3.PERUSAHAAN IMPIAN

Cahaya mentari menembus cakrawala kamar dimana sang pemilik berdiri di depan cermin memastikan apakah seragam hitam putihnya sudah terpasang dengan rapi pada tubuh rampingnya. Senyum mengembang memperlihatkan deretan gigi putih pertanda puas akan karyanya.

Pintu diketuk oleh seseorang wanita siapa lagi kalau bukan Cika membuat Riri membuka pintu serta mempersilahkan masuk membuat Cika dengan senang hati menerima tawaran. Mata Cika Menangkap jejeran Buku Pendidikan tentang Manajemen di meja belajar.

“Kamar Anak gadis Berprestasi emang beda, Bukan Koleksi Make Up melainkan Buku Pendidikan. Good Job My Riri”Ucapnya sembari mengacungi jempol namun detik kemudian beralih melihat asal dering Call di dalam tas ransel bermerek Gucci.

“Maaf Cika Aku terima panggilan dulu”ucapnya tanpa meninggalkan tempat.

“Enggak ada yang larang yang penting enggak lama ia entar kita telat.” jawabnya membuat Riri tersenyum kemudian menerima panggilan yang ternyata Video Call dari orang yang sangat mencintainya.

“Assalamu’alaikum Ri”ucapnya dengan senyum..

“Waalaikumussalam Bang Hidayat”jawabnya sembari memencet tombol speaker membuat percakapan mampu ditangkap jelas oleh kuping wanita yang baru saja duduk di kursi belajar.

“Ri, Sudah mau berangkat magang iya?”tanyanya sebab melihat penampilan wanita impiannya.

“Iya bang. Harus berangkat pagi-pagi supaya bisa On Time”

“Planning yang bagus. Kalau begitu lain waktu kita lanjut, Jaga diri baik baik di sana, Tetap utamakan kesehatan jangan sampai telat makan”ucapnya membuat Cika menerkanerka apakah teman barunya komunikasi dengan Kakak atau kekasihnya.

“Ia Bang insyaAllah. Titip salam pada Ibu dan Ayah”Jawabnya.

“Iya InsyaAllah. Ingat pesan Abang”Ucapnya kemudian dilanjutkan salam dan jawab salam sebagai pertanda panggilan telah berakhir.

“Ri. Kakakmu iya?”tanyanya yang hanya dijawab senyum.

“Ri Lest Go. Uda jam 7:06 WIT”ucapnya pada sembari melihat jam tangan yang terletak di sisi kanan.

“Yuk Cika,Sorry ia”jawabnya sembari meninggalkan kediamannya.

“Ri, Bisa kan mengendarai motor?”tanya pada saat sudah di garasi tepatnya di samping motor berwarna..

“InsyaAllah Bisa, Emangnya kenapa Cika?”ucapnya kembali mengajukan pertanyaan yang di balas oleh pertanyaan pula.

“Punya SIM (Surat Izin Mengemudi)”tanya membuat Riri mengangguk.

“Ok. Kalau gitu Kamu aja yang bonceng aku ia, tenang aja entar aku pandu”ucapnya sembari memberikan Kunci dan Helm senada dengan motornya.

Senin adalah hari terpadat di Ibu kota membuat sang pekerja dilanda kemacetan termasuk Riri dan wanita dibelakangnya yang sedari tadi berbicara tanpa henti entah memperkenalkan bangunan yang dilewati, menunjukkan jalan atau mengumpat karena kemacetan yang penuh dengan polusi sementara Riri hanya mengangguk, mengikuti arahan dan sekali beristigfar sembari berdoa agar ia sampai sebelum waktu kerja.

“Akhirnya sampai juga, ingin rasanya punya mobil agar kerudungku tetap aman”Ucap sembari memperbaiki penampilan terutama kain yang menutupi kepalanya.

“Cika, Nanti kalau naik mobil Pribadi menambah skor kemacetan, lagian Cika tetap Cantik” jawabnya setelah membuka helm.

