BAB 5 HUBUNGAN ITU TIDAK BISA LAGI DILANJUTKAN

Sudah beberapa hari lamanya Raihan dan Melinda tidak lagi bertemu semenjak pertemuan mereka malam itu. Lebih tepatnya Melinda yang tidak lagi datang menemui Raihan.

Karena Raihan tidak perduli lagi dengan keadaan gadis itu yang telah mengkhianatinya. Bahkan Raihan merasa senang tidak direcoki lagi oleh Melinda.

Dia sebenarnya tidak mau lagi bertemu dengan Melinda karena dia sudah melupakannya. Dalam artian dia sudah tidak mencintainya lagi. Tapi bukan berarti dia membencinya.

Akan bahaya juga kalau sampai Melinda menemuinya lagi, apalagi sering-sering. Ditakutkan nantinya pacar Melinda yang bernama Miko itu akan mengetahuinya.

Kalau sampai terlihat oleh Miko Melinda bertemu dengan Raihan, tentu dia akan berhadapan dengan si Miko. Kalau sudah sampai begitu, tentu masalahnya akan panjang.

Bukan berarti dia takut kepada Miko kalau seandainya Miko mengajak berantem. Raihan hanya ingin menghindari bermasalah dengan orang kaya. Yang ujung-ujungnya pekerjaannya yang akan menjadi terancam.

Akan tetapi baru beberapa hari Raihan tidak diganggu oleh bayang-bayang Melinda, wujud gadis itu mendatanginya lagi ke kafe tempatnya bekerja.

Saat itu Raihan yang mendapat giliran kerja shift siang telah pulang dari kerja pada sore hari. Seperti biasa dia hendak pulang ke kos-kosannya bersama Bayu.

Namun Melinda sudah menemuinya di depan kafe. Lebih tepatnya mencegatnya. Dan dia datang seorang diri, tanpa Friska menemani.

Sebenarnya Raihan tidak mau menemui Melinda dan menolak untuk berbicara. Baginya tidak ada artinya lagi mereka berbicara tentang masalah mereka karena sudah tidak ada hubungan.

Semua sudah berakhir saat Melinda meminta putus dengannya setahun yang lalu.

Namun Bayu menasehatkan yang terkesan menyuruh agar Raihan menemui saja gadis itu. Dan mendengarkan apa yang gadis itu mau bicarakan.

Dengan terpaksa akhirnya Raihan mau bertemu dan berbicara dengan Melinda. Tapi dengan ketentuan tidak ada kata balikan di antara mereka.

Betapa gembiranya hati Melinda bahwa Raihan mau menemuinya dan mau mendengarkan penjelasannya. Walaupun merasa agak kecewa Raihan mensyaratkan untuk tidak membahas tentang balikan.

Padahal Melinda sudah merencanakan, setelah menjelaskan semuanya yang dia tutup-tutupi selama mereka pacaran dulu, dia akan minta balikan kepada Raihan.

Tapi dia tidak mempermasalahkannya dulu. Hal itu nanti saja dia pikirkan. Yang penting Raihan mau mendengarkan penjelasannya kenapa dia minta putus tempo hari.

Agar lebih enak dan lebih santai mereka ngobrol, Melinda mengajak Raihan ke taman. Dan Raihan mengikuti saja tanpa berniat untuk membantah.

Perlu diketahui bahwa semenjak dari kafe hingga Raihan membawa Melinda ke taman kota dengan motornya, Raihan amat irit dalam berbicara. Itupun cuma sepatah dua patah. Itupun kalau ditanya oleh Melinda.

Namun hal itu sudah membuat Melinda bahagia. Sekian lama tidak bertemu dengan Raihan, pemuda yang masih dicintainya itu, membuat rasa rindunya sudah tak terbendung lagi.

Sekarang dia sudah bertemu dengan Raihan. Maka momen ini dia tidak akan menyia-nyiakan. Dia akan meluapkan rasa rindunya yang selama ini memenuhi relung jiwanya.

"Mas Rai...," panggil Melinda bernada lembut.

