Setelah puas menangis, Melina bergegas pergi meninggalkan tempat itu menggunakan taksi. Ia tidak langsung pulang ke rumah, tapi pergi ke tempat tinggal temannya untuk mencurahkan semua yang ia rasakan.
***
Hingga di malam hari, di kamar hotel yang nampak luas dan nyaman, Melina berbaring di tempat tidur dengan perasaan yang amat sangat tidak karuan. Ia sudah mengunduh sebuah aplikasi yang bernama "ReChat". Aplikasi ini merupakan aplikasi pesan instan yang memiliki fitur untuk menemukan teman baru berdasarkan lokasi terdekat. Dan, hal gilanya adalah, Melina mengunggah foto mobil yang dihias sangat indah yang merupakan hadiah untuk Moa. Namun tidak ada nama apapun di bagian depan, tidak ada pula stiker nama Moa di mobil tersebut yang sebelumnya sudah Melina tempel. Kata-kata di unggahan foto tersebut ialah, "Puaskan aku! Mobil ini akan menjadi milikmu! Syarat, pria bersih yang belum pernah bersentuhan dengan wanita!"
TRING!
Tiba-tiba ada pesan masuk di akun ReChat Melina. Ia pun segera melihat.
["Lokasi?"]
Karena fitur di aplikasi itu bisa menemukan teman baru berdasarkan lokasi terdekat, jadi saat ini orang itu merupakan orang yang paling dekat dengan Melina.
["King Hotel!"] balas Melina dengan tangan yang mulai bergtar hebat.
Melina sangat gugup mengetahui ada pria yang menanggapi postingannya.
Padahal ia pikir, di zaman modern seperti sekarang ini, tidak mungkin ada pria suci yang belum bersentuhan dengan wanita. Tidak mungkin pula ada pria yang akan menanggapi postingannya dengan syarat seperti itu.
"Apa karena hadiahnya mobil, jadi semua pria tertarik dengan tawaran ini?"
Hahaha!
Tiba-tiba Melina tertawa. Ia menertawakan kebodohan pria-pria yang tertarik dengan uang dan juga wanita, seperti halnya kekasihnya—Moa.
Melina pun segera bertanya, ["Apa kau sudah sering melakukannya?"]
["Tidak! Aku tidak tahu dan tidak mengerti caranya! Tapi aku akan mencoba untuk memuaskanmu!"] balas pria itu.
Dada Melina kembali berdebar. Antara hidup dan mati, ia sangat ketakutan membaca balasan dari pria itu.
"Apa benar dia pria bersih? Bagaimana kalau dia pria cacat?"
Kalau pria normal, rasanya tidak mungkin ada yang masih polos dan belum bersentuhan dengan wanita.
["Baiklah! Berikan nomor kamarmu kepadaku! Aku akan segera datang. Kebetulan aku masih berada di King Hotel, jadi kita bisa segera bertemu!"]
"Ahhh ...." Melina semakin kecewa dengan hal itu.
Setahunya, orang yang datang ke hotel biasanya selalu membawa pasangan. Entah itu pasangan kekasih, atau pasangan hidup/istri. Melina berpikir, mungkin pria itu juga datang bersama pasangannya.
Karena Melina masih "Online", tapi tidak membalas, pria itu kembali mengirim pesan. Dia menjelaskan apa yang dirinya lakukan di hotel tersebut.
["Ada pertemuan keluarga. Aku di aula lantai 1. Kau ada di kamar berapa?"]
Karena pria itu berkata demikian, Melina langsung menjawab, ["703."]
["Oke! Bersiaplah! Aku akan segera datang!"]
Setelah itu, Melina melempar ponselnya ke lantai. Ia mencengkram kepalanya sekuat tenaga sambil menjerit, melampiaskan kekesalan atas kebodohannya.
