Tanpa menyembunyikannya lagi, Melinda menceritakan kisah asmaranya dengan Raihan saat Friska bertanya. Namun Melinda menceritakan secara singkat saja, yang inti-inti saja. Tidak secara terperinci.
Mengingat, di kafe ini tempat di mana Raihan bekerja. Melinda merasa tidak enak terhadap Raihan kalau misalnya pemuda itu mendengar Melinda menceritakan tentang diri mereka kepada orang lain.
Kebetulan sekali Raihan tidak pernah lagi melintas di dekat mereka hingga Melinda selesai bercerita. Mungkin lebih tepatnya Raihan menghindari untuk melintas di sekitar meja kedua gadis itu.
Melinda menuturkan bahwa Raihan berasal dari Kota Malang. Bekerja sebagai karyawan pabrik di Surabaya dan ngekos di tempat yang tidak jauh dari tempat kerjanya.
Awal mula mereka bertemu hingga mereka berpacaran saat Melinda masih tinggal bersama buleknya di Kota Surabaya. Waktu itu dia masih duduk di bangku SMA kelas XII semester 6.
Mulanya buleknya yang tinggal di Surabaya dan orang tuanya yang tinggal di Jakarta tidak tahu kalau dia dan Raihan berpacaran.
Dan mereka juga bersepakat untuk tidak memberi tahu dulu keluarga Melinda kalau mereka telah berpacaran. Maklum saja Raihan berasal dari keluarga yang miskin, sedangkan Melinda anak pengusaha kaya.
Kalau Melinda memberi tahu keluarganya terlalu cepat, bisa-bisa buleknya dan orang tuanya tidak menyetujui hubungan mereka. Dan pasti menyuruh Melinda untuk memutuskan hubungan dengan Raihan.
Sementara Melinda jelas tidak ingin berpisah dengan Raihan, karena dia sudah mencintai pemuda itu.
Namun akhirnya buleknya mengetahui juga hubungan mereka. Dan tentu saja langsung melaporkan tentang hal itu kepada orang tuanya. Waktu itu di awal-awal Melinda kuliah di salah satu kampus di Surabaya.
Maka mulai saat itulah keluarga Melinda menentang hubungan mereka dan tidak bosan-bosannya menyuruh Melinda memutuskan hubungannya dengan Raihan, si pemuda miskin.
Bahkan buleknya melontarkan hinaan kepada Raihan yang sungguh menyakitkan. Ditambah lagi papanya juga menghina status Raihan.
Akan tetapi Melinda tidak menggubris penentangan keluarganya. Dia tetap saja berpacaran dengan Raihan.
Hingga akhirnya Melinda menyerah. Tidak sanggup lagi mendengar hinaan keluarganya terhadap Raihan. Maka dia memutuskan untuk mengakhiri hubungan mereka.
Dan hal itu sudah terjadi yang membuatnya menyesal.
"Gue kasihan ama Mas Rai, Fris," kata Melinda menuturkan alasan kenapa dia terpaksa memutuskan hubungan dengan Raihan. "Gue nggak sanggup lagi dengerin keluarga gue ngehina dia...."
"Makanya gue mutusin untuk pisah aja ama dia," lanjutnya.
"Terus, kejadian saat lu putus ama Rai ceritanya gimana?" tanya Friska serius mendengar cerita Melinda.
"Gue mengarang alasan agar Mas Rai percaya kalau gue emang benar-benar pingin putus ama dia...."
Lalu Melinda menceritakan tentang kejadian putusnya dia dengan Raihan. Yang mana saat itu kejadiannya di sebuah kafe di Surabaya. Sekaligus saat itu pertemuan terakhir Melinda dengan Raihan di Surabaya. Tapi....
"Gue nyuruh Mas Rai untuk ngelupain gue tu benaran, bukan bo'ongan," ungkap Melinda menegaskan penuturan itu. "Dan kayaknya...."
