Riri bertempur sembari me lantunan sholawat membuat seseorang di balik selimut terusik,menutup telinga menggunakan bantal dan bahkan semakin membenamkan tubuh dalam selimut untuk mencari kenyamanan namun nyatanya tetap terusik dengan suara yang sebenarnya bersenandung dengan indah.
“Sial. Siapa yang berani berani mengusik pagiku”Ucapnya sembari menghempaskan selimut dan berlalu keluar ruangan pribadinya.
“Siapa kamu?”tanyanya mengejutkan Riri membuat aktivitasnya terhenti dan berbalik mengeluarkan jurus tak terkira hingga kanebo mengenai pinggang laki-laki yang sekarang berada dihadapannya.
“Kamu. Mau mencuri iya. Ingat mengambil hak orang lain itu dosa,Jika kamu mau kamu bisa meminta atau bekerja. Kasihan keluargamu apalagi anakmu”omelnya tampak menghentikan serangan membuat sang laki laki makin meradang.
“Mencuri, Anak.Menikah aja belum apalagi sampai punya anak”jawabnya dengan suara yang tak teratur.
“Kamu bilang apa.Jangan bilang kamu pura pura asmanya kambuh. Aku tidak akan tertipu. Keluar sebelum Ceo marah.Ruangan ini tidak sembarang orang yang bisa memasukinya”lanjutnya mengomel menghiraukan laki-laki dengan bibir pucat.
“Ni uang, meski sedikit ini lebih baik daripada mencuri”lanjutnya membuat sang laki-laki mengulurkan tangan bukan untuk menerima pemberian melainkan meminta bantuan.
Tubuh lemas terkulai di lantai membuat bola mata Riri membulat antara percaya atau tidak, Menarik baju,hingga rambut, mencoba membangunkan tapi nyatanya tak mendapat respon apapun.
“Innalillah. Apa dia meninggal, Aku harus bagaimana?”paniknya.
Dering ponsel menghentikan kemudi mobil,dahi berkerut melihat identitas pemanggil, meski tugasnya leih penting Bian tak mampu mengabaikan panggilan.
“Ada Apa Riri?”tanyanya.
“Assalamu’alaikum. Pak, Riri membunuh orang” jawabnya membuat Bian ketularan panik.
“Membunuh orang. Riri Bercanda kan?” tanyanya berusaha mengontrol diri.
“Riri memukul orang menggunakan kanebo hingga Meninggal,Mayatnya terlentang di depan Ruang pribadi Ceo”jawabnya lagi membuat Bian bernapas lega atas jawaban yang tak masuk akal.
“Riri. Tarik nafas melalui hidung,kemudian buang perlahan melalui mulut”ucapnya memberikan instrumen membuat Nafas Riri jelas terdengar.
“Jangan kemana-mana tunggu sampai aku datang”lanjutnya berucap membuat Riri mengangguk meski tak terlihat.
“Dasar Bandel. Aku cari dimana mana ternyata enak enakan tidur”Umpatnya mengetahui siapa gerangan yang dikira meninggal.
Kendaraan memutar arah membelah jalan. Lalu bagaimana dengan Riri?.Riri masih setia dalam Ruangan dengan penuh kecemasan sembari berucap tak tentu arah melihat tubuh tak berdaya di hadapannya.
“Bagaimana kalau kamu masuk pancaran. Paman pasti Marah. Appa pasti kecewa dan Umma pasti bersedih,Ya Allah. Riri harus bagaimana?”ucapnya pada diri sendiri hingga pintu terbuka menampakkan wajah lelah sekaligus cemas.
“Pak..”ucapnya ter jeda oleh suara laki laki yang sedang menghampirinya.
“Bian, Riri.”Ucapnya sembari menopang tubuh tak berdaya.
“Pencuri itu mau dibawah kemana,Ceo Akan marah”ucapnya menghentikan langkah Bian yang sudah berada di daun pintu.
“Riri. Dia bukan pencuri. Dia Alana Saputra,Anak sulung direktur Utama. Ceo ILA”jawabnya berlalu tanpa mempedulikan wajah Riri yang melongo.
