"Din, gue langsung ke kelas yah" WA Melani ke Dinda.
"Ya Allah, anak ini" keluh Dinda dalam hati. Tanpa membalas chat WA dari Melani.
"Kenapa Din?" tanya Riyan melihat raut wajah Dinda yang berubah.
Tanpa bilang ke Riyan, tentang WA Melani. Dinda langsung pamit kepadanya untuk masuk kelas.
Riyan menganggukan kepalanya tampak heran melihat Dinda yang tanpa kata, tiba-tiba pamit.
"Hai, Riyan" sapa teman kelasnya yang sedari tadi memperhatikan Riyan, yang duduknya di samping meja Melani dan Dinda.
Riyan dengan cool membalas seyuman dan berlalu pergi.
Riyan cowok ganteng, pintar dan juga tajir. Siapa sih yang gak mau jadi pacarnya.. Hampir semua teman cewek seangkatannya mengagumi sosoknya. Namun, dia bukanlah tipe cowok yang memanfaatkan keadaan dengan mendekati semua cewek yang berusaha mencuri perhatiannya.
Salah satu cewek yang sering pedekate kepada Riyan adalah teman cewek yang tadi duduk di samping meja Melani dan Dinda, dia bernama Lala. Namun, Riyan tidak pernah memberi ruang kepadanya untuk lebih dekat dari sebatas teman kelas saja. Makanya tadi Lala sedikit terlihat judes ketika melihat Riyan mendatangi Meja Melani dan Dinda di kantin.
***
Saat bel pulang sekolah berbunyi, Melani dan Dinda menuju parkiran mobil. Sambil berjalan Melani berkata pada Dinda, "Din, sebelum gue antar loe pulang. Kita mampir ke toko buku dulu yah" pinta Melani.
"Siap Mel.. Aku mah nurut aja sama bu sopir" canda Dinda tertawa.
"Iihh.. Enak aja" ucap Melani sambil membalas tawa Dinda.
Saat di perjalanan, Dinda menyampaikan ke Melani tentang kecurigaannya ke pada Riyan yang suka sama Melani. Namun, Melani hanya tersenyum kecil.
Dinda terus meyakinkan Melani atas kecurigaannya itu, namun lagi-lagi Melani tidak memperdulikan ucapan Dinda. Sampai Dinda geram akan tingkah Melani dan berkata "loe masih normal kan Mel?" tanya Dinda menatap wajah Melani dengan raut yang lucu.
"Apa-apaan sih... Ya ialah... Emang loe pikir gue mati rasa ama cowok" bantah Melani menggelengkan kepalanya. "ada-ada aja kamu Din" lanjutnya.
"Abisnya dari sejak SD kita sahabatan, loe gak pernah mau pacaran sama teman satu sekolah. Waktu SMP Irfan nembak loe, loe tolak juga. Padahal dari tampangnya juga ok ok aja. Tp kenapa loe tolak? Sekarang, kak Riyan naksir loe, tapi loe gak respon" jelas Dinda lantang.
"Intinya gue gak mau pacaran sama satu sekolah. Titik..." balas Melani tegas diiringi gaya tangannya.
"Ooohhh.. Gitu,, nah, iya, gue baru ingat. Loe pernah dekat dengan satu cowok yang sebelahan sekolah kita waktu SMP. Iya, iya.. Ingat, Kak Yuda. Anak SMA yang sering nongkrong depan sekolah kita" ungkap Dinda dengan senyuman mengejek.
"Apaan sih, gak usah dibahas. Gak penting. Gue juga udah lupa" tegas Melani dengan mengerutkan alisnya.
"Hemmm... Jangan jangan loe sakit hati diputisin sama Kak Yuda. Sampai sekarang loe gak mau pacaran lagi. Benar gak?" kata Dinda penasaran.
Dari pada terus dicerca pertanyaan sama Dinda. Melani akhirnya menjelaskan, kalau berakhirnya hubungannya sama Yuda, bukan karna Yuda mutusin Melani, melainkan Melani yang meminta hubungan itu diakhiri. Melani merasa gak nyaman sama Yuda yang selalu mengajak Melani untuk bolos sekolah, terakhir pas waktu ujian akhir sekolah. Yuda datang pagi-pagi menjemput Melani di rumahnya, berharap diantar ke sekolah, ternyata tidak..!!! Yang membuat Melani meminta Yuda menurunkannya di tepi jalan, lalu Melani melanjutkan niatnya ke sekolah menggunakan taxi online.
