Lantunan ayat suci terus beralun tiada henti. Pertarungan antara Jagad dan para lelembut kiriman dari sumur keramat menciptakan nuansa yang begitu gelap dan mencekam. Banyak warga yang mulai merasakan pening dan juga mual, saat beberapa lelembut berhasil melemparkan serangannya ke rumah pak Rt.
Heru terus berusaha sekuat tenaganya untuk menghalau setiap serangan yang datang dengan doa - doa dari dalam rumah bersama para warga.
Sedangkan Jagad masih berjuang mati - matian untuk melenyapkan mahluk - mahluk itu dengan segala kemampuannya.
Dari kejauhan, terlihat Guntur yang tengah berlari ke arah Jagad. Sesosok mahluk hitam berambut panjang, terbang mengejar Guntur. Perlahan para lelembut yang tengah bertarung dengan Jagad mulai berbaris, seolah menyambut kedatangan mahluk itu.
"Siapa dia?" tanya Jagad pada Guntur.
"Iblis dari sumur keramat, Nyi Woro! Dia berhasil menyatu dengan seorang wanita yang membangkitkannya," jelas Guntur.
"Dia sudah berhasil bangkit?" ucap Jagad sedikit tak percaya.
"Hanya tersisa satu ritual untuk menyempurnakan wujudnya," ujar Guntur sembari melawan serangan - serangan dari para lelembut yang kian membabi buta.
"Penumbalan?" tanya Jagad tanpa berhenti dari aktifitasnya.
"Ya!" jawab Guntur singkat.
Pertarungan menjadi semakin panas, tatkala Nyi Woro mulai ikut melemparkan serangan - serangan ghaib ke arah rumah pak Rt.
"Hahahahhaha..., kalian pikir, pagar sialan itu bisa menghalangiku? Hahahahhaha," teriak Nyi Woro.
Krakkkkk....
Barisan bambu kuning yang Jagad pasang terhempas dan hancur serentak. Sontak, para warga yang berada didalam rumah mulai panik dan berteriak.
"Teruskan ngajinya, jangan ada yang keluar dari sini!" teriak pakde Parmin.
Heru semakin mengeraskan suaranya, lantunan doa untuk menyerang mahluk - mahluk itu semakin gencar terdengar. Namun, tampaknya Nyi Woro sama sekali tak bergeming.
"Hahhahahahha.., bersiaplah mati manusia - manusia bodoh!" teriak Nyi Woro sembari melemparkan serangan ke arah rumah.
Buammmm....
Sebuah ledakan tercipta begitu keras saat serangan Nyi Woro berbenturan dengan perisai ghaib yang melindungi rumah. Nyi Woro dan pasukannya terpental jauh akibat energi dari perisai yang tercipta dari lantunan doa - doa Heru dan para warga dari dalam.
"Sialan kalian!" rutuk Nyi Woro sembari mencoba bangkit.
"Aduh, sakit ya? Kasihan!" ledek Guntur pada Nyi Woro.
"Sstt..., gak sopan ngomong kaya gitu ke nenek - nenek Gun!" imbuh Jagad.
"Bocah - bocah kurang ajar! Rasakan ini!" Nyi Woro bersiap mengumpulkan energinya, sembari merapalkan mantra yang begitu panjang.
Melihat itu, Guntur dan Jagad segera berlari kedalam rumah. Mereka berniat melakukan ragasukma dari dalam rumah, agar raga mereka tetap aman.
"Bismillahirrahmanirrahim
Dzat gumilang tanpa sungkan
liyep, cut prucut,
Sukmaningsun metu saka raga,
Gampang saka sarining gampang sak niatku
Lan slamet saka kersaning Allah,
Laailaahaillallah Muhammadurrosulullah."
Dalam sekejap, mereka berdua telah berhasil melepaskan sukmanya.
Langit semakin bergemuruh tak karuan, kilatan cahaya petir semakin menggila. Angin kencang berhembus berputar - putar disekitar rumah pak Rt. Malam pun terasa semakin mencekam, ditambah suara - suara isak tangis ketakutan dari beberapa warga yang mulai terdengar. Membuat semua orang semakin panik, bahkan ada beberapa perempuan yang mulai pingsan.