“Riri. Sampai kapan kamu Berdiri cepat kemari,Temani Alan”lanjutnya berucap.
“Bian mau ke mana. Mau menghubungi polisi?” tanyanya saat baru tiba di tempat tidur dan melihat Bian hendak berlalu.
“Ririani. Alan tidak meninggal jadi untuk apa aku menghubungi Polisi. Aku mau menghubungi dokter pribadinya Alan”Ucapnya jengkel sembari mengotak atik ponselnya dan memberitahu untuk datang ke Kantor,Sekarang.
“Ceo ILA. Subhanallah,Tamat riwayatmu Riri”batinnya tapi mampu di tebak oleh bian yang baru mengakhiri panggilan.
“Riri. Alan akan menjadi ujian terberat mu selama enam bulan ke depan”Ucapnya membuat Riri semakin dilanda kecemasan.
“Bian. Kenapa Pak Alan belum sadar juga apa Dia Me..”ucapnya mengutarakan salah satu kecemasannya.
“Sudah Aku bilang Alan tidak meninggal melainkan Pingsan”jawabnya
“Pingsan?”ucapnya penuh tanda tanya.
“Entar Riri tahu jawabannya”jawabnya.
“Lama banget”umpatnya saat melihat menit telah berlalu.
Menit telah berlalu laki-laki seumuran Bapak direktur utama datang membawah alat medisnya bersamaan dengan orang nomor satu di ILA.
“Kenapa bisa Alan seperti ini?”tanya sang dokter dengan suara tegas membuat Riri menunduk takut yang tak luput dari pantauan Bian.
“Arol.Periksa saja. Dasar Anak Bandel”Ucap sang Direktur Utama.
"Anak bandel itu Anak Sulung mu Lana”jawab sang Dokter sembari memeriksa Pasien rawat jalannya.
"Bian Bukankah tugas utamamu menjaga Alan.Mengapa penyakitnya bertambah parah”lanjutnya berucap membuat Bian melirik wanita yang susah payah mengumpulkan keberanian.
“Maaf Dok. Riri yang salah”jawabnya membuatnya menjadi pusat perhatian.
“Riri mengira Pak Alan pencuri..sehingga memukulnya menggunakan kanebo”lanjutnya menjelaskan membuat sang Dokter memandangnya penuh tanda tanya.
“Arol.Jangan menakutinya. Dia sekertaris Pribadinya Anak Bandel. Nak Riri tidak tahu apa apa”ucapnya menjawab pertanyaan dalam benak sang Dokter.
“Nak Riri. Sejak kecil Alan memiliki Asma dan sangat sensitif terhadap debu Sehingga keluarganya sangat menjaga kebersihan dan itupun diterapkan Alan hingga kini. Sebagai sekertaris pribadinya,harus mengetahui kondisinya”jelas sang Dokter.
“InsyaAllah Dok. Maaf”jawabnya masih penuh penyesalan.
“Anak bandel emang pantas mendapat ganjaran. Orang sibuk mencarinya mala enak enakan tidur. Dikira Ruang Pribadi itu Hotel”Ucapnya dengan nada setengah jengkel.
“Marah tandanya sayang.Saya permisi dulu”ucap sang Dokter dengan sumbringan menyaksikan sahabatnya masih gengsian diusia senja.
“Aku bisa pulang sendiri Bian. Tugas utamamu Dia”lanjutnya berucap mencegah niat Bian untuk mengantar .
“Bian. Beritahu Paman jika Anak Bandel itu sadar.Paman harus pulang ke rumah di tungguin Adiknya Arol”ucapnya mengalihkan pandangan dari anaknya
“Siap Paman.Pulanglah sebelum Aunty Marah”jawabnya penuh canda tapi belum mampu membuat mengurangi rasa bersalah Riri.
“Nak Riri. Udah jadi kebiasaan.Tetapi Harus jadi manusia bertanggung jawab”ucapnya sebelum benar benar berlalu meninggalkan tiga orang berbeda keadaan.
