Bab3. Tumbal Pertama

Semenjak kepergian Nyi Woro malam itu, Karto dan Sri hidup dengan tenang dan bahagia. Tanpa ada sedikitpun penyesalan terbersit dalam hati mereka berdua. Sebelum akhirnya malapetaka pun datang.

Langit malam bergemuruh, kilatan cahaya petir melambai - lambai. Malam tampak begitu mencekam tak seperti biasanya.

"Mas! Kok petirnya menakutkan. Gak seperti biasa ya?" ujar Sri pada Karto.

"Halah, paling mau hujan Sri," jawab Karto.

"Tapi, biasanya gak seserem ini loh petirnya!" ujar Sri lagi.

"Wes lah Sri, wong cuma mendung mau hujan. Gak usah mikir macam - macam, ayo ke kamar udah malam," ajak Karto sembari menuntun istri barunya itu dengan begitu mesra.

Mereka berdua pun akhirnya memilih untuk segera tidur, meskipun sebenarnya Sri masih merasa gelisah. Firasatnya merasakan sesuatu yang buruk akan terjadi.

Tepat ditengah malam, pintu rumah besar Karto tiba - tiba terbuka dengan sendirinya.

Brakkkk....

Suaranya terdengar cukup keras, hingga membuat Karto dan Sri terbangun dari mimpi indahnya.

"Opo mas?" tanya Sri yang ketakutan.

"Embuh! Tak lihat dulu, jangan - jangan maling," ujar Karto sembari membenahi sarungnya.

Karto berjalan perlahan mendekati pintu kamarnya.

Bruakkkkkk....

Karto terpental jatuh, bersamaan dengan hancurnya pintu dikamarnya.

"Aaaaaakkkhhhhh..., mas Karto!" Sri berteriak histeris melihat apa yang tengah terjadi. Iapun segera berlari menghampiri Karto.

Tampak Nyi Woro berdiri dengan wajah cantiknya. Netranya menatap tajam kearah Sri dan Karto bergantian. Tampak jelas dendam dan kemarahan tergambar di wajah ayunya.

"Wo..., Woro! Kau kembali?" ucap Karto tergagap, "ba..., bagaimana wajah..., wajahmu...," Ia nampak terkejud melihat wajah Woro yang telah kembali cantik, bahkan lebih cantik dari sebelumnya.

"Aku kembali Karto! Kemarilah!" ujar Nyi Woro dengan senyum manisnya.

Seakan terhipnotis dengan paras ayu Nyi Woro, Karto berjalan perlahan kearah Nyi Woro tanpa mempedulikan Sriatun yang tengah ketakutan.

Nyi Woro membentangkan kedua tangannya seolah menyambut kedatangan lelaki tua itu. Karto dengan senang hati memeluk tubuh Nyi Woro yang terlihat begitu menggoda dimatanya.

Lain halnya dengan Sri, ia jatuh terduduk menyaksikan wanita yang tengah dipeluk Karto itu perlahan berubah. Wajah hancurnya terlihat begitu menyeramkan, nanah, darah dan belatung mengeliat memenuhi luka diwajahnya. Darah pun terlihat mengucur deras dari lehernya.

Rasa takut yang luar biasa membuat tubuh Sri melemas dan tak mampu lagi berkata - kata.

"Bersiaplah untuk pembalasanku gadis sundal!" ucap Nyi Woro lirih sembari menatap tajam ke arah Sri.

"Ampun Nyi! Ampun! Maafkan saya," ucap Sri dengan air mata yang berlinang.

Nyi Woro hanya menyeringai ke arah Sri tanpa menggubris ucapannya.

Karto masih terus memeluk tubuh Nyi Woro dengan begitu hangat. Hingga tanpa ia sadari kuku - kuku panjang Nyi Woro perlahan menusuk punggungnya hingga menembus jantungnya.

"Aaaakkkhhhh..., Woro, lepaskan! Sakit Woro...," Karto berteriak kesakitan.

Nyi Woro terus mencabik - cabik tubuh Karto hingga tak berkutik. Karto tewas begitu mengenaskan ditangah Nyi Woro malam itu juga.

Setelah puas bermain dengan Karto, Nyi Woro perlahan mendekati Sriatun. Tampak peluh mengalir dipelipis Sri, air matanya mengucur begitu deras. Mulutnya berusaha berteriak, namun suaranya seperti tercekat dan tak mampu berucap apapun.

Ia hanya mampu bergerak mundur mencoba menghindari Nyi Woro. Sialnya, ia sudah tersudut. Tubuhnya bersandar didinding kayu rumah Karto dengan putus asa.

Nyi Woro mendekatkan wajah menjijikannya sedekat mungkin dengan wajah Sri. Sri menutup matanya rapat - rapat sembari menahan rasa mual akibat bau busuk yang berasal dari borok diwajah Nyi Woro.