“Riri bisa aja ternyata enggak sekalem pertama bertemu. Yuk masuk. Keliling dulu mumpung masih ada 20 menit waktu senggang”jawabnya sembari berlalu dari parkiran.

Bangunan pencakar langit benar terpampang nyata di depan mata Riri membuat sang pemilik tersenyum tiada henti. Meski hari terlalu dini, sudah terdapat karyawan yang berlalu lalang entah itu sekedar bersantai, menjalankan atau menyelesaikan tugas.

Mobil Sport berwarna Silver terparkir dengan rapi di parkiran khusus membuat sang empunya membuka pintu menampilkan sepatu bermerek ternama berserta penampilan rapi Dasi Hatam, Baju Putih Tertutup Jas Biru Tua yang senada dengan celana, membuat para penghuni menunduk penuh hormat yang di balas dengan senyuman rama hingga Mata menangkap kehadiran wanita yang tak asing baginya. “Mutiara Ririani Fatimah Ayubi”ucapnya setelah berada di belakang dua wanita yang sedang memandang lekat puncak gedung di hadapannya.

“Ia”jawabnya sembari berbalik arah ke asal suara membuat dahi Riri berkerut penuh heran sedangkan Cika menunduk penuh hormat membuat Riri dibalut pertanyaan akan siapa sosok di hadapannya.

“Mutiara Ririani Fatimah Ayubi Mahasiswa Magang dari kampus Mulawarman Samarinda?”ucapnya memastikan.

“Iya dengan saya sendiri. Maaf anda siapa, mengapa mengetahui identitas saya?”tanya tanpa mempedulikan kode dari Cika lewat cubitan singkat di pinggangnya .

“Ternyata Lebih cantikan Asli ketimbang fotonya”Jawabnya membuat Riri mengumpat dalam hati

“Buaya darat”gumam nya tanpa lepas memandang lekat laki-laki yang sedang tersenyum.

“Aku tahu Aku tampan tapi daripada terus memandangku lebih baik kamu ikut denganku keruangan CEO”ucapnya melewati dua wanita yang beda ekspresi.

“Ruang CEO?. Maaf anda siapa?”tanyanya lagi membuat Cika membisikan sesuatu di telinga Riri yang langsung membuat Riri membulatkan mata.

“Sekertaris CEO,Bukankah sekertaris CEO ILA seorang wanita”tanya membuat laki-laki yang dipandang kembali menghampiri dua wanita dengan senyum penuh pesona.

“Ali Bian. Sekertaris Ceo yang baru bekerja 5 hari yang lalu”jawabnya memperkenalkan diri sembari mengulurkan tangan membuat Riri otomatis menunduk sembari meletakkan tangan kanan tepat di dadanya.

“Maaf Pak Ali Bian atas kurangnya pengetahuan saya”jawabnya dengan Formal membuat Bian tertawa terbahak-bahak.

“Pak. Aku tidak setua itu. Tidak usa terlalu Formal jika bukan di jam kerja” Jawabnya tanpa menyadari langkah seseorang yang sedari tadi Duduk di kursi kebesarannya memantau lewat CCTV.

“Mutiara Ririani Fatimah Ayubi. Selamat menjadi bagian ILA”ucapnya membuat tiga orang tersadar dan langsung menundukkan kepala penuh hormat.

“Terima Kasih Pak Direktur”ucapnya setia pada tempatnya.

“Sampai kapan kamu berdiri di sana?Masuk atau di pecat sebelum bekerja”ucapnya berbalik setelah mendahului semua orang.

“Maaf Pak”jawab Riri mengikuti langkah Direktur utama dan Sekertaris Ceo.

Memasuki Pintu utama menampilkan Ruangan luar biasa tak kalah dengan sampulnya membuat Riri benar benar takjub tanpa mempedulikan tatapan beberapa orang yang bertanya tanya siapa gerangan wanita yang datang bersama Cika,dan ada pula mengatainya kampungan.