Guntur dan Jagad kembali ke halaman depan rumah pak Rt, yang merupakan medan pertempuran.
Jagad telah siap dengan keris Damarwulan ditangannya, sedangkan Guntur juga telah siap dengan pusaka Ilat Kadal pemberian dari Nyi Kinasih.
"Aarrrrgggghhhh...," teriak Jagad sembari berlari menyerang kearah Nyi Woro.
"Ki beruk klawu, aku memanggilmu!" teriak Guntur sembari berlari. Perlahan tubuh Guntur membesar, ia berubah menjadi kera raksasa yang begitu mengerikan.
Pertempuran kembali terjadi, Guntur ******* dan melempar mahluk - mahluk pengikut Nyi Woro kesegala arah hingga berubah menjadi asap dan menghilang. Guntur juga menarik dan membanting pocong - pocong lusuh yang mencoba menghalangi Jagad.
Dari dalam rumah, Heru dan para warga masih terus melantunkan ayat - ayat suci Al Qur'an tanpa henti. Namun, suasana menjadi riuh tatkala beberapa perempuan mulai bersikap aneh dan memaksa untuk keluar rumah.
Rupanya, Nyi Woro telah berhasil mempengaruhi beberapa perempuan itu dengan mantranya. Jagad terus berusaha menyerang Nyi Woro dengan keris ditangannya. Namun, kekuatan Nyi Woro nampaknya memang tak boleh disepelekan. Beberapa kali Jagad terhempas jauh oleh serangan Nyi Woro.
Brakkk....
Jagad dan Guntur dikagetkan dengan terbukanya pintu rumah pak Rt dari dalam.
"Astagfirrullahal'adzim ya Allah! Ojo metu nduk!" teriak beberapa warga.
"Allahuakbar! Ya Allah, bantu kami ya Allah!" imbuh beberapa orang.
Suara - suara tangisan dan teriakan dari dalam rumah nampak begitu riuh dan tak terkendali. Dua orang perempuan berhasil keluar rumah dan berjalan perlahan ke arah Nyi Woro.
Heru berlari menyusul kedua perempuan itu dan menyeret mereka berdua untuk kembali masuk dibantu pakde Parmin. Jagad dan Guntur terus berusaha menghalangi Nyi Woro dan pasukannya mendekat.
Buaaammmmm....
Jagad dan Guntur terpental oleh serangan Nyi Woro hingga membentur tanah. Nyi Woro melesat secepat kilat ke arah dua perempuan itu. Heru berhasil membawa salah seorang perempuan kembali kedalam, namun perempuan yang diseret pakde Parmin berhasil berontak dan tertangkap oleh Nyi Woro.
Nyi Woro memegang erat kedua pipi wanita itu, ia bersiap membacakan mantra untuk menyerap sukma tumbalnya. Kuku - kuku panjangnya telah menancap menembus kulit wajah wanita itu.
Guntur dengan sisa tenaganya berusaha bangkit. Ia kembali teringat dengan sisir yang berhasil ia ambil.
"Tancapkan ujung sisirnya yang runcing di leher iblis itu," terdengar lagi bisikan ditelinga Guntur.
Guntur merubah wujudnya kembali keukuran normal, ia perlahan mendekat kearah Nyi Woro yang tengah berkonsentrasi dengan mantranya.
Jagad mengisyaratkan kepada Heru dan para warga untuk terus melanjutkan membaca ayat - ayat suci Al Qur'an dan mengunci pintu dari dalam.
Crusshhh....
Guntur berhasil menancapkan sisir hitam itu tepat keleher Nyi Woro dan langsung mencabutnya.
"Aarrrgggghhhh...." Nyi Woro meraung kesakitan sembari memegangi lehernya. Darah hitam dan berbau sangat busuk mengucur begitu deras dari luka itu.
Jagad mulai duduk bersila dan merapalkan kembali mantra.
