Melinda telah pindah ke Jakarta pada keesokan harinya. Tanpa berpamitan kepada Raihan, apalagi memberi tahu pemuda itu lewat WA.
Rupanya tanpa sepengetahuan Raihan, bahkan tanpa memberi tahunya pula, Melinda sudah mengurus semua kepindahannya ke Jakarta. Terutama pindah kampus dari Surabaya ke Jakarta.
Yang lebih menyakitkan lagi rupanya sudah sejak lama Melinda merencanakan untuk pisah atau putus dengan Raihan. Sehingga perpisahan yang menyakitkan itu berjalan dengan mulus.
Buktinya Raihan tidak sempat lagi bertemu dengan Melinda. Karena gadis cantik itu meninggalkan Surabaya di saat Raihan masih sibuk bekerja di pabrik.
Dikarenakan tidak tahu akan keadaan, sepulang kerja Raihan langsung ke rumah buleknya (bibi atau tantenya) Melinda, tempat di mana Melinda tinggal selama kuliah di Surabaya ini.
Sebelumnya Raihan mencoba menghubungi Melinda melalui handphone. Namun nomor Melinda yang Raihan hubungi itu sudah tidak aktif lagi. Makanya dia memberanikan diri untuk langsung datang ke rumah buleknya itu.
Namun tentu saja dia tidak menemukan Melinda di situ. Cuma buleknya Melinda yang dia temui saat itu, yang mengabarkan padanya kalau Melinda sudah pindah ke rumah orang tuanya di Jakarta.
Bahkan sang bulek berpesan padanya agar melupakan Melinda. Dia tidak pantas bersanding dengan Melinda, anak seorang pengusaha kaya. Sementara dirinya adalah pemuda miskin yang tidak jelas keadaan dan statusnya.
Dengan memikul kekecewaan yang berat Raihan kembali ke kos-kosannya. Ketika sampai dia kembali merenungi nasib cintanya yang seakan dipermainkan oleh takdir.
Apakah memang seorang pemuda miskin tidak pantas mencintai seorang gadis kaya? Ataukah memang Melinda bukanlah jodoh untuknya?
Dua pertanyaan itu terus terngiang dalam benaknya. Sehingga membuatnya hanyut dalam perenungan yang cukup lama.
Satu tahun lebih sudah Raihan menjalin asmara dengan Melinda. Tidak pernah sekalipun Melinda mengungkit tentang keadaannya yang miskin. Bahkan Melinda tidak pernah menuntut materi macam-macam kepadanya.
Gadis itu hanya menuntut agar diberikan cinta dan kasih sayang. Cuma dirinya wanita yang dicintai oleh Raihan selamanya. Dan hal itu sudah Raihan berikan sepenuhnya pada Melinda.
Namun kenapa di akhir hubungan mereka Melinda mengungkit masalah keadaan dirinya yang miskin? Seakan-akan Melinda menunjukkan kalau dia adalah wanita materialistis.
Cukup lama Raihan memikirkan keadaan Melinda yang menurutnya aneh itu, sehingga meminta putus dengannya.
Maka Raihan dapat menyimpulkan bahwa Melinda telah kalah oleh desakan keluarganya yang notabene tidak menyetujui hubungan mereka.
Ditambah lagi Melinda telah mengenal atau diperkenalkan pada pemuda yang tampan sekaligus mapan, pilihan keluarganya. Bisa jadi Melinda telah mencintai pemuda itu yang juga mencintainya dengan tulus.
Hingga akhirnya dia berpredikat sebagai orang yang kalah. Kalah dalam persaingan cinta. Ditambah lagi kalah dalam persaingan harta.
Memikirkan hal itu menjadikan dirinya sadar diri. Dia harus sadar kalau dirinya itu siapa. Tidak mungkin bersanding dengan seorang wanita kaya.
Berangkat dari kesadaran itu, Raihan bertekad untuk tidak lagi berpacaran dengan wanita yang kaya. Perbuatan wanita kaya semisal Melinda membuatnya kecewa sekaligus trauma.
Dia nanti akan mencari kekasih wanita yang biasa saja. Tidak kaya namun baik hati dan setia. Terutama sekali bukan wanita materialistis.
Berpikir lebih jauh lagi, untuk saat-saat sekarang ini Raihan tidak mau dulu disibukkan memikirkan yang namanya wanita. Dengan kata lain tidak mau dulu berpacaran.
Sementara melupakan Melinda saja butuh berbulan-bulan baru dia berhasil.
★☆★☆
Hampir setahun lamanya Raihan baru bisa terbebas dari memikirkan Melinda secara spesial. Bahkan nyaris sama sekali melupakannya. Kalaupun sempat teringat, dia tampak biasa saja. Tidak ada lagi yang spesial.