"Rai berhasil ngelupain lu," kata Friska cepat seakan menyambung ucapan Melinda yang terputus.
Melinda menatap Friska sejenak. Sorot matanya makin membinarkan kesedihan. Dalam hati dia membenarkan tebakan Friska barusan. Raihan memang berhasil melupakannya.
Sedangkan Friska juga menatap Melinda lekat-lekat. Dia ikut merasa sedih dan prihatin tentang kisah percintaan sahabatnya itu.
"Sekarang rencana lu gimana, Lin?" tanya Friska setelah mereka terdiam beberapa saat. "Apa lu pingin ngelanjutin hubungan lu ama Rai?"
"Menurut lu gue harus gimana, Fris?" Melinda malah balik tanya. Karena terus terang dia sekarang dilanda kebingungan setelah dia bertemu Raihan di kafe ini.
"Gue sih nggak mau ngatur lu sukanya ama siapa," kata Friska bijaksana. "Gue hanya bisa ngedukung apapun pilihan lu, dan ngedoain yang terbaik buat lu."
"Makasih ya, Fris," kata Melinda sambil tersenyum haru. "Lu emang best friend gue."
"So pasti dong."
"Tapi kayaknya lu harus ngomong ama Rai," kata Friska selanjutnya menyarankan. "Lu harus omongin semuanya ama dia, termasuk hubungan lu ama Miko."
"Ya, itu pasti," kata Melinda. "Kalau bisa malam ini juga."
"That's good!" dukung Friska seraya tersenyum memberi semangat pada sahabatnya yang dilanda pilu itu.
★☆★☆
Tampak Raihan dan sahabatnya, Bayu tengah melangkah santai menuju parkiran karyawan kafe bersama beberapa karyawan yang juga shift malam. Sambil berjalan mereka berbincang-bincang ringan.
Namun perlu diketahui bahwa Raihan belum memberi tahu kepada Bayu kalau tadi dia sempat bertemu Melinda. Dan Bayu juga jelas belum melihat gadis itu karena dia kerjanya di tempat lain. Tepatnya bagian penyediaan pesanan pengunjung.
Sebentar lagi kedua pemuda tampan itu bersama yang lain akan sampai di tempat parkiran. Namun tiba-tiba terdengar ada seseorang memanggil nama Raihan dari arah samping kanan.
"Mas Rai, tungguin!"
Beberapa orang sempat menoleh ke si pemanggil, termasuk Raihan dan Bayu. Namun mereka tidak tahu siapa yang memanggil karena di arah situ ada dua gadis cantik yang tengah berlari kecil menuju ke mari.
Lagi pula mereka tidak mengenal siapa kedua gadis itu. Jadi, cuma menoleh sebentar tanpa menghentikan langkah. Seakan mereka tidak menghiraukan keduanya.
Sedangkan Raihan maupun Bayu mengenal salah satu dari kedua gadis itu. Dan mengetahui kalau gadis itulah yang memanggil Raihan tadi.
Adapun kedua gadis itu tidak lain adalah Melinda dan Friska.
Namun Raihan tidak menghentikan langkahnya, terus berjalan tanpa menghiraukan panggilan Melinda. Sama sekali tidak ada keinginannya untuk bertemu dengan gadis itu. Bahkan melihatnya pun sebenarnya dia sudah enek.
Hatinya kini sudah mati untuk gadis itu. Sama sekali tidak ada lagi perasaan cinta terhadapnya. Meski sebenarnya dia berusaha untuk tidak membenci.
Yang penting jangan sampai bertemu dengan Melinda. Itu saja.
Namun Bayu yang berhenti melangkah malah menangkap lengannya, menghentikan langkahnya. Dengan terpaksa Raihan berhenti melangkah. Otomatis menunggu kedatangan Melinda dan Friska yang sebentar lagi tiba.