Sejak dari situ Melani meminta Yuda untuk tidak menghubunginya lagi. Melani takut kalau sekolahnya terganggu, karna ayah dan ibu nya selalu berpesan kepadanya untuk sekolah yang benar. Walaupun anak perempuan yang ujung-ujungnya akan jatuh di dapur juga setelah menikah, tapi sebelum itu harus berprestasi, harus bisa membuat orang tua bangga. Itulah pesan yang selalu ternyiang ditelinga Melani.
"Duh,,, syahdu banget sih,, gue jadi terharu dengar cerita loe Mel. Loe baik banget sih jadi anak, sudah cantik, pintar, baik hati, penurut lagi. Masya Allah, bangga deh gue jadi sahabat loe" ungkap Dinda terkesima, menghentikan curahan Melani.
"Apa sih, gue serius tau..." ucap Melani menyondongkan bibirnya keluar.
Tiba di toko buku, Dinda melihat Riyan berdiri di depan rak buku sambil membaca satu buah buku yang ada di tangannya.
"Mel, gue bilang juga apa. Kak Riyan itu suka sama loe, sampai bela-belain ikutin loe ke sini" ungkap Dinda berbisik ke Melani sambil melihat ke arah Riyan.
"Maksud loe apa sih" bantah Melani melepaskan tangan Dinda yang ada di bahunya.
"Liat saja di sana ada Kak Riyan" tunjuk Dinda.
"Helloo... di mana- mana itu, kalau dibuntutin datangnya belakangan. Ini mah, Kak Riyan yang duluan, kita belakangan. Aneh..." jelas Melani berjalan meninggalkan Dinda.
"Iya juga sih..." gumam Dinda menaikkan bahunya sambil melangkah kan kaki ke arah Melani.
Riyan sepintas melihat Melani melintas, seraya tak percaya, ia kembali membaca bukunya. Saat menengok kembali, dia pun melihat Dinda berlalu di depan matanya. Riyan jadi yakin kalau yang dia liat tadi itu benar Melani.
Riyan lalu menyimpan buku yang ia baca ke rak nomor 2 dari atas dan begegas menghampiri Melani dan Dinda. Menyisir lorong demi lorong tapi Riyan sama sekali tak menemukan mereka. Saat Riyan hendak keluar, ia melihat Melani dan Dinda sedang antri di kasir, "ooh, ternyata sudah di kasir" ucapnya pelan sambil melihat ke arah mereka berdua.
Melani sepintas berbalik dan melihat tatapan Riyan. Teringat akan kata-kata Dinda, Membuatnya jadi salah tingkah dan ia pun refleks memberi isyarat ke Dinda dengan siku kanannya.
"Haii, Kak Riyan" sapa Dinda tersenyum.
"Haii, Din" balas Riyan sambil melangkahkan kaki nya ke arah Dinda.
"Haduh,,, ganteng banget sih Kak Riyan" puji Dinda dalam hati.
Sedang Melani yang sibuk di kasir tak juga berbalik ke arah Riyan.
"Beli buku apa Din?" tanya Riyan yang sudah berada pas di depan Dinda.
"Ini kak, nemenin Melani" jawab Dinda menunjuk Melani.
"Oohh..." balas Riyan singkat.
Setelah selesai di kasir, Melani lalu berbalik dan melempar senyuman manisnya sambil menyapa Riyan, "haii, kak" sambil melangkahkan kaki berlalu di sampingnya, "Din, ayo" ajak Melani yang milihat Dinda masih berdiri tegak di hadapan Riyan.
"Melani, tunggu" tahan Riyan, "bisa bicara sebentar?" pinta Riyan.
"A...da apa yah kak?" tanya Melani sedikit canggung.
"Din, gue pinjam sahabat loe sebentar. Boleh?" ucap Riyan ke Dinda sambil membalikkan badannya ke arah Melani. Dan Dinda hanya menganggukkan kepala dengan tatapan penasaran. Penasaran tentang hal apa yang ingin dibicarakan Riyan kepada Melani.