"Sir jumbat jumbit
Aji segarit
Ajur memala ajur durjana
Bali mulih ojo mara teko
Damarwulan paringi dalan
Bismillahhirrahmanirrahim
...."
Keris ditangannya memancarkan cahaya kebiruan, kilatan cahaya nampak menari - nari menandakan energi yang begitu kuat telah hadir dan menyatu dengan keris itu.
Jagad menyerang Nyi Woro yang sedang kesakitan dengan kerisnya. Ia tebaskan kerisnya tepat ke leher Nyi Woro hingga kepalanya menggelinding terputus dari badannya.
"Aaaaarrrrgggghhh..., tidak...." teriakan melengking dari Nyi Woro bahkan mampu didengar jelas oleh para warga yang berada didalam rumah.
Jagad dan Guntur bersama - sama melafalkan doa agar energi Nyi Woro terpisah dari raga Peempuan yang membangkitkannya. Perlahan, kepala yang tadinya telah terpisah kembali menyatu dengan badannya. Tubuhnya yang hitam dan berwajah menyeramkan berangsur berubah menjadi sosok perempuan yang tadi Guntur lihat dalam keadaan telanj*ng. Bedanya, badannya kini tak terlihat sekencang dan semolek semula. Perempuan itu terlihat seperti nenek - nenek keriput dengan luka koreng di beberapa bagian tubuhnya.
Kepulan asap hitam nampak keluar dari tubuh wanita itu. Jagad dan Guntur kembali membacakan mantra untuk menarik residu yang tertinggal dari mahluk itu, dan memasukannya kedalam sebuah botol kecil dan menguncinya dengan doa - doa.
"Alhamdullillah kita berhasil," ucap Jagad.
"Ayo kembali!" ajak Guntur.
Mereka berdua segera kembali keraga masing - masing.
Jagad tergeletak sesaat setelah berhasil menyatu dengan raganya. Begitupun dengan Guntur, ia kembali pingsan tak sadarkan diri setelah berhasil sadar sebentar. Heru segera berlari kearah kedua temannya dengan panik.
"Mas! Bangun mas!" panggil Heru sembari menampar - nampar wajah Jagad.
"Lara, cok! Ojo ditapuki!" ucap Jagad lirih.
"Woo, tak kira semaput mas!" kilah Heru sembari cengengesan.
"Udah, urusin yang ada diluar!" titah Jagad dengan mata yang masih terpejam, "oh iya, luka Guntur makin parah! Tolong...," imbuhnya sesaat sebelum ia ikut pingsan.
"Aduh, malah ikut semaput!" gerutu Heru, "Pak, udah selesai, kita urusin yang diluar dulu. Mas Jagad sama Mas Gun biarin aja disini dulu," ujarnya pada pak Rt.
"Alhamdullillahhirrabbil'alamin," seru para warga bersama - sama.
Para warga pun membuka pintu rumah dan segera menghampiri dua perempuan yang tengah tergeletak di halaman. Bertepatan dengan suara adzan subuh yang telah terdengar dari kejauhan.
Namun, para warga dikejutkan dengan keadaan kedua perempuan tersebut. Wanita yang tertangkap oleh Nyi Woro tadi tergeletak dengan bersimbah darah akibat luka - luka dari kuku tajam Nyi Woro. Keadaannya sudah nampak kritis, pak Rt pun berinisiatif membawa perempuan tersebut ke Rumah sakit.
Para warga juga tak kalah terkejut saat mendapati seorang wanita tua tergeletak dengan keadaan telanjang bulat.
"Astagfirrullah, ini bukannya bu Kades?" ucap seorang warga.
"Kades pak?" tanya Heru.
"Iya mas, ini istri almarhum pak Kades yang meninggal 3 bulan lalu," jawab pak Rt.
"Jadi dia biang kerok kekacauan ini?" ucap salah seorang warga penuh emosi.
"Kurang ajar! Bunuh saja dia, gara - gara dia anakku jadi seperti ini, huhuhu...," ucap orang tua perempuan yang terluka sembari menangis tersedu - sedu.
"Iya! Kita bakar saja, iblis seperti dia gak pantas hidup!" imbuh beberapa warga yang tersulut emosi.