Nasi sudah menjadi bubur, Moa sudah menghianatinya, dan sekarang Melina sudah memberitahu nomor kamarnya pada orang lain. Ia pun akan melakukan apa yang Moa dan Ressa lakukan tadi siang di kamar apartemen.
"Bersenang-senang!"
Tok! Tok! Tok!
Terdengar suara ketukan dari luar pintu. Melina yang dari awal sudah memakai lingeri cantik nan seksi segera turun dari tempat tidur, lalu berjalan menuju pintu keluar.
Walau ini terasa aneh dan sangat memalukan, tapi, demi melampiaskan emosinya yang dikhianati oleh sang kekasih, Melina mencoba untuk tetap tenang. Ia membuka pintu sedikit demi sedikit, lalu melihat seseorang yang berdiri di depan pintu kamarnya.
Ketika pintu dibuka, Melina terpaku sambil membuka setengah dari mulutnya. Pria di depannya begitu tampan. Dia memiliki tubuh tinggi dan kekar, juga mengenakan setelan jas yang sangat bagus. Wajahnya putih dengan tata letak mata, hidung, dan bibir yang begitu indah dan sempurna. Pria itu sangat sempurna, bahkan lebih keren dari aktor di film-film. Rasanya Melina belum pernah melihat pria setampan itu sebelumnya.
"Enh?" tanya orang itu menggunakan bahasa isyarat.
Melina yang tadinya bengong pun kini segera tersadar. Ia memalingkan mukanya ke samping, lalu menutup dadanya yang terbuka dengan tangan.
"Mau mencari siapa?" tanya Melina dengan berpura-pura bego.
Takutnya pria itu bukan pria yang tadi berkirim pesan dengannya.
Tanpa bersuara dan tanpa memberinya bahasa isyarat, pria itu menulis sesuatu di tab yang dibawanya.
"Monica?"
"Ah ...." Melina segera tersadar. Pria itu ternyata memang pria yang tadi ada di aplikasi ReChat. Dan, nama Monica ... itu adalah nama samaran yang dipakai Melina di aplikasi tersebut.
"I-iya!"
"Bagaimana dengan tawaran itu? Apa kau serius?" tanya pria itu, masih berupa kata-kata pada layar tab.
Sepertinya pria itu tidak bisa berbicara. Melina pun sampai mengerutkan kening karena heran.
Pria itu menuliskan kata-katanya lagi. "Bukankah syaratnya hanya pria bersih yang belum pernah bersentuhan dengan wanita? Tidak ada syarat lain lagi, kan? Seperti bisu atau tuli!"
"Ah ...." Itu memang benar.
Melina benar-benar terpaku. Ia terdiam sambil menyilangkan kedua tangannya di dada.
Walau saat ini dirinya ingin melakukan apa yang telah Moa dan Ressa lakukan, tapi bukan berarti ia akan menyerahkan keperawanannya pada pria bisu. Ia ingin bercinta dengan pria normal yang bisa berbicara dan mendengar, juga bisa memuaskannya di atas tempat tidur.
'Aishhh! Sial! Ini sih, bukan kesenangan, tapi penderitaan!'
'Sial ... sial ... sial ....' Melina terus memaki dirinya di dalam hati. Ia tidak bisa menarik kata-katanya lagi yang telah membuat pengumuman kalau dirinya ingin dipuaskan dengan imbalan sebuah mobil.
"Aishhh!"
Setelah menenangkan diri beberapa detik, akhirnya Melina menanggapi.
"Oke! Bukankah kau menginginkan imbalan—mobil itu? Kalau kau mau, ambil saja .... Ambil saja mobil itu tanpa kau harus bersusah payah membajak sawah! Sawanya juga masih kering, kau pasti kesulitan! Aku akan memberikan mobil itu langsung padamu tanpa syarat apapun!"
Melina masuk ke dalam kamarnya. Ia mengambil kunci cadangan mobil itu, lalu diberikan pada pria bisu.
