku mengandung anak darimu, jika kamu di luar sana masih saja berselingkuh dengan wanita-wanita murahan itu! Lebih baik aku mati bersama anakku!"
"Aaarrrggghhh."
BRAAAKK..
"Kakak, apa yang kau lakukan," Narendra langsung berlari ke arah perempuan yang duduk di pinggir ranjang dengan sebilah pisau di tangan kanannya, akan menyayat urat saraf tangan kirinya.
"Biarkan kakak, mati. Naren!" pekik Nindy, kakak perempuan Narendra yang sudah putus asa.
Narendra melemparkan pisau yang berhasil direbut dari tangan kakaknya.
"Jangan berbuat yang macam-macam, kak!"
"Buat apa kakak hidup, Naren! Dia sudah tak cinta pada kakak!" ucap Nindy dengan nafas yang tersengal-sengal.
Narendra terkesiap. Wajahnya berubah mengeras.
Hubungan kakak beradik itu memang dekat sekali. Sejak kecil sikap melindungi pada kakak perempuannya sudah terlihat sekali pada diri Narendra. Siapa pun yang berani menyakiti kakaknya, pasti dengan berani dia akan membalaskan sakit yang diterima kakaknya itu.
Tapi, semenjak Nindy, kakak perempuan satu-satunya itu menikah dengan Heru, pria yang sangat dicintai Nindy. Hubungan mereka menjadi renggang. Keduanya jarang berkomunikasi, Narendra tidak seberapa suka dengan sifat Heru, suami dari kakak perempuannya itu.
Bagi Narendra, seorang Heru hanya menginginkan harta dari keluarga besarnya saja. Sudah sangat terlihat dengan jelas, pertama kali dia masuk ke dalam keluarga besar Guinandra. Dia hanya seorang pengangguran yang memakai topeng dengan memperlakukan semanis mungkin kakak perempuannya.
Nindy yang percaya dengan cinta tulus Heru yang diberikan padanya langsung menerima apa adanya Heru. Dia tidak memandang status sosial laki-laki yang sangat dicintainya.
Hati Narendra menjadi penasaran, ada masalah apa sebenarnya antara kakak perempuannya dengan Heru, suaminya itu. Hingga kakaknya, berkeinginan untuk mengakhiri hidupnya.
'Dari pertama Heru masuk ke dalam keluarga besar Guinandra saja, aku sudah meragukan laki-laki itu. Pasti suatu hari dia akan berulah,' batin Narendra. Heru akan menyakiti hati kakak perempuan satu-satunya yang Naren miliki.
Heru telah mengubah semua kebiasaan baik Nindy, hingga dia berani menjauhkan Nindy dengan Narendra. Narendra hanya bisa memantau kakaknya dari kejauhan, dia tidak begitu saja melepaskan kakaknya pada laki-laki yang dianggap sampah.
Nindy mengambil sesuatu dari laci meja yang ada di samping tempat tidurnya. Lalu, menyodorkan test pack yang memperlihatkan garis merah dua itu pada Narendra.
"Apa ini?" jawab Naren dengan wajah polosnya.
Bibir Nindy mengerucut sebal. "Masa begituan saja kamu nggak tau!" seru Nindy kesal.
"Kan memang Naren tak pernah pakai barang seperti ini kakakku sayang," balas Naren dengan wajah tanpa dosa.
"Makanya cepat kawin!" seloroh Nindy.
"Kawin sudah berkali-kali, nikahnya belum," jawab Naren dengan usil. Dia berusaha mencairkan suasana.
"Gaya kamu, sok-sok an! Emang kawin sama kebo!"
"Mana ada kebo yang mau dengan cowok ganteng seperti Narendra, hiyak.. Hiyak," ledek Naren.
"Narendra!" pekik Nindy. "Kakak serius ini!"
Nindy melemparkan bantal ke arah Narendra, adik laki-lakinya. Lantas melemparkan tubuhnya ke tengah-tengah ranjang yang berukuran besar itu. Kemudian memeluk guling dan mulai menangis lagi.
"Lah kenapa kakak tidur? Jadi cerita nggak sama Naren?"
"Kakak hamil, Narendra!" pekik Nindy di sela-sela tangisnya.
"Alhamdulillah, puji syukur kalau Kak Nindy sekarang hamil. Terus mau apa lagi? Itukan yang ditunggu-tunggu kakak selama ini."
"Heru selingkuh!" jerit Nindy.
"A-apa?"
Netra Naren terbelalak tidak percaya oleh ucapan kakak perempuannya. "Yang benar, Kak? Jangan bercanda!"
"Benaran, Naren. Heru selingkuh semalam, aku memergoki dia tidur dengan wanita murahan itu!" ujar Nindy dengan tangisan semakin keras.
Wajah Narendra berubah menjadi dingin. Tangannya mengepal kuat.
"Baji_ngan itu berani-berani berselingkuh!" giginya bergelatuk. Emosinya membuncah.
Wajah ramah Narendra telah berganti dengan wajah dinginnya yang ingin segera menghabisi mangsanya.
"Siapa wanita murahan itu?" bentak Narendra dengan wajah yang memerah.
🍁🍁🍁🍁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
🍒⃞⃟🦅ᴹᴳ༆Ꮇιทε`¢ᖱ'D⃤ ̐
bagus critanya
2023-08-28
1
sisi²⁰💞
Jng putus aisah nindi😬 ttp cemungud
2023-06-25
5
sisi²⁰💞
Knp dg suami nindi🧐 berselingkuh
2023-06-25
5