"Sabar pak, buk, istigfar!" teriak Heru menenangkan warga.
Heru segera meminta pak Rt untuk mengambilkan kain untuk menutup tubuh polos wanita itu. Ia periksa denyut nadinya, tiba - tiba mata dan mulut wanita itu terbuka lebar. Darah hitam keluar dari setiap lubang ditubuhnya. Bau busuk yang begitu menyengat mulai tercium dari tubuh wanita itu.
"Innalillahi wa innalillahi raji'un," ucap Heru.
"Li..., lihat itu!" ucap seorang pemuda sembari menunjuk ke arah wajah bu Kades yang tak tertutup kain.
Tubuh bu Kades perlahan membusuk dengan begitu cepat, untungnya pak Rt telah menghubungi Rudi, anak bu Kades.
Rudi yang baru saja sampai dirumah pak Rt tak sanggup melihat keadaan sang ibu. Ia menangis sesenggukan disamping jasad sang ibu yang telah membusuk itu.
"Maafkan ibu saya pak! Tolong maafkan ibu saya, bantu saya memakamkan ibu saya sesuai syariat pak! Saya mohon. Ampuni kesalahan ibu saya!" ucap Rudi sembari bersimpuh didepan para warga.
"Bangunlah nak, kita makamkan ibumu dengan layak!" ucap pak Rt sembari mengangkat tubuh Rudi agar berdiri.
"Tapi mas, mohon jangan dimakamkan di pemakaman kampung kami! Kami tak rela," ucap salah seorang warga.
"Iya, betul!" seru yang lain.
Pada akhirnya, jasad bu Kades pun dimakamkan di kebun milik Rudi yang terletak didekat kawasan hutan dan jauh dari pemukiman.
***
Heru tengah disibukan dengan mengurus kedua temannya dan para pasien klinik sendirian. Setelah selesai dengan urusan dikampung, Heru langsung memutuskan untuk membawa kedua temannya pulang ke klinik.
Terhitung sudah seminggu Jagad dan Guntur tak sadarkan diri. Beruntung disana ada bu Handayani, ibu Jagad yang merupakan seorang bidan. Jadi Heru bisa berbagi tugas dengan bu Handayani dalam menangani pasien.
"Air buk...," rintih Jagad.
"Mas, bangun mas!" ucap Heru, "buk, mas Jagad buk!" teriak Heru dari dalam kamar tempat Jagad dan Guntur terbaring.
"Air...," ucap Jagad lagi.
Heru segera mengambilkan air minum kedapur. Bu Handayani segera memeluk tubuh putranya sembari berlinang air mata.
"Buk, lepasin! Leher jagad kecekik buk! uhuk, uhuk!" lirih Jagad menggoda sang ibu.
"Dasar, bocah nakal," rutuk Bu Handayani sembari mencubit tangan kekar Jagad.
"Auwhh..., sakit buk!" protes Jagad.
"Nih minum mas!" ucap Heru sembari memberikan segelas air putih.
Jagad duduk dan meneguk habis air minumannya. Lalu ia menoleh kearah Guntur yqng masih terbaring tak sadarkan diri dengan infus ditangannya.
"Her! Sepertinya Guntur membutuhkan waktu yang lumayan lama untuk pulih," ucap Jagad sembari menatap Guntur.
"Luka di sukmanya sangat parah mas!" imbuh Heru, "apa kita cari Trisnya aja ya mas? Bukannya dia memiliki kemampuan penyembuh yang lumayan," usul Heru.
"Kamu tahu dia dimana?" tanya Jagad.
"Enggak, hehhehehe," jawab Heru.
"Nanti kita cari, kalau sempet!" ujar Jagad santai.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
🌲🌲🌲 🍎🍎🍎 🌲🌲🌲
😂😂😂😂😂😂😂😂
2023-08-07
1
🌲🌲🌲 🍎🍎🍎 🌲🌲🌲
😂😂😂😂😂😂😂
2023-08-07
1
Vabian Rania
kok blum up y ceritanny nungguin nich
2023-06-03
2