Ternyata Riyan hanya makesure aja ke Melani, karna kebetulan Riyan ketua OSIS di sekolahnya. Dia mendengar desas desus kalau si Melani ini anaknya cerdas. Jadi Riyan mengajak Melani, mewakili sekolah untuk mengikuti lomba cerdas cermat antar sekolah yang diadakan sabtu depan.
Melani yang sudah seminggu yang lalu mengikuti perkembangan lomba cerdas cermat itu, dengan senang hati menerima ajakan Riyan. Seyum dan ucapan terima kasih terlontar dari bibir merahnya.
Dinda yang sedari tadi menunggu di atas mobil sudah mulai gelisah, makin penasaran dan penuh tanya dipikirannya.
Saat melihat Melani sudah bergerak, melangkah kearahnya, Dinda baru mulai tenang. Sesampainya di atas mobil tanpa basa-basi dia lalu bertanya kepada Melani, "Kak Riyan nembak loe, Mel?" Melani yang terkejut atas pertanyaan Dinda, malah tertawa lebar dan berkata "nembak pala loe" canda Melani.
"Serius Mel" tambah Dinda seraya memaksa.
"Mau tau aja, atau.. mau tau banget..??" canda Melani lagi sambil melajukan mobilnya.
"Oohh,, jadi sudah mulai main rahasia-rahasiaan nih??" kata Dinda sedikit nyindir, yang membuat Melani kembali tertawa.
Melihat raut wajah Dinda yang begitu penasaran, akhirnya Melani pun menceritakan yang sebenarnya, dan berkata "ternyata Kak Riyan baik yah.." puji Melani, "sopan pula" tambahnya.
"Hemm... kayaknya ada yang sudah mulai membuka hati nih.." ejek Dinda.
"Besok-besok gue gak mau cerita deh.." ucap Melani becanda.
"Iiidiiihhh... segitunya... iya, iya,,, gak lagi" kata Dinda berjanji.
***
"Haii,, Melani" pesan WA Riyan.
Melani yang terkejut melihat foto profil Riyan, langsung menuduh Dinda yang memberikan nomor Wa_nya, "awas loe yah Din" gumam Melani sendiri.
"Melani gak keberatan kan, gue ambil nomor WA-nya dari data sekolah?" tanya Riyan lewat pesan WA karna Melani belum membalas pesannya.
Melani yang membaca pesan WA Riyan dari layar depan hpnya, langsung istigfar dan meminta maaf pada Dinda dalam hati.
"Are you oke, Melani?" tanya Riyan lagi yang masih belum menerima balasan dari Melani.
"Iya kak. Nggak apa-apa kok" balas Melani membuat Riyan legah.
"Mel, besok sepulang sekolah bisa minta waktunya sebentar?" tanya Riyan penuh harap ke Melani.
"Untuk apa kak?" tanya Melani.
"Untuk bahas rencana lomba cerdas cermat sabtu depan. Kita harus mempersiapkan semuanya. Tadi gue sudah bahas di WAG OSIS bahwa loe yang mewakili sekolah kita. Jadi besok tuh, teman-teman mau kasi Melani soal-soal yang biasa diangkat dalam perlombaan cerdas cermat" jelas Riyan panjang.
"Baik, kak" jawab Melani singkat, "Kak, maaf. Gue ganti baju dulu. Lalu istirahat. Gak apa-apa kan kak?" lanjut Melani.
"It's ok, Melani. Selamat beristirahat" balas Riyan dengan menambahkan emot senyum.
Hari sudah berganti malam, 10 panggilan tak terjawab dari Dinda, membuat Melani penasaran. Tapi sebelum menghubungi Dinda kembali, Melani bergegas makan malam bersama keluarganya.
Sedikit perbincangan di meja makan membuat keluarga Melani terlihat begitu hangat dan bahagia.
Indra yang sebentar lagi menyelesaikan S1 nya, mulai ditawari ayahnya untuk bergabung di perusahaanya. Karna harapan ayah Melani begitu bertumpu pada Indra, yang suatu saat akan melanjutkan perusahaannya itu. Dan Indra pun tanpa penolakan, menerima saja tawaran dari ayahnya.
"Mbok Iyam, boleh minta tolong dibuatkan susu?" pinta Melani.
"Iya, neng.. Boleh.. Tunggu sebentar Mbok Iyam buatkan" jawab Mbok Iyam.
Segelas susu putih di letakkan Mbok Iyam di atas meja pas di depan Melani, "Makasih Mbok Iyam yang baik hati" ucap Melani.