Sementara senyum manisnya selalu terukir di sepasang bibir legitnya. Selalu menghiasi wajah cantiknya semenjak dari kafe tadi hingga mereka tengah berjalan santai di taman ini.

"Ya...," sahut Raihan singkat.

Nadanya biasa saja, bahkan terkesan datar. Sedapat mungkin dia jangan terpengaruh dengan sikap lembut gadis itu.

Cinta yang pernah menyala dalam dirinya yang sempat menyinari Melinda dulu, namun sekarang telah padam, jangan sampai menyala kembali hanya karena tergoda rayu manja gadis itu.

"Ngomong dong!" pinta Melinda merajuk manja. "Jangan diamin aku kayak gitu terus! Aku 'kan jadi BT...."

"Bukankah situ yang mau bicara?" kata Raihan masih menanggapi dengan biasa. Tapi aksen jawanya tidak lepas. "Saya hanya sebagai pendengar saja. Tidak ingin lebih."

"Ya basa-basi dulu kek. Nanyain kabarku gimana gitu."

"Mbak Melinda sudah bahagia dengan pacar Mbak, apa yang harus saya tanyakan?"

Sebenarnya perkataan itu amat perih untuk diucapkan. Namun Raihan berusaha sedapat mungkin agar tidak terbawa perasaan. Jadi terdengar biasa saja, terkesan datar.

★☆★☆

Seketika Melinda melangkah cepat ke depan Raihan sambil menghadap pemuda itu. Berhenti di situ dan menghentikan langkah Raihan dengan memegang kedua tangannya.

Tentu saja Raihan terkejut dengan perbuatan Melinda yang tiba-tiba itu. Dia yang sedari tadi melengos, tidak ingin memandang wajah cantik Melinda, akhirnya dengan refleks jadi memandang wajah gadis itu pula.

Maka Raihan dapat melihat wajah cantik gadis itu dengan jelas karena jaraknya kurang dari 2 jengkal.

Dilihatlah senyum gadis itu yang pernah meneduhkan dan menyejukkan jiwanya. Berpadu dengan mimik rajuk manjanya yang pernah membuatnya selalu rindu ingin bertemu.

Senyum manis mengalahkan madu menyatu dengan rajuk manja bak puteri jelita yang terlukis dekat di depan wajahnya, akankah Raihan masih mampu mempertahankan pendiriannya?

Kalau begini terus bisa-bisa benteng pertahanannya menjadi bobol. Maka dengan cepat dia melengos ke arah lain. Tidak mau larut memandang lukisan yang indah itu.

"Mas Rai..., bisakah ngomong aku kamu-aku kamu aja?" pinta Melinda dengan rajuk manjanya penuh rayu-rayu menggoda. "Biar kesannya kita kayak bukan orang lain gitu. Ya, please!"

"Kita memang sudah menjadi orang lain, Mbak," kata Raihan dengan sedikit perubahan pada nada suaranya karena masih terpengaruh daya pesona gadis itu saat memandangnya tadi. "Hal itu tidak bisa dipungkiri."

"Itu kamu, Mas Rai. Tapi aku belum bisa nganggap kamu orang lain. Please! Biar aku bahagia kali ini aja!"

"Bukankah Mbak sudah bahagia dengan pacar Mbak itu?" kata Raihan cepat kembali datar. "Kenapa mesti mencari kebahagiaan kepada orang lain?"

"Jujur, aku nggak pernah bahagia sejak pisah ama kamu," ungkap Melinda. "Jadi please, biarin aku bahagia ama kamu kali ini, ya!"

"Maaf, Mbak, tolong lepaskan tangan Mbak!" bukan menanggapi permohonan Melinda, Raihan malah menegur gadis itu yang masih memegang tangannya. Masih juga wajahnya melengos ke lain arah.

Perlahan Melinda melepas tangannya yang mencekal lembut kedua tangan Raihan. Lalu mundur satu langkah ke belakang. Tapi sepasang matanya yang sendu belum mau lepas menatap pemuda itu.

Sementara wajah cantiknya, yang tadinya melukiskan senyum manis penuh bahagia, kini terselubung mendung kesedihan.