Namun belum lama dia terbebas dari ketersiksaan itu, kembali dia dirundung musibah. Dia dipecat dari pabrik tempatnya bekerja.
Dia dipecat bukan karena dia melanggar peraturan kerja. Melainkan pabrik tempatnya bekerja sepi orderan. Sehingga banyak karyawannya yang di-PHK, termasuk dirinya dan sahabatnya.
Sebulan lamanya Raihan terpaksa menjadi ojek online. Karena dia belum mendapat pekerjaan yang memadai. Meski menjadi ojek online cukup menjanjikan, namun dia tidak terlalu menyenanginya.
Hingga suatu ketika di saat dia dan sahabat sekaligus teman satu kosan yang bernama Bayu tengah berbincang santai di suatu sore, seorang teman sahabatnya yang kerja di Jakarta datang berkunjung di kosan mereka.
Setelah saling ngobrol beberapa saat lamanya sebagai ungkapan basa-basi karena sudah lama tidak bertemu, teman sahabatnya itu menawarkan mereka bekerja di Jakarta.
"Sampean-sampean 'kan sudah tidak bekerja lagi di sini. Bagaimana kalau kalian ikut aku bekerja di Jakarta?"
"Memang ada kerjaan di Jakarta, Mas Herman?" tanggap Bayu dengan antusias.
"Ya jelas ada to," ucap pemuda yang bernama Herman itu dengan mimik serius. "Mana mungkin aku menawarkan kepada kalian kalau tidak ada kerjaan."
"Kerja apa, Mas Herman?" tanya Raihan seakan tertarik.
"Kebetulan di kafe temanku bekerja sedang menerima karyawan baru sekitar 5 orang," jelas Herman. "Kalau kalian berminat, sekarang juga aku telepon temanku itu kalau aku mendapat dua orang yang mau bekerja di tempatnya."
"Pie, Rai?" tanya Bayu sambil menatap Raihan.
"Koe pie?" Raihan balik tanya.
"Nek koe gelem, aku juga gelem."
Raihan sejenak tercenung seakan mempertimbangkan tawaran itu. Lalu dia kembali memandang Herman, terus bertanya lagi.
"Gajinya pie? Apa sesuai UMR?"
"Sampean tenang wae, Mas Rai," sahut Herman tambah meyakinkan. "Rata-rata perusahaan di Jakarta gajinya sesuai standar UMR. Kalau tidak sesuai, malah dituntut."
"Memang gajinya tidak seperti gaji karyawan kantoran," lanjut Herman. "Tapi lumayan besar juga."
"Terima saja ya, Rai," bujuk Bayu. "Di sini lagi susah kerjaan saat-saat sekarang ini. Nggeh ta?"
"Yo wes, kita terima saja," kata Raihan memutuskan. "Hitung-hitung tambah pengalaman di kota besar."
"Tapi iki benaran to, Mas Herman?" tanya Bayu ingin kepastian. "Ora ngapusi to?"
"Benaran, aku tidak bohong," sahut Herman bernada meyakinkan. "Moso' konco dewe aku apusi."
"Yo wes, kalau kalian sudah benar-benar mantap mau menerima tawaran kerja tadi, sekarang juga aku telepon temanku itu. Pie?"
"Telepon wae koncomu di Jakarta itu, Mas Herman," kata Bayu menegaskan. "Kami wes mantep."
Tak lama kemudian, Herman menelpon temannya di Jakarta, mengabarkan kalau dia mendapatkan 2 orang yang mau bekerja di kafe temannya itu.
Sedangkan sang teman, karena memang sudah percaya kepada Herman, dia langsung menerima Raihan dan Bayu untuk bekerja di kafe tempatnya bekerja. Terus memberitahukan agar secepatnya Raihan dan Bayu ke Jakarta.
Kebetulan teman Herman tersebut bagian penerima karyawan baru.
Dua hari kemudian, setelah memaketkan kendaraan motor mereka ke jasa pengiriman barang, berangkatlah Raihan dan Bayu ke Jakarta dengan diantar oleh Herman.
Mereka berangkat ke Jakarta dengan melalui jasa transportasi bus dari terminal Surabaya menuju terminal Jakarta.
★☆★☆
Tanpa terasa Raihan telah bekerja sebagai karyawan kafe sudah sebulan lebih.
Mulanya memang dia agak sedikit canggung beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Baik beradaptasi dengan lingkungan di tempat dia dan Bayu kos, maupun dengan lingkungan kafe di mana mereka bekerja.