"Ahh, neng Melani ada-ada aja" kata Mbok Iyam tersipu malu sambil berjalan ke arah dapur. Membuat ayah, ibu dan Indra pun ikut tertawa.
Teringat Melani yang ingin menghubungi Dinda, ia pun langsung pamit ke kamarnya sambil membawa gelas susu yang belum sempat ia cicipi.
"Dindaaa... Maaf, baru sempat menghubungimu. Ini baru selesai makan malam" ucap Melani dari balik telepon genggamnya.
"Argh.. Udah basi... Gak penting lagi" balas Dinda ngambek.
"Serius..?" tanya Melani.
"Iya.. serius. Gue juga udah lupa mau ngomong apa tadi. Udah gih istirahat sana. Gue mau ke kamar nyokap dulu. Mau bantuin packing" ungkap Dinda.
"Packing? Emang nyokap loe mau ke mana?" tanya Melani.
"Besok bokap ada cek up, tapi di suruh rawat inap sehari" balas Dinda, "Udah dulu yang Mel. Bye,, sampai jumpa besok" lanjut Dinda lalu mematikan telepon dan bergegas ke kamar ibu, ayahnya.
***
"Mel.. sudah bangun belum?" tanya Ibu Melani dari balik pintu kamar, " sholat subuh dulu sayang" lanjut ibu sambil mengetuk pintu.
"Iya, bu..." jawab Melani dari tempat tidurnya.
"Mau sholat berjamaah atau sholat sendiri?" tanya ibu Melani lagi yang masih berada di depan kamar.
"Sholat sendiri aja, bu. Di kamar" ucap Melani sambil berjalan sempoyongan ke arah kamar mandi untuk mengambil air wudhu. Direntangkan sejadahnya dan ia pun melaksanakan sholat subuh sendiri.
Jam dinding sudah menunjukkan pukul 6 pagi. Melani membuka jendela kamar dan menghirup udara segar yang begitu sejuk. Suara burung yang terbang dari pohon satu ke pohon lainnya, begitu indah terdengar. Namun, bunyi pesan WA membuat Melani berhenti memperhatikan burung-burung yang menghiasi paginya.
"Assalamualaimum, Mel. Maaf ganggu pagi-pagi. Mengingatkan saja janjian kita sepulang sekolah. Makasih Mel" ungkap Riyan yang begitu semangat.
"Waalaikumsalam, iya kak. Baik" jawab Melani datar.
Seperti biasa, rutinitas tiap pagi sarapan bersama di meja makan. Sambil bercerita tentang rencana untuk hari ini dan Melani yang sudah ada schedule dengan Riyan, membahasnya di meja makan pagi ini. Dengan begitu senangnya pun, Melani memberitau ayah, ibu dan Kak Indra, kalau dirinya ditawari untuk ikut lomba cerdas cermat. Ucapan selamat dan support diberikan oleh keluarganya.
Selesai sarapan, Melani bergegas pergi. Salim dan salam tak pernah ketinggalan di keluarganya. Memang dari kecil Indra dan Melani diajarkan sopan santun dan menghargai yang lebih tua. Dan itu sudah tertanam hingga sekarang.
Sesuai rencana, Malani, Riyan dan anggota OSIS lainnya berkumpul di ruangan OSIS. Dan walaupun Dinda tidak termasuk dari pertemuan itu, namun Dinda tetap diizinkan untuk ikut berkumpul karna pinta Melani kepada Riyan.
Saat asyik membahas materi, Riyan yang sengaja duduk di samping Melani mempunyai kesempatan untuk terus melihat wajah cantik dan senyum manis Melani dan sesekali mengajukan pertanyaan kepadanya. Terlihat jelas bahwa Riyan sudah mulai pedekate kepada Melani.
Sebelum pertemuan ditutup Riyan sekali lagi bertanya pada Melani, "Ada yang mau ditanyakan Mel?" ucapanya lembut menatap mata Melani.
"Nggak kok, kak. Sudah jelas semuanya" jawab Melani sambil membereskan kertas-kertas yang dirangkum tadi.
Tersentak Melani merasakan sentuhan jari Riyan yang tak sengaja, saat membantunya merapikan kertas-kertas itu.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
PUTRI CANTIKA
berdebar deh hati melani
2023-06-07
0