”Riri jangan melamun mulu Nanti otak berlian mu eror”ucapnya mencoba mencairkan suasana tetapi hanya mendapatkan tatapan kosong.
“Belum ada sejarah orang meninggal karena dipukul kanebo”lanjutnya berucap sembari tertawa renyah membuat Riri sadar akan kebodohannya dan untuk menutupinya beralih ke tempat duduk dan memantau korbannya yang tidak lain adalah atasannya sendiri.
Rumah bergaya Amerikan clasik menjadi hunian bagi petinggi ILA.Harta,Tahta,Keluarga sudah dimiliki dengan utuh tetapi tidak ada yang sempurna di dunia ini begitupun dengan keluarga Lana. Meski memili sepasang Anak, laki-laki perempuan tetapi yang harusnya menjadi penerus mala bertindak sesuka hati tanpa arah dan tujuan.
“Daddy, Kak Alan di mana. Dari kemarin enggak pernak kelihatan batang hidungnya”tanya sang anak bungsu saat santai di ruang keluarga
“Di kantor. Tenang saja Kakakmu dikawal dua sekertaris sekaligus” jawabnya.
“Really.Sekertaris Baru Kak Alan uda kerja. Gimana Cantik?”tanyanya antusias.
“Cantik uda biasa yang penting. Cerdas dan punya mental yang kuat dan yang utama tidak ganjen seperti wanita sebelumnya”jawabnya membuat sang anak mengacungi jempol.
“Mommy masih penasaran. Mengapa Deddy Menerima Anak magang terlebih lebih menjadikan sekertaris pribadi untuk Alan?”tanya wanita berumur tapi tak dimakan usia,Kerudung yang menghias kepalanya menambah kecantikannya di usia senja.
“Daddy enggak perna salah menilai orang”jawabnya penuh makna terselubung membuat orang tersayangnya tambah penasaran apalagi ditambah senyum misteriusnya.
“Daddy. Jangan Bilang Kak Alan mau di jodoh kan dengan sekertaris barunya”tebak sang anak membuat senyuman makin terlihat.
“Elana. Emang Wanita berprestasi mau sama laki laki bandel seperti kakakmu. Jika mau Daddy akan sangat bersyukur”jawabnya membuat sang anak manyung.
“Daddy… Mommy”ucapnya terlihat gemes di mata orang tuanya.
Saudara sekandung tetapi memiliki perbedaan karakter Elana Saputri, Wanita muda penuh keceriaan dan menjadi pencair suasana sementara Alana saputra, laki-laki bebas yang menjadi pembuat onar. Tetapi diantara perbedaan tersebut satu hal yang menjadi persamaan yaitu sama sama sangat penurut terhadap Mommy nya.
“Elana sayang, Biarkan Daddy mu bungkam. Entar Mommy pasang mata mata”jawabnya membuat sang anak tersenyum bahagia.
“Mommy Is the bast”jawabnya sembari mengecup pipi Mommy nya kemudian berlari menuju kamarnya.
“Daddy Hutang penjelasan kepada mommy”ucapnya penuh penuntutan.
“Suatu saat Daddy akan memberitahu Mommy.tunggu waktu yang tepat”jawabnya.
“Meski Alan selalu membuat onar ,Dia tetap anak kita.Mommy selalu mendoakan yang terbaik untuk Alana dan Elana”ucapnya dengan penuh harapan.
“Daddy selalu melakukan yang terbaik untuk kalian”ucapnya membuatnya mendapat pelukan kemudian cubitan.
”Awas aja kalau hanya manis Di mulut. Jangan sampai Daddy melukai Anakku”lanjutnya berucap penuh ancaman.
“Mereka bukan hanya Anakmu tetapi Anakku juga. Termasuk Anak bandel”ucapnya tak mau kalah.
“Daddy menyayangi mereka seperti menyayangi orang yang telah melahirkannya”gombalnya membuat Mommy tersipu malu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
R.F
3like hadir kak semangat, baru ada lagi tombol likenya
2023-06-03
0
Bunda dinna
Namanya mirip,,bacanya harus pelan2
2023-06-02
0