Nyi Woro meraih leher Sriatun, ia angkat tinggi - tinggi tubuh gundik suaminya itu, lalu ia hempaskan tubuhnya dengan begitu kasar ke tanah.

Brugghhh....

Sri tampak meringis kesakitan sembari memegangi lehernya yang telah memerah akibat cengkeraman Nyi Woro.

"Ampun Nyi! Ampun! Ampuni saya Nyi!" rintih Sri sambil terisak.

"Sundal tak tahu diri! Setelah semua yang kau lakukan, menurutmu aku masih mau mengampunimu? Jangan gila kamu Sri..., hahahha...," Nyi Woro pun tertawa sinis mendengar permintaan maaf Sri.

Nyi Woro kembali mendekati Sri yang telah menggigil ketakutan. Ia raih wajah sembab Sri dengan kasar.

"Aaaarrrrgggghhh...," Sri mengejang kesakitan saat Nyi Woro mencoba merobek dan mengelupas kulit wajahnya dengan paksa.

Sreeetttttt....

Tampak jelas wajah ayu Sri telah koyak. Nyi Woro menarik paksa sukma Sri keluar dari raganya dan terserap menyatu dengan Nyi Woro.

Sungguh tak terbayangkan lagi rasa sakit yang gadis itu rasakan.

"Hahahahah..., kau memang sangat cantik Woro!" ucap Nyi Woro sembari menyisir rambutnya didepan cermin.

Puas memandangi paras ayunya, ia kembali pergi untuk mencari beberapa perempuan untuk dijadikan tumbal kecantikannya.

Suara jeritan saling bertautan. Suara kentongan mengalun begitu nyaring memekakan telinga.

Itulah awal mula kutukan banjir getih dimulai, tak ada siapapun yang tahu siapa sosok yang menyebabkan malapetaka mengerikan di desa itu. Karena Nyi Woro tak pernah sekalipun menampakan wajah aslinya saat mencari mangsa.

Kejadian naas itu terus berulang disetiap bulan purnama datang. Kehidupan Nyi Woro juga semakin terpandang, dengan kecantikan dan kemampuannya ia mampu membuat siapapun bertekuk lutut.

Hingga suatu ketika, ada seorang perempuan asing singgah di desa itu. Perempuan itu berhasil menggagalkan ritual penumbalan dan mengurung Nyi Woro di sumur keramat diujung desa.

***flasback off***

Guntur mendengarkan cerita mbah Karto dengan seksama sembari terus melajukan mobilnya ke tempat Jagad dan Heru berada.

Guntur menepikan mobilnya di sebuah rumah besar yang terdengar begitu ramai. Rumah itu terlihat dikelilingi oleh energi - energi negatif yang terus berputar - putar dan mencoba masuk ke dalam rumah.

Lantunan ayat suci terus mengalun dari dalam rumah, terdengar juga suara tangisan dari para warga yang tengah berkumpul.

Guntur melangkah keluar dari mobilnya dengan terus merapalkan doa - doa untuk menghalau serangan energi dari mahluk - mahluk itu.

Terlihat begitu banyak mahluk - mahluk mengerikan melayang - layang disekitar rumah. Pasukan lelembut dengan beraneka bentuk mengerikan itu menatap tajam kearah Guntur yang semakin mendekat.

Duarrr....

Satu serangan berhasil mendarat tepat didepan Guntur. Beruntung, Guntur dengan cekatan menghindar.

"Astagfirrullah! Kuaget cok!" rutuk Guntur pada mahluk yang menyerangnya.

Mendengar teriakan dari luar rumah, Jagad dan Heru segera menyusul keluar rumah.

"Lambemu cok!" timpal Heru sembari menyabet mulut Guntur dengan sarungnya.

"Heh kalian itu, cak cok cak cok!" protes Jagad.

"Kaget mas! Ini pocong, kunti, sampai demit disabilitas pada ngumpul semua gini, ampuh tenan suhune!" ujar Guntur.

"Kayanya mereka mau balas kekalahan banaspati yang tadi mas," timpal Heru.

"Aduh! Mana badan udah pegel - pegel," gerutu Jagad, "dewekan isoh gak Gun? Gak kuat aku!" tanyanya pada Guntur.

"Uhm, aku juga masuk dulu. Jagain yang didalem!" Heru mulai beralasan, "Selamat berjuang mas Gun, jangan sampai kalah kasian dek Trisnya, ihiirrr," goda Heru.

"Sontoloyo tenan! Mosok dewekan aku?" protes Guntur, "demit segini banyak lawan satu," gerutu Guntur.

"Halah! Masa calon suami kuncen Pakugeni gak wani? Lemah!" goda Heru lagi.