"Kenapa kamu bilang kalau aku udah punya pacar?" tanya Melinda seakan menguji. "A-apa kamu udah lihat... kalau aku jalan ama cowok lain...?"

"Saya tidak mungkin mengatakan demikian kalau tidak melihat sendiri," ungkap Raihan masih bernada datar.

"Saya melihat Mbak bersama lelaki lain sewaktu Mbak masih tinggal di Surabaya," lanjutnya. "Padahal waktu itu kita masih berpacaran."

Mendengar penuturan Raihan itu membuat Melinda makin bersedih hati. Makin dalam terpuruk dalam penyesalan. Melahirkan perasaan bersalah yang membuatnya makin merasa malu terhadap Raihan.

Rupanya Raihan sudah tahu kalau dia telah menjalin hubungan dengan Miko, pemuda pilihan orang tuannya. Namun....

"Napa kamu nggak ngomong kalau kamu ngeliat aku selingkuh? Napa kamu nggak negur aku?"

"Saya ini siapa, Mbak, berani-beraninya menegur anak orang kaya seperti Mbak?" kata Raihan mengungkapkan sikap mengalahnya. "Saya cukup sadar diri."

"Saya hanya bisa bersabar dan berdoa semoga suatu saat Mbak dapat menyadari kekeliruan Mbak," lanjut Raihan.

"Tapi... saya sudah beberapa kali melihat Mbak bersama lelaki itu..., dan sepertinya Mbak tampak begitu bahagia bersamanya...."

"Maka saya jadi berpikir, kenapa saya begitu bodoh masih bertahan bersama wanita yang telah mengkhianati cinta dan kesetiaan saya yang begitu tulus?"

"Seharusnya dari awal saya menyadari kalau anak orang kaya seperti Mbak pastinya akan memilih anak orang kaya juga. Bukan memilih pemuda miskin seperti saya."

Mendung kesedihan makin membungkus wajah cantik Melinda yang semakin pilu mendengar semua curhatan Raihan yang panjang lebar itu. Hingga tanpa bisa lagi menahan air matanya yang bergulir di kedua pipinya.

"Nggak kayak gitu, Mas Rai, nggak kayak yang kamu bayangin," bantah Melinda di tengah linangan air mata kesedihan, seolah hendak menjelaskan yang sebenarnya. "Kamu salah paham terhadapku."

"Terus bagaimana kalau begitu?" tanya Raihan memberi keluasan bagi Melinda untuk berargumentasi. "Kenapa Mbak mengatakan kalau saya salah paham?"

"Perlu kamu tahu kalau aku mencintaimu itu tulus," aku Melinda. "Bahkan hingga saat ini rasa cintaku padamu nggak bisa hilang."

"Tapi di sisi lain aku nggak bisa ngebantah kehendak orang tua aku," lanjutnya, "yang jodohin aku dengan cowok pilihan mereka."

"Aku terpaksa nerima pilihan mereka, Mas Rai, meski aku nggak cinta ama dia...."

Sejenak Melinda berhenti bertutur seakan mengambil napas. Namun derai air matanya terus saja mengalir meski sudah beberapa kali disusut dengan jemarinya.

Sedangkan Raihan masih diam, seolah tidak mau menyela penuturan Melinda. Sekaligus pula memberi kesempatan pada gadis itu untuk berbicara sepuasnya.

★☆★☆

"Perlu kamu tahu juga sebenarnya aku udah nggak tahan dengerin orang tuaku yang terus ngehina status kamu," lanjut Melinda setelah beberapa detik terdiam. "Aku kasihan ama kamu, Mas Rai."

"Makanya aku ngerencanain untuk putus aja ama kamu, dan berusaha nerima pilihan orang tua aku. Dan... akhirnya aku minta putus ama kamu."

"Saya rasa perpisahan yang terjadi di antara kita itu lebih bagus, bahkan baik untuk diri kita masing-masing," kata Raihan memberi komentar.

"Sebenarnya, saya malah merasa senang Mbak Melinda minta putus dengan saya. Dengan begitu saya tidak punya beban lagi."

"Tapi jujur, Mas Rai, aku nyesal minta putus ama kamu," aku Melinda. "Karena nyatanya aku masih mencintai kamu dan nggak bisa ngelupain kamu."