Sedangkan Bayu terus menatap tajam bercampur heran pada Melinda. Bagaimana mungkin gadis itu bisa berada di sini? Atau apakah dunia ini memang benar-benar sempit? Sehingga di mana pun Raihan pergi pasti bertemu dengan gadis itu.
Tak lama Melinda dan Friska sampai di tempat Raihan dan Bayu, dan berhenti di depan mereka berjarak 2 langkah.
Melinda jelas tidak lantas menyapa Raihan maupun Bayu karena dia agak takut dengan tatapan Bayu yang begitu dingin. Ditambah lagi rasa bersalah terhadap Raihan terus menghantuinya.
Sedangkan Friska, orang yang tidak mengerti tentang permasalahan secara mendetail, memilih diam saja.
Sementara Raihan sudah melengoskan wajahnya ke arah lain sejak tadi, sebelum Melinda dan temannya tiba. Sikap pemuda itu jelas menampakkan ketidak senangan. Mimik wajah tampannya kini sudah berubah datar.
"A-apa kabar..., Mas Bayu?" akhirnya Melinda memberanikan diri untuk menyapa meski dengan sikap takut-takut.
"Apa urusan sampean di sini, Mbak Melinda?" tanya Bayu bernada datar tanpa menggubris sapaan Melinda. Namun aksen jawanya tidak lepas.
Bayu melihat jelas Raihan tidak menghiraukan kehadiran Melinda di sini, bahkan ada kesan tidak senang. Jadi, kemungkinan besar pemuda itu tidak akan berbicara dengan gadis itu, apalagi sudi menyapa.
Maka dia langsung mengambil alih pembicaraan.
"Apa sampean sudah janjian sama Ray ketemu di sini?" lanjutnya seolah menginterogasi.
"Aku dan temanku ini tadi sempat makan di kafe kalian bekerja," tutur Melinda terus terang meski sikapnya masih takut-takut. "Nggak sengaja ketemu Mas Rai yang kebetulan nganterin pesanan kami."
"Jujur, aku nggak tahu kalau kalian udah kerja di Jakarta," lanjutnya.
Lantas Bayu segera beralih memandang Raihan. Sorotan matanya seakan menanyakan, kenapa Raihan tidak memberi tahunya kalau pemuda itu sempat bertemu dengan Melinda di dalam kafe tadi?
"Aku menganggap pertemuan dengannya tidak penting," kata Raihan bernada datar seakan tahu arti tatapan Bayu. Dia menoleh sebentar pada Bayu, lalu melengos ke arah lain lagi."Jadi, buat apa aku memberitahukanmu sesuatu yang tidak penting?"
Deg!
★☆★☆
Hati Melinda langsung terhentak cukup keras mana kala mendengar ucapan Raihan barusan.
Hatinya yang sudah dirundung pilu melihat sikap Raihan yang mengacuhkannya, tambah sedih saat mendengar ucapannya itu. Jelas sekali Raihan sudah tidak menganggapnya lagi.
Ini memang salahnya.
"Kayaknya Mbak Melinda mau ketemu dengan kamu," kata Bayu seolah memberi tahu yang Raihan sudah tahu. "Apa kamu mau bicara dengannya?"
"Kita pulang aja yo, Bay!" ajak Raihan seakan tidak menggubris ucapan Bayu. "Aku capek sekali. Ingin tidur cepat."
"Mas Rai, please, aku mau ngomong sebentar!" serobot Melinda cepat bernada memohon dengan wajah memelas. "Boleh ya."
"Mbak Melinda, saya ini cuma orang miskin," sindir Raihan bernada datar dan dingin. "Mana pantas Mbaknya bertemu dengan orang miskin seperti saya, apalagi sampai bicara segala."
"Aku minta maaf, Mas Rai," kata Melinda makin sedih. Kedua matanya sudah meremang berkaca-kaca. Sepertinya sebentar lagi air matanya akan tertumpah.
