Episode 4

"Kau sengaja, ya membuat makanan yang sehancur ini agar kami berhenti menyuruhmu turun kedapur?"

Mendengar itu Yasmin terdiam.

"lo sudah tau gue tidak bisa masak, masih juga di paksa, terima saja apapun hasilnya."

ucapnya tenang.

Dalam hati, Yasmin bersorak karna bisa membuat Satria marah.

"Rasain, tunggu saja tidak lama lagi Lo akan minta pisah dari gue."

Satria mengalah, akhirnya dia dan pak Karim sendiri yang membuat sarapan seperti biasa.

"Ayo sarapan!' perintah Satria dengan wajah tegasnya.

Yasmin mengamati makanan yang tersaji.

"Maaf, gue belum lapar, entar beli di kantin saja!"

ucapnya seraya berdiri.

"Yasmin.. duduk! ini rumahku, jadi kau harus mematuhi peraturan yang aku buat. Dan apa kau bilang tadi? makan di kantin, tidak akan ada uang jajan lebih. jadi.. duduk dan sarapan apa yang tersaji di meja!"

Yasmin kembali duduk. Walaupun sarapan ala Satria dan pak Karim terasa aneh di mulutnya, ia memaksakan diri.

"Hari ini, kau harus berangkat ke kampus sendiri dengan taksi, aku tidak bisa mengantarmu."

Senyum Yasmin sempat mengembang namun kembali menghilang saat Ini Satria melanjutkan kalimatnya.

"Tapi nanti sore aku menjemputmu!"

Yasmin hanya mencibir kesal.

"Oh,ya satu lagi. mulai sekarang jangan pakai bahasa elo gue dengan ku, mengerti!"

Yasmin mengangguk samar.

Yasmin mendesah panjang.

"Orang kikir itu hanya memberi gue uang seratus ribu, belum bayar taksi, sisanya bisa beli apa?"

Yasmin teringat kehidupannya kemarin yang penuh gelimang kemewahan.

Semua fasilitas seperti mobil, ATM dan yang lainnya sudah di sita oleh papanya.

"Mulai sekarang, kau adalah tanggung jawab Satria.

Papa tidak akan ikut campur lagi dengan kehidupan kalian. turuti lah apa kata suami mu!"

Nasehat papanya terngiang kembali di telinganya.

Tak terasa air bening menitik dari mata indahnya.

"Gue nggak nyangka, kehidupan gue berbalik ke titik yang paling rendah."

Yasmin mengusap peluh di keningnya.

Sudah satu jam dia menunggu taksi, namun belum ada satupun yang lewat. Sedangkan jam sudah menunjukkan pukul 9:00

"Antar gue ke kampus, setengah jam lagi ada kelas, taksi belum lewat satupun!"

Dengan sangat terpaksa Yasmin mengirim pesan suara pada Satria. tidak ada pilihan lain lagi, daripada ia mendapat hukuman dari pak Richard dosen killer di kampusnya.

Satria yang sedang memeriksa beberapa anak buahnya tersenyum menerima pesan suara dari istri manjanya.

"Dasar manja.." ucapnya sembari menyambar jaket dan kunci motornya.

"Lama banget, kaki gue sampai lumutan nih berdiri disini!" ucap Yasmin kesal.

"Satria tersenyum kecil.

"Kau sudah lupa apa yang aku bilang?" kata Satria tanpa menoleh kebelakang.

Yasmin mengingat ingat sesuatu.

"Ya, aku minta maaf!" ucapnya jutek.

"Yang ikhlas!" seru Satria lagi.

Yasmin sudah mengangkat tangannya, ingin sekali ia memukul punggung pria angkuh di depannya ini.

"Maaf.." ucapnya pelan.

Setelah Sampai di kampus, Yasmin turun tergesa. Ia tidak mau kepergok teman-temannya kalau ia di antar oleh seorang pria.

Tapi terlambat.

Rasti dan teman-temannya sudah keburu melihatnya.

"Gebetan baru, ya? kenalin dong sama kita!"

Yasmin menepuk jidatnya. ia berusaha menjelaskan kalau Satria bukan suaminya.

"Owh.. bukan, kalian salah sangka."

"Mobilmu kemana, Yas? berubah selera ya sekarang dari mobil ke motor." goda temannya lagi.

"Aah, ada, kok. mobil gue di rumah, pingin suasana baru aja, pingin merasakan gimana orang susah yang harus kepanasan, kehujanan karna pakai motor."

Yasmin membual dengan lancarnya.

Membuat Satria tersenyum tipis.

Sedangkan Rasti yang sudah tau keadaan yang sebenarnya merasa khawatir kalau Satria marah dan membongkar kebohongan Yasmin.