"Bukankah Mbak mengatakan kalau akan melupakan saya selamanya, sehingga Mbak juga menyuruh saya untuk melupakan Mbak?"

"Aku nggak sungguh-sungguh ngucapinnya waktu itu, Mas Rai. Dan semua apa yang aku ucapin waktu kita putus dulu juga nggak sungguh-sungguh. Aku terpaksa. Namun nyatanya aku nggak bisa ngelupain kamu."

"Semua sudah terjadi, Mbak," kata Raihan mencoba menasehati. "Mbak sudah mengatakan akan melupakan saya, seharusnya Mbak konsisten dengan ucapan Mbak. Terlepas, Mbak bersungguh-sungguh atau tidak."

"Saya harap Mbak bisa menerima kenyataan kalau kita memang tidak berjodoh," lanjutnya. "Karena perbedaan status di antara kita."

"Kalau toh hubungan kita akan berlanjut, tetap saja tidak akan bertahan lama karena keluarga Mbak menentang keras hubungan kita...."

"Sementara Mbak masih condong mengikuti kemauan orang tua Mbak, tanpa mau bertahan dengan komitmen yang kita buat dulu."

"Aku minta maaf, waktu itu aku sedang kalut, Mas Rai," kata Melinda mencoba minta pengertian. "Aku akuin aku salah. Tapi...."

"Tapi sekarang aku sadar seharusnya aku tetap pertahanin hubungan kita.... Aku masih mencintaimu, Mas Rai. Tolong bantu aku agar hubungan kita tetap bertahan...."

"Kamu tenang aja, masalah orang tua aku menentang hubungan kita itu urusan aku, aku nanti akan pelan-pelan beri pengertian pada mereka agar mau nerima hubungan kita...."

"Sudahlah, Mbak, tidak usah lagi melakukan perbuatan yang sia-sia!" kata Raihan bernada tegas. "Hubungan kita sudah berakhir sejak setahun yang lalu. Tidak bisa lagi dilanjutkan dan tidak akan bisa dipertahankan."

"Lagi pula saya sudah tidak mencintai Mbak lagi... sebagaimana permintaan Mbak terhadap saya. Jadi, sia-sia saja kalau Mbak masih mencintai saya."

Air mata Melinda makin deras mengalir mendengar ucapan Raihan barusan. Ucapan itu benar-benar menghantam perasaan amat keras. Hingga dia tidak bisa berkata-kata lagi.

Sungguh dia termakan dengan ucapannya sendiri bagai senjata makan tuan.

"Aku minta maaf, Mas Rai...," dia hanya bisa mengucapkan permohonan itu.

"Sekarang, binalah hubungan Mbak dengan baik bersama pilihan orang tua Mbak itu!" kata Raihan menasehati. "Mungkin suatu saat Mbak akan mencintainya seperti Mbak mencintai seseorang yang pernah setia kepada Mbak meski Mbak mengkhianatinya di belakangnya."

"Membangun kesetiaan itu tidak semudah membalikkan telapak tangan, Mbak," lanjutnya. "Tapi kalau sudah berhasil membina kesetiaan, jagalah dengan baik jangan sampai runtuh."

Kemudian Raihan berbalik dengan cepat, meninggalkan taman itu, meninggalkan Melinda yang hanya bisa berdiri dalam diam. Tanpa bisa berbuat apa-apa selain hanya menatap punggung Raihan yang semakin jauh.

"Aku masih mencintai kamu, Mas Rai," ucap Melinda bernada lirih. "Kenapa kamu tidak mau mengerti?"

★☆★☆★

Terpopuler

Comments

Heny Rahayu

Heny Rahayu

ora duwe raiiiii mbak e/Facepalm/

2024-03-05

1

Halim Hrfin

Halim Hrfin

Bagusssss

2023-09-01

1

Al^Grizzly🐨

Al^Grizzly🐨

Tobattt..

2023-08-03

1

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 MENYAKITKAN TAPI MENYELAMATKAN
2 BAB 2 PINDAH KE JAKARTA
3 BAB 3 TIDAK SENGAJA BERTEMU MANTAN
4 BAB 4 PERTEMUAN YANG TIDAK MEMBAWA HASIL
5 BAB 5 HUBUNGAN ITU TIDAK BISA LAGI DILANJUTKAN
6 BAB 6 MEMINTA BAYARAN ATAS PERTOLONGAN
7 BAB 7 YAKIN TIDAK BAKALAN JATUH CINTA?
8 BAB 8 MEREKA CUMA ORANG KECIL
9 BAB 9 VIOLA AMANDA, SI GADIS TOMBOY
10 BAB 10 PERTEMUAN DAN PERTEMANAN VIOLA DAN MARSHA
11 BAB 11 CURHATAN VIOLA DAN MARSHA
12 BAB 12 PERTENGKARAN DI RUANG LOBBY
13 BAB 13 BAYU BERTEMU DENGAN AIRA
14 BAB 14 LANGSUNG TERPESONA PADA PANDANGAN PERTAMA
15 BAB 15 AWAL PERKENALAN YANG BAIK
16 BAB 16 DIALOG RAIHAN DAN BAYU
17 BAB 17 PENYEBAB KEBENCIAN RAIHAN KEPADA KEDUA ORANG TUANYA
18 BAB 18 LANGKAH AWAL RAIHAN
19 BAB 19 ANTARA BAYU DENGAN AIRA, ANTARA RAIHAN DENGAN VIOLA DAN MARSHA
20 BAB 20 RAIHAN MULAI MUNCUL DI PERMUKAAN
21 BAB 21 MENDAPAT MASALAH DI PARKIRAN MOTOR
22 BAB 22 RENCANA YANG GAGAL
23 BAB 23 JENNIE BERULAH LAGI
24 BAB 24 PERDEBATAN DUA CEO MUDA
25 BAB 25 PERTEMUAN YANG TIDAK DISANGKA-SANGKA
26 BAB 26 AKHIRNYA MARSHA TAHU
27 BAB 27 DIALOG PAK BASKORO DAN RAIHAN YANG SENGIT
28 BAB 28 MALAM NAHAS VIOLA
29 BAB 29 JADIAN DI KAMAR ICU
30 BAB 30 PASANGAN YANG KE 4 JADIAN
31 BAB 31 RINTANGAN CINTA DIMULAI
32 BAB 32 SETELAH 19 TAHUN LAMANYA
33 BAB 33 BAGAI ANAK TITIPAN YANG PASTI AKAN PERGI
34 BAB 34 DUA SURAT YANG MENGEJUTKAN
35 BAB 35 VIOLA BERHASIL KABUR
36 BAB 36 VIOLA DICULIK
37 BAB 37 SANG PENOLONG TELAH DATANG
38 BAB 38 BERHASIL MENYELAMATKAN VIOLA
39 BAB 39 BARU VIOLA TAHU
40 BAB 40 SEBAB PERTIKAIAN DUA KELUARGA
41 BAB 41 KEKHAWATIRAN KELUARGA MAHENDRA
42 BAB 42 RAHASIA MULAI TERUNGKAP
43 BAB 43 MALAM TRAGIS MELINDA
44 BAB 44 KUNJUNGAN PAK MAHENDRA DAN PAK DARMAWAN KE PERUSAHAAN RAIHAN
45 BAB 45 DIALOG RAIHAN DENGAN PARA PENGUSAHA Part. 1
46 BAB 46 DIALOG RAIHAN DENGAN PARA PENGUSAHA Part. 2
47 BAB 47 DIALOG RAIHAN DENGAN PARA PENGUSAHA Part. 3
48 BAB 48 VIOLA KEMBALI PULANG
49 BAB 49 BUKAN WAKTU YANG TEPAT
50 BAB 50 APAKAH BENAR?
51 BAB 51 AKU BERHARAP DIA JODOHKU
52 BAB 52 MAAFKAN AKU NGGAK MENJADI KAKAK YANG BAIK
53 BAB 53 UNGKAPAN PERASAAN MIKO
54 BAB 54 BERTEMU DENGAN GADIS YANG MELARIKAN DIRI
55 BAB 55 KEKEPOAN BAYU
56 BAB 56 BENIH CINTA MULAI TUMBUH
57 BAB 57 PEMUDA YANG DIJODOHKAN DENGAN MICHELLA
58 BAB 58 KEPUTUSAN MICHELLA
59 BAB 59 KETEGASAN RAIHAN
60 BAB 60 APAKAH RAIHAN BERSIASAT?
61 BAB 61 TIPE PASANGAN HIDUP YANG SAMA
62 BAB 62 SYUKURLAH BUKAN DIA
63 BAB 63 SANGGUPKAH VIOLA MENGALAH?
64 BAB 64 TETAP MEMPERTAHANKAN
65 BAB 65 PENTINGNYA SAHABAT SEJATI
66 BAB 66 BERTEMU DENGAN ANDRA SEPTIAN
67 BAB 67 DUGAAN ANDRA TEPAT
68 BAB 68 KECURIGAAN SEKALIGUS KERESAHAN ANDRA
69 BAB 69 CERITA ANDRA
70 BAB 70 KESETIAKAWANAN MICHELLA
71 BAB 71 TETAP OPTIMIS
72 BAB 72 BAGAS, MANTAN MICHELLA YANG TERNYATA MENYUKAI MARSHA
73 BAB 73 PERTEMUAN YANG BEGITU MENGEJUTKAN
74 BAB 74 BAGAS DAN MARSHA JADIAN
75 BAB 75 TANTANGAN MICHELLA
76 BAB 76 MICHELLA DAN BAYU JADIAN, VIOLA DAN RAIHAN BALIKAN
77 BAB 77 PENCULIKAN 4 PENGUSAHA KAYA
78 BAB 78 TERUNGKAPNYA SIAPA PEMBUNUH RANIA
79 BAB 79 AKHIRNYA TRISTAN TERTANGKAP
80 BAB 80 MEMANG JODOH TAKKAN KE MANA (HAPPY ENDING)
Episodes