"Semprul! Ya sudah, hushhh..., ngalih kono!" usir Guntur, "bakal tak lempit kabeh demit - demit iki, ambyar dadi awu! Gak ono ceritane seorang Guntur Mahendra lemah," ujar Guntur dengan begitu sombongnya.

Pertempuran pun kembali terjadi. Guntur melawan demit - demit itu dengan sekuat tenaga. Sayangnya ia tak bisa mengalihkan medan pertempuran ke alam lintas dimensi seperti yang pernah Trisnya lakukan. Para warga yang berada didalam rumah pak Rt mendengar dengan jelas suara - suara dentuman dari luar rumah. Kilatan cahaya juga terlihat saling bertautan akibat benturan - benturan energi yang tercipta.

Heru terus menuntun warga agar tak berhenti melantunkan ayat - ayat suci Al - qur'an. Jagad juga fokus mengawasi dan menjaga para warga yang berada didalam rumah.

Mahluk - mahluk itu terus menyerang Guntur tanpa jeda, hingga membuat tenaga Guntur cukup terkuras. Guntur mengeluarkan keris peninggalan mendiang kakeknya, lalu ia rapalkan mantra untuk mengaktifkan energinya.

Dengan gagah berani, Guntur menebas setiap demit yang mendekat dengan kerisnya itu. Satu per satu mahluk - mahluk itu mulai menguap menjadi asap dan menghilang. Guntur tampak begitu puas karena mampu menguasai pertempuran.

Namun, di saat ia tengah mencoba mengatur nafasnya kembali. Tiba - tiba sebuah serangan yang tak tau darimana asalnya berhasil mengenai tepat di dada Guntur.

Buammm..., Brugghh

Guntur jatuh terpental membentur tanah.

"Auwhh...," Guntur meringis kesakitan, "demit diancok! Nyerang gak omong - omong!" rutuknya.

Ia mencoba berdiri dengan sisa tenaganya, namun kesadarannya perlahan menghilang. Gelap! Guntur terkulai tak sadarkan diri sesaat sebelum adzan subuh samar - samar terdengar dari kejauhan.

Bersambung....

Terpopuler

Comments

🌲🌲🌲 🍎🍎🍎 🌲🌲🌲

🌲🌲🌲 🍎🍎🍎 🌲🌲🌲

😂😂😂😂😂😂😂 legowo...legowo

2023-08-07

1

🌲🌲🌲 🍎🍎🍎 🌲🌲🌲

🌲🌲🌲 🍎🍎🍎 🌲🌲🌲

yyyeee

2023-08-07

1

🌲🌲🌲 🍎🍎🍎 🌲🌲🌲

🌲🌲🌲 🍎🍎🍎 🌲🌲🌲

go guntur go guntur go 😆😆😆😆

2023-08-07

1

lihat semua
Episodes
1 Bab1. Ritual Banjir Getih
2 Bab2. Akar Ritual Banjir Getih
3 Bab3. Tumbal Pertama
4 Bab4. Ritual Penyempurnaan
5 Bab5. Pertempuran
6 Bab6. Petaka Malam Satu Suro
7 Bab7. Jebakan Iblis
8 Bab8. Kerangkeng Sukma
9 Bab9. Melawan Qodrat
10 Bab10. Terbelenggu Rasa
11 Bab11. Reinkarnasi
12 Bab12. Rumah Pohon
13 Bab13. Wewe Gombel
14 Bab14. Ingon
15 Bab15. Menyelamatkan Heru
16 Bab16. Bertemu Guntur
17 Bab17. Jantung Perjaka
18 Bab18. Koloabang
19 Bab19. Guntur & Heru
20 Bab20. Pernikahan Aryo & Handayani
21 Bab21. Kelakuan Guntur
22 Bab22. Demit Alas Rongko Mayit
23 Bab23. Persiapan Ke Alas Rongko Mayit
24 Bab24. Kampung Dukunan
25 Bab25. Sengkala
26 Bab26. Pertempuran Di Lembah Terkutuk
27 Bab27. Menghilang
28 Bab28. Jagad Lelembut
29 Bab29. Terbebas
30 Bab30. Santet
31 Bab31. Buhul Santet
32 Bab32. Amarah Dan Dendam
33 Bab33. Mimpi Buruk Guntur
34 Bab34. Heru Suseno
35 Bab35. Kalong Pati
36 Bab36. Benih-Benih Asmara
37 Bab37. Guntur Menggila
38 Bab38. Luka Yang Tersisa
39 Bab39. Nangka Di Dalam Perut
40 Bab40. Penunggu Kebun
41 Bab41. Khodam Leluhur
42 Bab42. Rumah Lawas
43 Bab43. Pasien Lahiran
44 Bab44. Tanda Lahir Di Bawah Pusar
45 Bab45. Anak Yang Tak Diinginkan
46 Bab46. Posesif
47 Bab47. Nawang Kusumawati
48 Bab48. Petaka Rumah Lawas
49 Bab49. Ritual Pembersihan
50 Bab50. Ritual Pembersihan 2
51 Bab51. Jawaban Trisnya
52 Bab52. Hutan Samping Klinik
53 Bab.53 Penghuni Hutan
54 Bab54. Retakan Pintu Dimensi
55 Bab55. Pernikahan Guntur Dan Trisnya
56 Bab56. Sosok Pengirim Santet
57 Bab57. Pengantin Baru
58 Bab58. Jalan-Jalan Pagi
59 Bab59. Menjemput Bapak Riko
60 Bab60. Makhluk Kiriman
61 Bab61. Ritual Penyembuhan
62 Bab62. Terbelahnya Pusaka Pakugeni
63 Bab63. Pilihan Terberat
64 Bab64. Kabar Dari Alam
65 Bab65. Keberadaan Sukma Guntur
66 Bab66. Sosok Asing
67 Bab67. Pertolongan Ular Naga Raksasa
68 Bab68. Saling Menjebak
69 Bab69. Berhasil Keluar
70 Bab70. Pusaka Dalam Sukma Nawang
71 Bab71. Ritual Pembangkitan
72 Bab72. Keputusan Guntur
73 Bab73. TAMAT
Episodes