"Ooh begitu, ya..! lalu siapa dia? keren juga." goda temannya lagi.

Yasmin gugup saat di tanya tentang Satria.

"Dia? dia.. cuma sopir dirumah gue, ya, sopirnya papa." jawab Yasmin meyakinkan para sahabatnya.

Satria terdiam, ia tidak bereaksi saat Yasmin mengenalkan dirinya sebagai seorang sopir.

"Yakin cuma sopir? tapi keren banget, kayaknya nggak cocok deh kalau dia seorang sopir, cocok nya jadi pangeran." mereka tergelak lagi.

"Sudah, sudah! ayo kita masuk sebentar lagi kelas di mulai!" ajak Yasmin.

Dengan wajah tegang, Ia sempat melirik Satria sebelum akhirnya pergi bersama yang lainnya.

"Gilak Lo Yas! Lo bilang dia sopir di depan teman-teman kita?" ucap Rasti saat mereka sudah berdua saja.

"Gue, bingung. masa gue kenalin dia sebagai suami, dimana harga diri gue?" Yasmin membela diri.

"Terserah lah, ini masalah lo!"

Satria membuka pesan dari Yasmin yang mengatakan kalau ada kelas tambahan. Dia akan pulang agak sore.

Satria hanya membacanya lalu mengabaikannya.

Hal itu membuat Yasmin bertanya-tanya.

"Apa dia marah gara-gara kejadian tadi pagi? dia baca pesanku tapi tidak membalasnya sama sekali."

Sore tiba, Yasmin menunggu Satria di depan kampus.

"Kau pasti di jemput sopirmu, kan?" ucap salah seorang temannya.

Yasmin mengangguk ragu.

"Salam buat dia, ya! " ucap yang lain.

Yasmin hanya tersenyum kecil.

Sampai hari hampir gelap Satria tidak muncul juga, Yasmin memutuskan untuk pulang memakai taksi. Tapi malang baginya.

Dua orang pemuda yang terlihat mabuk mendekatinya.

"Hai manis.. sendirian saja?"

Yasmin terkesiap, karna tempatnya berdiri saat itu cukup lengang.

Mereka menatap Yasmin dari rambut sampai ujung kaki.

"Siapa kalian?" tanyanya dengan ketakutan.

"Kau dengar,? suaranya sangat merdu."

"Kami hanya ingin bersenang-senang saja, ayo menurut lah!" Yasmin sudah memejamkan matanya saat sebuah tangan menariknya.

Satria datang di waktu yang tepat. Satria dengan mudah membuat para preman itu menyingkir.

"Ayo pulang!" perintahnya dengan singkat.

Dalam perjalanan mereka saling diam.

Yasmin merasa tidak enak, sudah 2 kali Satria menyelamatkan kehormatannya.

"Kau marah karna ucapanku tadi pagi, ya?" suara Yasmin memecah kesunyian.

Satria menggeleng.

"Aku tidak perduli apa pun yang kau katakan tentang aku." jawabnya datar. Tidak ada obrolan lagi.

Ponsel Yasmin berdering.

"Apa, bik? papa di rumah sakit?" Yasmin menutup telponnya.

"Kenapa?"

"Papa di rumah sakit, ia terkena serangan jantung." ucap Yasmin di sela isaknya.

"Ayo cepat?"

Satria membawa Yasmin ke rumah sakit tempat pak Anwar di rawat.

"Bagaimana keadaan papa, Bik?" tanyanya pada pembantunya.

"Ooh Yasmin keponakanku yang cantik, malang sekali nasibmu, papa koma karna serangan jantung. Dan kau harus menikah dengan pria yang tidak jelas ini?"

Mendengar itu, Satria hanya menghela nafas panjang.

Seorang pria berkaca mata memeluk Yasmin dengan erat.

"Om, kapan datang?" suara Yasmin serak.

"Semalam, Tapi saat tiba di bandara om dapat kabar Papamu di rawat di sini. Jadi Om langsung kesini."

Yasmin melihat Papanya dalam ruangan dengan di penuhi peralatan medis.

Hatinya begitu hancur, walaupun papanya sudah tega menikahkannya dengan Satria, ia tetap yakin papanya sangat menyayanginya.

Hanya saja dirinya belum bisa menerima cara papanya mencintainya.

💞Mohon dukungannya, like koment and favorit 🙏

Terpopuler

Comments

Nunung

Nunung

sadarlah kamu Yasmin karena orang tuamu mencarikan jodoh untuk anaknya pasti yg terbaik. semangat satria terus sadarkan Yasmin ya...tuk authornya semangat.

2023-05-31

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!