"Aku nggak ada maksud menghinamu dengan ucapanku tempo hari," lanjutnya. "Aku punya alasan. Tolong dengerin penjelasanku dulu!"
"Mbak Melinda, sekarang kita sudah tidak punya hubungan apa-apa lagi," tanggap Raihan masih datar. "Jadi, tidak ada yang perlu dijelaskan atau dibicarakan."
"Aku pingin jelasin yang sebenarnya kenapa aku minta putus ama kamu," kata Melinda masih tidak menyerah. Namun sadar atau tidak air matanya sudah berlinang di kedua pipi putih halusnya.
"Tolong beri aku kesempatan untuk bicara! Tolong beri aku kesempatan biar aku jelasin semuanya!"
"Simpan saja penjelasan sampean itu, Mbak Melinda, karena tidak ada artinya bagi saya," kata Raihan tetap tidak terpengaruh.
"Ingatlah, Mbak! Sampean sudah punya pacar yang tentunya lebih baik dan lebih menarik daripada saya," lanjut Raihan mengingatkan sekaligus menyindir. "Terutama lebih kaya. Tidak kayak saya, anak orang miskin."
"Jadi, tolong jangan bertemu dengan saya lagi, nanti saya dilabrak sama pacarnya Mbak Melinda!"
Melinda seketika terkejut mendengar ucapan Raihan yang gamblang itu. Hatinya semakin perih yang berpadu dengan rasa pilu yang mendalam. Rupanya Raihan sudah tahu kalau dia berpacaran dengan Miko.
Menyadari hal itu, Melinda langsung minta maaf dengan setulus hati. Hendak mengklarifikasi dugaan Raihan.
"Aku minta maaf, Mas Rai. Aku nggak ada maksud khianatin cinta kita. Tolong maafin aku, please! Aku akan jelasin kalau nggak kayak yang kamu duga."
"Mbaknya tidak salah," kata Raihan masih bernada datar. "Yang salah adalah saya yang dengan lancang memacari anak orang kaya."
"Nggak, Mas Rai, kamu nggak salah," kata Melinda dengan air mata yang makin deras mengalir. "Maafin aku...."
"Sekarang sampean pulang saja! Jangan lagi bertemu dengan saya! Saya tidak mau nantinya punya masalah dengan pacar Mbak. Saya cuma orang miskin."
Lalu Raihan berbalik dengan cepat, terus melangkah menuju parkiran. Tidak dihiraukan lagi tangisan Melinda yang sudah meledak.
"Mas Rai, tunggu!"
Melinda hendak menghambur ke arah Raihan. Tapi keburu ditahan oleh Bayu yang memalang tangannya di depan gadis itu.
"Sudahlah, Mbak Melinda!" kata Bayu menasehati. "Turuti saja apa yang dikatakan Rai. Demi kebaikan Mbak dan kebaikan Rai. Jangan memaksakan keadaan!"
Setelah berkata begitu, Bayu juga berbalik dan langsung menuju parkiran menyusul Raihan. Sedangkan Melinda masih kekeh hendak menghampiri Raihan.
Namun Friska yang sedari tadi diam saja cepat menangkap Melinda. Terus berkata menghiburnya.
"Udah, Lin. Mungkin saat ini bukan waktu yang tepat buat lu bicara ama Ray. Kita cari waktu lain yang tepat."
"Tapi, Fris, Mas Rai harus tahu kalau gue nggak ada maksud khianatin dia."
"Gue ngerti, Lin," Friska masih sabar memberi pengertian. "Tapi lu sabar dulu napa? Nex time, OK!"
"Sekarang kita pulang dulu!"
Tanpa menunggu persetujuan Melinda, Friska langsung membawa gadis itu meninggalkan tempat itu.
★☆★☆★
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Nuri Maulidia
piln pln
2023-10-23
1
budiman_tulungagung
mungkinkah mereka bisa bersatu kembali sodara...
2023-05-31
1