Bab 2 : Bertemu Riyan Yang Ganteng

"Kak Riyan" ucap Melani pelan.

"Iya Kak Riyan, uhhh ganteng banget Mel. Ehh, tapi kok dia ada di sini? Emang dia tinggal di mana yah?" ungkap Dinda tersipu.

Melani yang cuek, gak ada cowok di kamusnya. Hanya belajar, belajar dan belajar. Melajukan mobilnya kembali.

"Tunggu dulu dong Mel," tahan Dinda yang masih tetap menatap ke arah Riyan. "gak doyan liat yang kayak gitu Mel?" lanjut Dinda.

"Apaan sih, gue doyannya makan bakso. Cowok mah, hanya buat kita sters aja" ungkap Melani judes.

"Ya... ampun... cowok disamakan sama bakso. OMG" keluh Dinda sambil menepuk jidatnya pelan.

Karna kegaduhan Dinda melihat Riyan, membuat Melani tidak konsen mengendarai mobilnya hingga tidak melihat orang yang sedang menyebrang. Sentak dia terkaget dan menginjak rem dengan tiba-tiba. Bunyi suara kikisan ban, membuat semua orang berbalik ke arahnya, begitu pun Riyan. Penasaran, akhirnya dia melangkahkan kaki nya menuju arah mobil Melani.

"Tuh,,, kan... Ini semua gara-gara loe melototi cowok yang gak guna itu. Apaan coba diliatin terus, toh dia juga gak liat loe kan..??!!" ketus Melani. Yang tak sadar kalau Riyan sudah ada di samping mobilnya.

"Mel.." ucap Dinda sambil menunjul kaca mobil yang pas di samping Melani.

"Apaan? untung gue gak nabrak orang," masih kesel suara Melani. Sambil berbalik ke arah kaca mobil yang ditunjuk oleh Dinda.

Riyan mengetuk kaca mobil Melani, seraya memintanya turun dari mobil. Namun, Melani yang terkejut melihat Riyan pas di sampingnya. Tetiba dia terlihat gugup.

"Kak Riyan, Mel" kata Dinda degdegan sambil memegang tangan Melani.

"Santai Din, santai. Turun gih sana, dari tadi loe kan yang kebelet sama Kak Riyan. Yah, udah turun sana" seru Melani.

"Lho juga turun dong Mel, kan loe yang mengendarai mobilnya" ajak Dinda.

"Tapi kan, gue gak nabrak. Ngapain turun..!! Gue juga gak kenal sama dia, loe aja yang ngefans" tegas Melani, "nggak ahh.." lanjut Melani.

Dinda akhirnya turun dari mobil sendirian tanpa Melani dan menghampiri Riyan.

"Maaf Kak, a..da apa yah..?" tanya Dinda pelan dan gugup.

"lhoo, bukan loe kan yang mengendarai mobil?" tanya Riyan heran karna melihat Dinda melaju ke arahnya dari pintu sebelah.

"I..ya Kak, bu..kan gue" jawab Dinda masih gugup.

"lhoo, terus siapa? Mana yang mengendarai mobil?" tanya Riyan lagi.

"Sahabat gue Kak, tiba-tiba mules abis kaget tadi" ucap Dinda sambil menunjuk ke dalam mobil.

"Ohh.. Gitu, tapi nggak apa-apa kan temannya. Gak pingsan karna kaget kan?" tanya Riyan serius.

"Iya, nggak kok Kak, aman. Cuman mules aja," jawab Dinda. "Kalau gitu gue pamit yah Kak Riyan" lanjutnya.

"Lhoo, kok tau nama gue? Tau dari mana? Emang di muka gue ada tertulis nama gue gitu?" tanya Riyan heran sambil tersenyum kecil.

"Hemm,, nggak Kak. Gue adik kelasnya Kak Riyan di SMA 1" ucap Dinda tersipu.

"Ooohhh, ternyata kita satu sekolahan. Kenapa nggak bilang dari tadi," tutur Riyan. "Beneran nih, teman loe gak apa-apa?" lanjut Riyan.

"Iya Kak, gak apa-apa. Mari Kak..." pamit Dinda lembut dan tersenyum.

"Lama amat sih loe, bahas apaan sih? Hem.. habis tukaran nomor WA yah?" canda Melani.

"Sembarangan aja, emang kamu nggak liat dibalik kaca mobil?" ketus Dinda.