Updated 73 Episodes

1
Bab1. Ritual Banjir Getih
2
Bab2. Akar Ritual Banjir Getih
3
Bab3. Tumbal Pertama
4
Bab4. Ritual Penyempurnaan
5
Bab5. Pertempuran
6
Bab6. Petaka Malam Satu Suro
7
Bab7. Jebakan Iblis
8
Bab8. Kerangkeng Sukma
9
Bab9. Melawan Qodrat
10
Bab10. Terbelenggu Rasa
11
Bab11. Reinkarnasi
12
Bab12. Rumah Pohon
13
Bab13. Wewe Gombel
14
Bab14. Ingon
15
Bab15. Menyelamatkan Heru
16
Bab16. Bertemu Guntur
17
Bab17. Jantung Perjaka
18
Bab18. Koloabang
19
Bab19. Guntur & Heru
20
Bab20. Pernikahan Aryo & Handayani
21
Bab21. Kelakuan Guntur
22
Bab22. Demit Alas Rongko Mayit
23
Bab23. Persiapan Ke Alas Rongko Mayit
24
Bab24. Kampung Dukunan
25
Bab25. Sengkala
26
Bab26. Pertempuran Di Lembah Terkutuk
27
Bab27. Menghilang
28
Bab28. Jagad Lelembut
29
Bab29. Terbebas
30
Bab30. Santet
31
Bab31. Buhul Santet
32
Bab32. Amarah Dan Dendam
33
Bab33. Mimpi Buruk Guntur
34
Bab34. Heru Suseno
35
Bab35. Kalong Pati
36
Bab36. Benih-Benih Asmara
37
Bab37. Guntur Menggila
38
Bab38. Luka Yang Tersisa
39
Bab39. Nangka Di Dalam Perut
40
Bab40. Penunggu Kebun
41
Bab41. Khodam Leluhur
42
Bab42. Rumah Lawas
43
Bab43. Pasien Lahiran
44
Bab44. Tanda Lahir Di Bawah Pusar
45
Bab45. Anak Yang Tak Diinginkan
46
Bab46. Posesif
47
Bab47. Nawang Kusumawati
48
Bab48. Petaka Rumah Lawas
49
Bab49. Ritual Pembersihan
50
Bab50. Ritual Pembersihan 2
51
Bab51. Jawaban Trisnya
52
Bab52. Hutan Samping Klinik
53
Bab.53 Penghuni Hutan
54
Bab54. Retakan Pintu Dimensi
55
Bab55. Pernikahan Guntur Dan Trisnya
56
Bab56. Sosok Pengirim Santet
57
Bab57. Pengantin Baru
58
Bab58. Jalan-Jalan Pagi
59
Bab59. Menjemput Bapak Riko
60
Bab60. Makhluk Kiriman
61
Bab61. Ritual Penyembuhan
62
Bab62. Terbelahnya Pusaka Pakugeni
63
Bab63. Pilihan Terberat
64
Bab64. Kabar Dari Alam
65
Bab65. Keberadaan Sukma Guntur
66
Bab66. Sosok Asing
67
Bab67. Pertolongan Ular Naga Raksasa
68
Bab68. Saling Menjebak
69
Bab69. Berhasil Keluar
70
Bab70. Pusaka Dalam Sukma Nawang
71
Bab71. Ritual Pembangkitan
72
Bab72. Keputusan Guntur
73
Bab73. TAMAT

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!