Sampai di gerbang rumahnya yang mewah.
Yasmin langsung lompat turun.
"Karna sudah sampai, Lo boleh pulang!" ucapnya jutek. Wajah putih mulusnya terlihat kemerahan karena terbakar sinar matahari.
"Aku bukan ajudan mu ataupun kacung suruhanmu. Aku adalah calon suami mu!
Jadi, ucapkan terimakasih!" kata Satria dingin tanpa melihat kearah Yasmin sedikitpun.
Yasmin benar-benar marah oleh sikap Satria.
"Memangnya siapa dia? belum apa-apa sudah sok ngatur!" Yasmin mendengus kesal.
" Hello.. belum suami, tapi ca- lon, lagi pula belum tentu juga itu terjadi, jadi jangan mimpi bung!"" ucapnya mengingatkan.
"Bagiku, sama saja! dan aku pastikan itu akan terjadi." ucap Satria tepat di telinga Yasmin.
"Eeh, kok ngobrolnya di depan pintu, ayo masuk Sat..!" pak Anwar datang dan menghentikan perdebatan mereka.
"Dia tamu papa, jadi papa saja yang mengajaknya masuk!" ucap Yasmin cuek sambil melangkah masuk.
"Maaf Sat, begitulah tingkahnya, sebenarnya dia anak baik. Tapi semenjak mamanya meninggal dia jadi seperti itu." jelas pak Anwar sedih.
Satria hanya mengangguk. Tanpa sadar dia mengikuti langkah Yasmin dengan ekor matanya.
"Menarik, penuh tantangan..!" ucapnya tanpa sadar.
"Apa, Sat? kau bilang sesuatu?"
Pak Anwar penasaran karna ucapan Satria yang begitu lirih.
"Eeum.. maksud saya, saya akan berusaha membimbingnya." jawabnya tergagap.
"Terima kasih banyak ya, Satria." Pria paro baya itu menepuk- bahunya.
"Oh,ya Om. Kenapa Om mempercayakan Yasmin pada saya? padahal Om, Bisa saja menjodohkannya dengan anak teman Om Yang sederajat dengan kalian."
Satria merasa penasaran.
"Sudah, jangan bahas yang itu, yang penting kau mau menerima Yasmin sebagai istrimu dan membimbingnya itu saja sudah cukup."
Walaupun masih penasaran dengan alasan pak Anwar, Satria terdiam.
Ia juga tak habis pikir, kenapa bisa menerima permintaan Pak Anwar begitu saja. Apa karena Pak Anwar pernah menolongnya saat di keroyok preman? ah Satria yakin bukan itu alasannya.
Ia tertarik untuk menaklukkan gadis sombong seperti Yasmin. Satria merasa tertantang karna selama ini semua wanita yang dekat dengannya rata-rata mereka lah yang mendekatinya duluan.
"Baiklah, kalau kau sudah siap, kita akan tentukan tanggal pernikahannya."
Setelah merasa cukup berbasa basi, Satria mohon diri untuk pulang.
"Oh,ya Sat. Kau bawa saja salah satu mobil yang ada di garasi, Om yakin kau akan membutuhkannya."
Satria menolaknya dengan halus.
"Misi kita adalah membuat Yasmin berubah, jadi aku rasa belum membutuhkannya. Biarkan aku menjalankan misi ini dengan caraku sendiri!"
Pak Anwar tersenyum, inilah yang dia kagumi dari seorang Satria, Walaupun hanya seorang montir di bengkel miliknya, dia tidak pernah memanfaatkan sesuatu untuk kepentingan pribadinya.
Sepeninggal Satria.
"Papa bener-bener tega pada anak sendiri, lihat ini hasil perbuatan calon mantu papa!"
Yasmin memperlihatkan wajah dan tangannya yang memerah dan gatal-gatal.
"Memangnya apa yang telah dia lakukan?"
"Di mengantarku pulang pakai sepeda, di bawah terik matahari lagi!" bibir Yasmin mengerucut.
Pak Anwar malah tersenyum.
Ia membayangkan hal yang luar biasa hari ini telah terjadi pada putrinya.
"Pa, bukannya masih banyak anak teman papa yang lebih pantas jadi suami Yasmin? kenap harus dia, sudah kere, berandal , kasar lagi."
ratap Yasmin lagi.
"Kau boleh menganggap keputusan papa ini kejam, Tapi suatu saat kau akan menyadari pilihan papa ini lah yang terbaik untuk mu."
Yasmin,terduduk lemas.
Aaargh..!
Ia berteriak kesal.
"Lihat saja, dalam satu minggu ini aku akan membuat pria berandal itu sendiri yang mundur dan menolak pernikahan ini."
ucapnya geram.
***
Di rumah kontrakannya yang sederhana, Satria tinggal bersama seorang pria paro baya yang sudah di anggapnya seperti orang tuanya sendiri.
Satria lebih banyak menghabiskan waktu di bengkelnya.
"Pak, aku mau menikah!" ucapnya membuat pak Karim mengernyitkan keningnya.