Namun seiring dengan berjalannya waktu, Raihan sudah mulai terbiasa dengan lingkungan barunya itu. Apalagi pemuda itu memang tipe orang yang mudah bergaul.
Di samping itu pula dia memiliki sifat yang disukai banyak orang; berbudi pekerti yang baik, penuh sopan santun, dan tidak sombong.
Dan satu lagi, dia memiliki sesuatu yang disukai banyak cewek, yaitu berwajah tampan rupawan, dipadu dengan stail badan yang atletis. Sehingga tidak heran beberapa karyawan cewek mencoba cari-cari perhatian kepadanya.
Namun dalam benak Raihan saat ini tidak mau dulu disibukkan dengan yang namanya wanita. Dalam artian tidak mau dulu berakrab ria dengan mereka, apalagi sampai pada jenjang berpacaran.
Bahkan sekarang dia bersikap agak dingin dengan wanita.
Sikapnya itu tentulah memiliki latar belakang. Gadis yang pernah dia cintai, memilih memutuskan jalinan cinta di antara mereka cuma lantaran dia pemuda miskin.
Dari situ dia dapat mengambil pelajaran untuk lebih berhati-hati lagi dalam memilih wanita yang akan dijadikan kekasih. Apalagi sampai pada tahap yang lebih serius.
Lagi pula dia masih trauma terhadap perselingkuhan yang dilakukan oleh Melinda, sang mantan.
Dia telah sanggup melupakan gadis itu. Bahkan rasa cinta yang pernah bersemayam di dalam dirinya terhadap gadis itu, sekarang telah sirna secara utuh.
Namun perselingkuhan yang dilakukan Melinda terhadap kesetiaannya, membuatnya masih menyisakan luka. Luka itu masih membekas, dan bekasnya belum juga bisa hilang.
Sehingga membuatnya trauma kalau ada seorang wanita atau seorang gadis yang hendak mendekatinya dengan serius. Maksudnya ingin menjadi kekasihnya.
Sementara itu seperti biasa Raihan melaksanakan tugasnya sebagai pelayan kafe. Membersihkan meja bekas digunakan oleh para pengunjung kafe. Mengantarkan pesanan pengunjung lainnya.
Di saat Raihan sibuk melaksanakan tugasnya, tampak dua orang pengunjung telah memasuki kafe yang cukup besar ini, dua orang gadis yang berwajah cantik.
Dari penampilan keduanya bisa diduga kalau kedua gadis itu adalah 2 orang pelajar atau mahasiswi. Dengan kata lain 2 cewek kampus.
Awalnya Raihan tidak melihat saat kedua gadis itu memasuki kafe. Hingga mereka mengambil meja yang tidak terlalu jauh dari pintu masuk.
Lebih tepatnya tidak sempat memperhatikan kedua gadis itu. Karena saking sibuknya dia serta rekan-rekannya melayani pengunjung kafe yang terbilang ramai.
Maklum saja malam ini adalah malam minggu. Meski hari-hari atau malam-malam biasa juga ramai pengunjung. Tapi malam minggu biasanya paling ramai dikunjungi para penikmat malming.
Kebetulan dia mendapat tugas mengantarkan pesanan kedua gadis itu. Maka dia dapat melihat siapa orangnya yang memesan makanan yang dia bawa ini.
Dari jauh melihat keduanya belum membuatnya terkejut. Namun begitu setengah perjalanan lagi dia akan tiba di meja kedua gadis itu, seketika saja dia langsung terkejut bukan main. Hingga membuat langkahnya terhenti.
Betapa dunia ini begitu sempit. Orang yang sudah dilupakannya, kenapa tiba-tiba muncul di pelupuk matanya? Pertanda apakah ini?
Beberapa saat lamanya, bahkan mungkin 1 menitan lebih dia langsung terlarut dalam gemuruh perasaannya. Kalau saja tidak ada salah seorang rekannya yang menegurnya, dia akan mematung di tempat berdirinya cukup lama.
Sejenak dia menetralkan perasaannya yang tadi sempat bergemuruh. Menormalkan keadaan dirinya ke mode biasa saja, seolah-olah dia tidak mengenal salah seorang gadis yang sempat membuatnya terkejut.
Setelah dia berhasil melakukan hal itu, barulah Raihan kembali melangkah mengantarkan pesanan kedua gadis itu.
Langkahnya begitu ringan pertanda dia sudah rileks. Wajah tampannya juga sudah tampak biasa, tidak tegang karena terkejut seperti tadi.
Yang terpenting, dia tidak boleh terbawa perasaan ketika dia tiba di depan gadis itu.
★☆★☆★
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments