Ditengah pekatnya keheningan malam, Guntur melajukan mobil dengan kecepatan penuh. Sesekali ia lihat arloji yang melingkar di tangan kirinya, berharap ia bisa secepatnya sampai ke tempat Heru dan Jagad berada.
Guntur melewati jalur pegunungan yang begitu sepi. Tak ada satupun kendaraan yang terlihat selain mobil miliknya.
Saat melewati kawasan hutan yang begitu luas, Guntur merasakan aura negatif mencoba mendekatinya.
"Khi ... khi ... khi ...." Suara melengking terdengar begitu menusuk telinga.
Guntur menoleh kearah kursi kosong dibelakangnya, namun tak ia temukan siapapun. Saat ia hendak menoleh kembali ke depan, tiba-tiba sebuah pemandangan menjijikan terpampang nyata didepan mukanya. Wajah hancur penuh darah dan nanah, nampak jelas dimata Guntur.
Guntur spontan membanting stir mobilnya ke tepi jalan. Meskipun ia telah terbiasa dengan mahluk-mahluk itu, namun tetap saja ia kaget.
Brakkkkk ...!
Mobilnya membentur tepi tebing disamping jalan. Beruntung, ia tidak membanting stir kesebelah kanan. Sebelah kanan jalan tersebut merupakan jurang yang begitu curam, jika sampai terperosok sudah dipastikan mobilnya akan hancur.
"Diancok! Demit?!" rutuk Guntur.
Saat ia menabrak tebing, mahluk itu tiba-tiba menghilang begitu saja. Mungkin karena hal seperti inilah kecelakaan maut di daerah ini sering terjadi, banyak sekali mahluk-mahluk jail yang dengan sengaja menakut-nakuti manusia.
Guntur keluar dari mobil untuk mengecek kerusakan mobilnya. Tampak bemper depan yang sedikit penyok namun tak terlalu parah.
Guntur segera kembali masuk kedalam mobil. Ia mencoba menghidupkan kembali mobilnya, namun berkali-kali ia coba, mobilnya tetap enggan menyala. Padahal jika dilihat dari kerusakannya, tak mungkin bisa membuat mobil itu sampai mogok.
Guntur keluar mengambil segenggam tanah, ia rapalkan doa-doa untuk melihat energi apa yang telah mengganggu perjalanannya. Lalu ia lemparkan segenggam tanah itu kesekitar tempat ia berdiri sembari memejamkan mata.
"Khekhekhe ... ternyata kau bukan orang sembarangan cah bagus!" ucap mahluk berwujud nenek bungkuk dengan muka separuh hancur yang bertengger tepat diatas mobil.
Guntur hanya menyunggingkan senyumnya sebentar lalu berucap, "Jangan halangi perjalananku, jika tak ingin ku musnahkan," ancam Guntur.
"Khekhekhe ... sombong sekali kau manusia! Rasakan ini!!" seru mahluk itu sembari melemparkan tongkatnya ke arah Guntur.
Krakkkkk ...!
Tongkat yang mahluk itu lempar hancur seketika oleh tangan Guntur. Tampaknya Guntur memang sedang tak ingin bermain-main.
"Aaaaakkkkhhh ... kurang ajar?!" Makhluk itu bersiap kembali mendekat dan menyerang kearah Guntur.
Guntur rapalkan doa untuk melawan mahluk itu. Dalam sekali pukulan tangan Guntur mampu mengubah mahluk itu menjadi asap dan perlahan lenyap.
"Sial ... suatu saat akan ku balas bocah?!" teriak mahluk itu sesaat sebelum menghilang.
"Sing ora kepingin dadi koyo Mak Lampir iku, minggir!" (Yang tak ingin menjadi seperti Mak Lampir itu, minggir?!) teriak Guntur pada beberapa mahluk yang diam-diam memperhatikan Guntur dari balik semak-semak, pepohonan dan bebatuan disekitar tempatnya berada.
Guntur masuk dan menghidupkan kembali mobilnya. Terlihat seorang kakek tua telah duduk dikursi samping Guntur.
"Kula tumut," (Saya ikut) ujar kakek itu tiba-tiba.
"Asal kau tak mengganggu dan memintaku melakukan kemauanmu! Aku bukan manusia yang bisa dengan mudah diperbudak mahluk-mahluk sepertimu!" tegas Guntur.
"Njih!" (Iya) ucap kakek itu singkat.
Guntur membiarkan mahluk itu tetap bersamanya, selama mahluk itu tak membawa dampak negatif untuk dirinya.
Setelah beberapa jam perjalanan, Guntur akhirnya sampai di desa yang dimaksud Jagad. Terlihat gapura desa yang bertuliskan Ds. Kramat.
Suasana begitu sunyi, sepi dan mencekam. Masih terasa residu-residu sisa pertempuran ghaib yang Guntur rasakan.
"Dia akan bangkit! Ritual Banjir Getih akan kembali terulang!" ujar kakek tua disamping Guntur.
"Apa maksudnya? Siapa yang bangkit?" tanya Guntur penasaran.
"Nyai Woro! Dia dulu adalah manusia setengan iblis yang dengan keji membunuh para gadis di desa ini untuk dijadikan tumbal. Disetiap bulan purnama kuning datang, ritual banjir getih selalu jadi momok menakutkan bagi seluruh warga sekitar. Hingga akhirnya ada yang berhasil mengurungnya di sumur kramat di ujung desa ini. Namun, sepertinya kurungannya telah dibuka seseorang!" jelas kakek itu.
"Lalu? Siapa kamu sebenarnya? Sepertinya kamu sangat mengerti dengan hal yang tengah terjadi di kampung ini," tanya Guntur.
"Namaku Karto, dulu akulah suaminya. Akulah yang mengubah wanita biasa itu menjadi iblis karena kebodohanku!" jelasnya.
Tampak penyesalan terpancar dari wajahnya yang telah renta. Ia pun mulai menceritakan kisah pilu istrinya kepada Guntur.
***
Seorang wanita dengan wajah setengah hancur akibat luka bakar, terlihat berjalan mengendap-endap mengintip ke dalam kamar. Netranya meremang, kakinya terasa lemas seketika, saat mendapati pemandangan di depan matanya.
Lelaki yang sangat ia cintai dan sayangi, lelaki yang selama bertahun-tahun menjadi suaminya, tengah asik bercumbu mesra dengan seorang gadis yang beberapa hari ini ia pekerjakan dirumahnya.
Tampak terdengar jelas des*han demi des*han dari mulut kedua manusia biadap itu dari balik pintu. Nyi Woro jatuh terduduk menahan rasa sesak didada. Hatinya begitu perih menyaksikan penghianatan oleh suami dan juga pembantu barunya itu.
Ia bangkit dengan sisa kesadarannya, ia dobrak pintu kamar pembantunya itu dengan susah payah. Hingga terlihatlah Mbah Karto yang tampak terperanjat dan melepaskan pelukannya dari Sriatun.
"Kurang ajar kau Karto?! Tega-teganya kau lakukan ini padaku Karto?!" sentak Nyi Woro.
"Kenapa? Kau tak terima? Lalu menurutmu, kamu masih bisa melayaniku dengan wajah menjijikan seperti itu?" balas Karto sembari menunjuk wajah Nyi Woro dengan telunjuknya, "Harusnya kau bersyukur, aku tak membuangmu. Aku masih mengijinkanmu tetap menjadi nyonya di rumah ini. Harusnya kau berterima kasih padaku. Sekarang, relakan aku bahagia bersama Sri yang jauh lebih bisa memuaskanku!" ujar Karto dengan begitu angkuhnya.
"Hikhikhik ... kau lupa? Siapa yang membuat wajah cantiku menjadi seperti ini? Kau lupa Karto?" Nyi Woro tampak begitu marah, "Ini ulahmu Karto! Kau yang menyebabkan wajahku menjadi seperti ini! Dan sekarang, kau malah melakukan hal menjijikan itu dengannya?" balas Nyi Woro disela isak tangisnya.
Nyi Woro merupakan seorang sinden yang cukup terpandang didesanya. Namun, ia terpaksa harus merelakan masa kejayaannya tersebut lantaran wajahnya yang cidera. Akibat tak sengaja terbakar saat bertengkar dengan sang suami yang selalu cemburu saat melihat Nyi Woro berlenggak-lenggok diatas panggung, dikelilingi banyak kaum laki-laki yang terpesona dengan wajah ayunya.
Kala itu Karto tak sengaja mendorong tubuh Nyi Woro hingga membentur meja, tintir yang terletak diatas meja pun jatuh mengenai wajah Nyi Woro hingga membakar separuh wajahnya. Sejak saat itulah Karto mulai enggan menyentuhnya.
"Cukup tutup mulut mu itu Woro?! Aku akan tetap menjadikan gadis ini milikku, kau bisa enyah dari rumah ini jika tak suka!" sentak Karto.
"Benar, pergilah! Karena aku akan segera menggantikan posisimu sebagai nyonyq dirumah ini. Kau akan kujadikan budak, jika ingin tetap dirumah ini," timpal Sriatun yang menggelayut manja di lengan kekar Mbah Karto. "Iya kan mas?"
"Iya cah ayu!" jawab Karto.
Nyi Woro tampak begitu geram dengan kelakuan kedua manusia didepannya.
"Tunggu pembalasanku! Akan kupastikan kalian dan seluruh keturunan kalian menderita, aku akan menuntut balas atas penghianatan ini?!" tegas Nyi Woro.
"Hahahahhaha ... cukup omong kosongmu Woro! Pergi! Minggat dari rumah ini?!" usir Karto sembari mendorong tubuh Nyi Woro begitu keras.
Nyi Woro berjalan terseok-seok tak tentu arah. Ia sama sekali tak memiliki kerabat ataupun saudara. Ia tak tahu harus kemana, dengan wajah menjijikan itu, tak mungkin akan ada yang membantunya.
Ia berjalan ditengah gelapnya malam menuju hutan seorang diri. Merenungi nasib buruknya yang seolah tak memberinya kesempatan untuk bernafas bebas sedikitpun. Ia bulatkan tekad untuk mengakhiri hidupnya, didekat sebuah sendang yang terkenal wingit.
Setelah sampai, Ia berdiri tepat disamping sendang. Tangannya menggenggam sebilah pisau yang siap menusuk kearah lehernya sendiri. Isak tangisnya seakan tak bisa lagi ia tahan. Ia menangis sesenggukan, menumpahkan segala rasa sakit yang menyayat hatinya.
Crusshhhhh ....
Tusukan pisau tajam itu berhasil menembus hingga kedalam leher. Ia tarik kembali pisau itu, membuat cucuran darah segar mengalir dengan begitu deras dari bekas tusukannya.
Tubuhnya ambruk membentur tanah merah dan kesadarannya pun perlahan mulai menghilang. Sebelum semua berganti gelap, samar-samar ia melihat sosok perempuan yang begitu cantik mendekat kearahnya.
"Jangan mati! Balaskan dulu dendamu, aku akan membantumu!" bisik wanita itu.
"To-tolong aku!" rintih Nyi Woro.
Terlihat wanita itu menusukan sesuatu tepat di bekas luka Nyi Woro. Darah pun mulai berhenti keluar, dan perlahan Nyi Woro sadar kembali.
"Jadilah pengikutku, maka akan ku bantu kau selesaikan dendammu!" bujuk wanita itu sembari tersenyum manis.
"Njih Nyai! Saya siap mematuhi segala perintahmu, tolong bantu saya. Bantu saya membalas penghinaan ini," ujar Nyi Woro dengan sorot mata tajam.
"Panggil aku Nyai Plorok, aku akan menyatu denganmu dan akan ku balaskan semua hinaan itu dengan hal yang lebih keji!" ujar wanita cantik itu penuh penekanan.
Nyi Woro benar-benar terbuai oleh iming-iming semu iblis wanita itu, hingga merelakan hidupnya untuk menyatu dengan Nyai Plorok sepenuhnya.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Sari N
seru banget kak Nahan. bikin nagih. 👻🫣
2023-08-16
1
Berdo'a saja
itulah yang namanya nafsu hanya melihat fisik semata di saat rupa tidak lagi elok dipandang maka musnah juga kesetiaan
2023-06-02
3
@ ubaydah_*😄
oh,,gitu awalnya kisahnya
2023-05-30
2