"Memang itu yang bapak harapkan, neng Jani juga sabar menunggu mu selama ini." jawab Pak Karim.
"Bukan dengan Anjani, Pak."
"Lah terus? kau punya pacar selain neng Anjani?"
Satria menggeleng.
Pak Karim merasa bingung. apa maksud anak angkatnya ini.
"Dengan anak seorang pelanggan di bengkel." jawabnya enteng.
"Kok bisa?"
"Ya, bisa lah, pak."
"Tapi bapak jangan terkejut, anaknya itu manja, keras kepala dan arogan." kata Satria.
"Kalau tau begitu, kok masih mau menerimanya?"
"Kalau bisa membawanya kejalan yang benar, pahala juga, kan pak?" Satria tertawa melihat kebingungan di wajah pak Karim.
"Terserah kamu saja Le, bapak cuma bisa mendoakan yang terbaik buat kamu."
"Terima kasih, pak."
Tok
tok
tok
"Siapa pagi-pagi begini sudah mengetuk pintu?"
Pak karim bangkit membukakan pintu.
"Pagi, pak.."
" pagi juga neng Jani, panjang umur, baru di bicarakan sudah nongol."
Anjani tersenyum dan. langsung masuk tanpa permisi.
Gadis tinggi semampai dan berpakaian minim itu mendekati Satria.
"Selamat ulang tahun Sat. walaupun telat sehari nggak papa , kan?" Anjani mencium pipi Satria.
"Terimakasih, oh, ya. kebetulan kau datang. Aku mau bicara penting!"
Anjani penasaran, dia ikut duduk di samping Satria.
"Dalam waktu dekat aku mau menikah."
Mata dan mulut Anjani melebar.
"Serius?" Anjani merangkul lengan Satria.
"Tapi dengan Yasmin."
Senyum Anjani berubah masam.
"Yasmin? siapa dia?"
"Kau tidak perlu tau. Uang perlu kau tau hanyalah mulai saat ini kita tidak bisa lagi berhubungan."
"Ini tidak adil, Sat? dua tahun aku setia menunggumu, sekarang tiba-tiba bilang mau menikah dengan gadis lain. di mana hati nurani mu?"
"Aku rasa sudah sering membahas ini, bukankah kita sepakat. bahwa kau maupun aku sendiri tidak akan keberatan kalau salah satu dari kita menemukan orang yang membuat kita nyaman dan menjalin hubungan dengannya."
"Iya, tapi setelah sekian lama perjanjian itu, aku pikir kau sudah bisa menerimaku seutuhnya."
"Itu karna aku belum menemukan orang yang tepat, dan sekarang lah saatnya."
jawab Satria datar.
Pak Karim hanya terbengong menyaksikan perdebatan itu.
Akhirnya Anjani pergi dengan kesal.
"Pak, aku juga mau berangkat mengantar calon istriku ke kampusnya.
Pak Karim semakin bingung di buatnya.
Di rumahnya, Yasmin mulai menjalankan rencananya. Ia sengaja bersikap baik pada penghuni rumah termasuk papanya.
Makan yang biasanya harus di antar ke kamar, ia turun kemeja makan. baju yang biasanya ia tinggal teriak kini ia gosok sendiri.
Semua orang bingung oleh tingkah nya.
Dia pun sudah mengirim pesan pada Rasti untuk menjemputnya.
((Jam 6 ? apa tidak kepagian tuh? kelas kita jam 10 lho)
(Bodo, mau nggak gue traktir? kalau mau cepetan datang tidak pake tanya lagi)
Benar saja, Rasti datang sesuai janji.
"Pa, aku berangkat!" ucapnya sambil berlari keluar.
"Ayo cepat, si brandal itu keburu datang." ucap Yasmin sambil membuka pintu mobil Rasti.
Yasmin tertegun saat merasa ada yang menepuk pundaknya.
Ia bertambah shock saat menoleh dan melihat Satria tengah berdiri sambil bersedekap di dada.
Yasmin hanya bisa nyengir.
"Ngapain disini sepagi ini?"
Satria menepuk jok sepedanya.
"Lo..? gue tidak mau!" ucapnya keras.
"Ooh mau pergi dengan temanmu itu, silahkan saja!"
Satria menempelkan ponselnya di telinganya.
Yasmin berusaha merebut ponsel itu, tapi tidak bisa oleh tubuh jangkung Satria.
"Okey.. gue ikut, tapi jangan telpon bokap!."
ucap Yasmin dengan suara bergetar menahan geram. Kalau sampai Satria menelpon papanya, sudah di pastikan ia akan angkat kaki dari rumahnya.
Satria tersenyum penuh kemenangan.
Yasmin menyuruh Rasti berangkat sendiri. walau dengan perasaan bingung, gadis berambut keriting itu akhirnya pergi.
💞mohon dukungan dan klik favorit, ya!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Nunung
Mudah2an satria bisa merubah keburukan Yasmin menjadi lebih baik oke sat aku mendukungmu...makasih Thor dh up. 😍😍
2023-05-28
0