Updated 80 Episodes

1
BAB 1 MENYAKITKAN TAPI MENYELAMATKAN
2
BAB 2 PINDAH KE JAKARTA
3
BAB 3 TIDAK SENGAJA BERTEMU MANTAN
4
BAB 4 PERTEMUAN YANG TIDAK MEMBAWA HASIL
5
BAB 5 HUBUNGAN ITU TIDAK BISA LAGI DILANJUTKAN
6
BAB 6 MEMINTA BAYARAN ATAS PERTOLONGAN
7
BAB 7 YAKIN TIDAK BAKALAN JATUH CINTA?
8
BAB 8 MEREKA CUMA ORANG KECIL
9
BAB 9 VIOLA AMANDA, SI GADIS TOMBOY
10
BAB 10 PERTEMUAN DAN PERTEMANAN VIOLA DAN MARSHA
11
BAB 11 CURHATAN VIOLA DAN MARSHA
12
BAB 12 PERTENGKARAN DI RUANG LOBBY
13
BAB 13 BAYU BERTEMU DENGAN AIRA
14
BAB 14 LANGSUNG TERPESONA PADA PANDANGAN PERTAMA
15
BAB 15 AWAL PERKENALAN YANG BAIK
16
BAB 16 DIALOG RAIHAN DAN BAYU
17
BAB 17 PENYEBAB KEBENCIAN RAIHAN KEPADA KEDUA ORANG TUANYA
18
BAB 18 LANGKAH AWAL RAIHAN
19
BAB 19 ANTARA BAYU DENGAN AIRA, ANTARA RAIHAN DENGAN VIOLA DAN MARSHA
20
BAB 20 RAIHAN MULAI MUNCUL DI PERMUKAAN
21
BAB 21 MENDAPAT MASALAH DI PARKIRAN MOTOR
22
BAB 22 RENCANA YANG GAGAL
23
BAB 23 JENNIE BERULAH LAGI
24
BAB 24 PERDEBATAN DUA CEO MUDA
25
BAB 25 PERTEMUAN YANG TIDAK DISANGKA-SANGKA
26
BAB 26 AKHIRNYA MARSHA TAHU
27
BAB 27 DIALOG PAK BASKORO DAN RAIHAN YANG SENGIT
28
BAB 28 MALAM NAHAS VIOLA
29
BAB 29 JADIAN DI KAMAR ICU
30
BAB 30 PASANGAN YANG KE 4 JADIAN
31
BAB 31 RINTANGAN CINTA DIMULAI
32
BAB 32 SETELAH 19 TAHUN LAMANYA
33
BAB 33 BAGAI ANAK TITIPAN YANG PASTI AKAN PERGI
34
BAB 34 DUA SURAT YANG MENGEJUTKAN
35
BAB 35 VIOLA BERHASIL KABUR
36
BAB 36 VIOLA DICULIK
37
BAB 37 SANG PENOLONG TELAH DATANG
38
BAB 38 BERHASIL MENYELAMATKAN VIOLA
39
BAB 39 BARU VIOLA TAHU
40
BAB 40 SEBAB PERTIKAIAN DUA KELUARGA
41
BAB 41 KEKHAWATIRAN KELUARGA MAHENDRA