"Iihh, ngapain juga gue liatin loe ngobrol sama Kak Riyan. Gak ada untungnya buat gue. Nih, gue lagi serius liatin info lomba cerdas cermat antar sekolah" tegas Melani.

Dinda yang sedari tadi cengar cengir sendirian, membayangkan wajah Riyan yang begitu dekat dengannya. Membuat Melani tertawa lucu. Tawa Melani membuat Dinda tersadar dari lamunannya. Spontan dia menepuk bahu Melani dengan tingkah malu.

***

Kriiingggg.... kriiingggg... Kriiinggg... Suara bel tanda masuk jam sekolah. Dan sebentar lagi disusul dengan bel tanda jam pelajaran dimulai.

Dinda dan Melani berlari ke arah kelas. Tak sengaja berpapasan dengan Riyan. "Kak Riyan" sapa Dinda.

"Ehh, loe yang kemarin kan? Nama loe siapa? Tanya Riyan.

"Iya Kak, gue Dinda. Dan ini sahabat gue Melani" ucap Dinda menunjuk Melani dengan nafas yang tidak beraturan karna berlari dari parkiran mobil.

"Apa ini sahabat loe, yang kemarin mengendarai mobil itu?" tanya Riyan lagi, sambil menunjuk ke arah Melani.

Sontak Melani terkejut karna Riyan masih membahas soal kemarin. Dia mulai gugup, menatap ke arah Riyan. Untung saja dia dilindungi oleh bunyi bel tanda masuk jam pelajaran, yang mengakhiri pembicaraan mereka di lapangan sekolah.

Saat jam istirahat lagi-lagi mereka bertemu di kantin, "emang sekolah yang sebesar ini hanya dia manusianya?" ucap Melani kepada Dinda. "kok dia lagi, dia lagi" lanjutnya. Dan Dinda hanya tersenyum mendengar ocehan Melani.

Riyan lagi-lagi sengaja menghampiri meja Melani dan Dinda. Membuat dua kakak kelas wanitanya yang berdampingan dengan mejanya sontak melirik sinis. Sepertinya mereka tidak suka kalau Riyan menyapa Melani dan Dinda.

Dari ujung mata Melani melihat lirikan sinis kakak kelasnya itu yang membuatnya jadi tidak tenang, "aduhhh... sepertinya akan ada persoalan baru deh" gumamanya dalam hati sambil menunduk.

"Nggak keberatan kan, kalau gue gabung di sini?" tanya Riyan yang sudah duduk di kursi meja tempat Melani dan Dinda makan.

"Oohh iya, nggak Kak, nggak apa-apa kok" jawab Dinda senang. Membuat Melani makin gak tenang dengan lirikan kakak kelasnya itu.

"Dinda tinggal di mana?" tanya Riyan, namun matanya melirik ke arah Melani. Yang bahkan Melani sama sekali tidak menghiraukannya, hanya serius dengan makanannya sendiri. Suap demi suap masuk ke mulut Melani menggunakan sendok makan.

Belum juga Dinda menjawab pertanyaan Riyan. Riyan malah melempar teguran ke Melani.

"Serius amat sih teman loe Din?" ucap Riyan lagi-lagi melirik Melani.

"E...ehhh... i...ya kak, dia emang gitu anaknya" terang Dinda dengan terbata-bata karna sedari tadi melihat lirikan Riyan ke arah Melani. "kayaknya kak Riyan suka sama Melani..." lanjut Dinda bergumam tanya dalam hati.

Melani antara grogi ditegur Riyan atau gugup dilirik sinis oleh kakak kelas wanitanya itu.

"Maaf Kak, gue izin ke toilet dulu. Din, gue ke toilet yah" pamit Melani yang tak mau melihat ke arah kakak kelas wanitanya.

"Huft..." Melani menarik nafas panjang "rasanya sesak nafas gue di sana. Kakak kelas itu, seperti mencekek leherku tanpa menyentuh" keluh Melani sendiri sambil berjalan masuk ke kelas.

"Melani ke mana Din? Kok gak balik-balik?" tanya Riyan sambil melihat ke arah pintu kantin, seraya menanti kedatangan Melani.

"Mungkin antri di toilet kak" jawab Dinda pelan, sambil meneguk es teh manis di depannya, "Kak Riyan gak makan?" tanya Dinda balik.

"Udah tadi..." jawabnya datar, dengan pandangan yang masih mengarah ke pintu kantin.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Raodah Tul Jannah

Raodah Tul Jannah

jadi penasaran bab selanjutnya

2023-05-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!