Telinga Direktur utama setajam otaknya sehingga mampu mendengar Rumpian para bawahannya. Aura Pemimpin tak termakan usia membuat siapa saja melihatnya terpaku penuh kagum dan hormat meski mata elangnya mampu membekukan tapi tetap saja perusahannya mampu bersahabat dengan banyak pihak.

Kaki berhenti melangka membuat semua bawahan yang sedari tadi berjejeran menyambut pemimpin penuh suka kini berganti dengan debaran jantung yang tak menentu akibat mengira atasannya menemukan cela pada bawahan. Tapi tidak dengan Bian yang santai dan bahkan bertanya tanya dalam hati apa rencana terselubung oleh Atasan utamanya.

“Kamu. Let”s Me Go!”ucapnya sembari menunjung seorang wanita yang berada diantara Bian dan Cika membuat semua memandang kearah yang di tunjuk.

“Maaf. Saya Pak”ucapnya sembari menunduk diri sendiri.

“Kemari atau kembali dengan tangan kosong”ucapnya membuat yang di tujuh mengumpulkan keberaniaan.

“Bismillah Riri. Kamu pastinya”ucapnya pada diri sendiri.

Berbagai pasang mata memandang setiap langkah Riri yang menghampiri Atasan utamanya. Ketegangan jelas terasa meski pada dasarnya sang Atasan Utama membungkus senyum dengan wajah tegasnya.

“Angkat kepalamu, Jangan menunduk”ucapnya membuat para bawahan terutama Riri mengikuti arahan yang lebih tepatnya perintah.

“Perusahan ILA hanya menerima orang-orang pilihan yang memiliki kompetensi, Prestasi dan terpenting Budi Pekerti yang baik. Jadi barang siapa yang me rumpi di jam kerja silahkan angkat kaki. ILA tidak membutuhkan orang yang hanya tahu mengoreksi orang lain tapi tidak tahu intropeksi diri”ucapnya membuat semua menundukkan kepala kecuali Bian dan Riri.

“Perkenalkan dirimu!”ucapnya membuat Riri yang di tujuh langsung melaksanakan perintah dengan sebaik mungkin.

“Bismillah…Selamat Pagi semuanya, Perkenalkan saya Mutiara Ririani Fatimah Ayubi bisa dipanggil Riri. Mahasiswa Magang dari kampus Mulawarman Samarinda Fakultas Manajemen. Mohon bimbingan dan kerjasamanya”ucapnya memperkenalkan diri membuat semua yang awalnya memandang rendah beralih memandang penuh takjub.

Ruangan yang awalnya sunyi penuh ketegangan berubah menjadi bising akibat suara para karyawan yang saling membisik yang mengatakan Dia wanita magang yang viral kemarin dan Para laki-laki mengatakan Berprestasi, Sholehah, Anggun cantik alami. Istri idaman.

“Cukup Perkenalannya. Kembali bekerja. Sekarang!”ucapnya membuat para karyawan bertaburan ke tempat kerja masing masing kecuali Bian dan Riri.

“Bian antar Riri keruangan ku, Sekarang!”ucapnya lagi membuat Riri terbangun dari pikiran akan pekerjaannya yang belum ia ketahui.

“Riri..ikut saya keruang Direktur Utama!”ucapnya kemudian menyusul atasan utama yang suda berada di Lift pribadi.

“Masuk!”ucap sang Direktur utama saat melihat Riri berhenti melangkah tepat di depan pintu Lift.

Riri masuk sembari menunduk penuh hormat kemudian berdiri di sisi kanan Bian tepatnya di belakang Direktur Utama. Bian menekan tombol 12 membuat Lift membawah tiga orang ke lantai paling atas yang tidak semua orang mampu menginjakkan kaki di sana sebab hanya orang penting yang memiliki hak istimewa untuk berada satu gedung dengan Sang atasan utama.

Terpopuler

Comments

Bunda dinna

Bunda dinna

Nama Riri panjang amat tapi bagus

2023-06-01

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!