42
BAB 42 RAHASIA MULAI TERUNGKAP
43
BAB 43 MALAM TRAGIS MELINDA
44
BAB 44 KUNJUNGAN PAK MAHENDRA DAN PAK DARMAWAN KE PERUSAHAAN RAIHAN
45
BAB 45 DIALOG RAIHAN DENGAN PARA PENGUSAHA Part. 1
46
BAB 46 DIALOG RAIHAN DENGAN PARA PENGUSAHA Part. 2
47
BAB 47 DIALOG RAIHAN DENGAN PARA PENGUSAHA Part. 3
48
BAB 48 VIOLA KEMBALI PULANG
49
BAB 49 BUKAN WAKTU YANG TEPAT
50
BAB 50 APAKAH BENAR?
51
BAB 51 AKU BERHARAP DIA JODOHKU
52
BAB 52 MAAFKAN AKU NGGAK MENJADI KAKAK YANG BAIK
53
BAB 53 UNGKAPAN PERASAAN MIKO
54
BAB 54 BERTEMU DENGAN GADIS YANG MELARIKAN DIRI
55
BAB 55 KEKEPOAN BAYU
56
BAB 56 BENIH CINTA MULAI TUMBUH
57
BAB 57 PEMUDA YANG DIJODOHKAN DENGAN MICHELLA
58
BAB 58 KEPUTUSAN MICHELLA
59
BAB 59 KETEGASAN RAIHAN
60
BAB 60 APAKAH RAIHAN BERSIASAT?
61
BAB 61 TIPE PASANGAN HIDUP YANG SAMA
62
BAB 62 SYUKURLAH BUKAN DIA
63
BAB 63 SANGGUPKAH VIOLA MENGALAH?
64
BAB 64 TETAP MEMPERTAHANKAN
65
BAB 65 PENTINGNYA SAHABAT SEJATI
66
BAB 66 BERTEMU DENGAN ANDRA SEPTIAN
67
BAB 67 DUGAAN ANDRA TEPAT
68
BAB 68 KECURIGAAN SEKALIGUS KERESAHAN ANDRA
69
BAB 69 CERITA ANDRA
70
BAB 70 KESETIAKAWANAN MICHELLA
71
BAB 71 TETAP OPTIMIS
72
BAB 72 BAGAS, MANTAN MICHELLA YANG TERNYATA MENYUKAI MARSHA
73
BAB 73 PERTEMUAN YANG BEGITU MENGEJUTKAN
74
BAB 74 BAGAS DAN MARSHA JADIAN
75
BAB 75 TANTANGAN MICHELLA
76
BAB 76 MICHELLA DAN BAYU JADIAN, VIOLA DAN RAIHAN BALIKAN
77
BAB 77 PENCULIKAN 4 PENGUSAHA KAYA
78
BAB 78 TERUNGKAPNYA SIAPA PEMBUNUH RANIA
79
BAB 79 AKHIRNYA TRISTAN TERTANGKAP
80
BAB 80 MEMANG JODOH TAKKAN KE MANA (HAPPY ENDING)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!