"Ini ... untukmu! Ambillah! Sekarang kau boleh pergi!" usirnya sambil menyelipkan kunci mobilnya di tangan pria bisu.
Pria itu pun tidak menolak, tidak juga membantah apa yang Melina katakan. Dia hanya terdiam sambil melihat kunci mobil yang ada di tangannya.
Pria itu semakin yakin, mobil yang ada di postingan aplikasi ReChat itu adalah mobil yang sama dengan mobil yang tadi siang dilihatnya di tempat parkir sebuah apartemen ketika dirinya sedang menjenguk teman. Dan, punggung wanita yang sedang menangis tadi ... sama persis dengan punggung wanita yang saat ini ada di hadapannya.
"Di mana mobil itu?" tanya pria bisu yang masih mengetik kalimatnya pada tab.
Dengan cepat, Melina segera menjawab, "Di tempat parkir apartemen yang ada di jalan utara! Kau cari saja sendiri mobil yang ada di foto itu."
Melina tidak ingin menyebutkan nama gedung apartemen tempat Moa tinggal. Karena baginya, hal itu sangat menyakitkan. Dirinya terlalu bodoh untuk dimanfaatkan oleh pria brengsek seperti Moa.
"Oke!" Pria bisu pun mengangguk tanpa bersuara.
Detik berikutnya, bukannya pergi setelah menerima konci mobil itu, pria bisu malah masuk ke dalam kamar Melina, lalu menutup pintunya dengan rapat. Ia pun menatap Melina yang terkejut dengan tindakannya.
"Nona Monica, karena saya sudah menerima bayaran atas pekerjaan ini, jadi saya akan melakukan semuanya dengan baik! Saya akan memuaskan Anda!"
Melina membaca tulisan di tab yang selalu dipegang oleh pria bisu tampan itu. Ia pun melangkah ke belakang untuk menghindar.
"Ah ... ti-tidak! Aku sudah tidak menginginkanya lagi!" balas Melina dengan tergagap. Ia terus mundur ke belakang, sedangkan pria itu terus maju ke arahnya.
Detik berikutnya, pria itu menyimpan tab di tangannya ke sofa yang ada di sampingnya, membuka jas ditubuhnya, lalu membuka tiga kancing kemeja bagian atas.
Penampilannya saat ini malah terlihat semakin tampan dan seksi saja. Melina sampai tidak bisa berkedip karena takjub.
Dengan gerakan yang sangat cepat, tangan Melina ditarik, lalu dia masuk ke dalam pelukan pria bisu yang sangat wangi dan bersih itu. Sepertinya dia baru mandi dan mengganti pakaiannya dengan pakaian yang baru dicuci.
Wangi sabun, wangi pewangi pakaian, dan wangi parfum pria yang begitu lembut masuk ke indra penciuman Melina. Ia pun sampai terbuai dan menikmati wangi tubuh pria itu.
"Hen?" Pria bisu bertanya. Dia memeluk Melina, menunduk, menatap Melina yang kecil dan imut dengan jarak yang sangat dekat.
Tinggi Melina hanya sebahu pria itu. Ia bisa dengan mudahnya mengangkat Melina dan membawanya ke tempat tidur.
Karena Melina sangat nyaman di dalam pelukan pria bisu, tanpa sadar dia mengangguk sambil memejamkan mata. Perlahan tangannya terulur, memeluk pinggang kekar pria bisu dengan perasaan yang amat sangat tidak karuan. Antara ragu, nyaman, juga kesal karena perbuatan kekasihnya, Melina tidak bisa berpikir apapun lagi.
Beberapa detik kemudian, pria bisu mengangkat tubuh kecil Melina, lalu membawanya ke tempat tidur.
"Ini pertama bagiku! Kau harus pelan saat melakukannya!" lirih Melina di dalam pelukan pria bisu.
"Enh!" Pria itu mengangguk, menatap Melina dengan jakun yang terus bergerak naik turun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments