Setelah selesai dengan drama sarapan. Saat ini Viola dan Nathan tengah pergi ke supermarket untuk membeli bahan-bahan masakan. Karena kulkas di apartmen Viola sudah banyak yang kosong.
“Kenapa harus dipenuhin kulkasnya?” tanya Nathan.
Karena biasanya tak akan dipenuhi oleh kekasihnya itu. Sebab Viola juga tidak sering menginap di sana, kekasihnya itu lebih sering tidur di rumah kedua orangtuanya.
“Lusa mau ditempatin sepupu aku dari luar kota, Beb.” Jawab Viola dengan jujur.
“Yah, kita jadi gak bisa nginep di sana?” tanya Nathan dengan lesu.
“Ya nginep di rumah aku, Baby. Don’t worry.” Jawab Viola dengan santainya.
Setelah mereka selesai berbelanja, kini mereka dalam perjalanan pulang.
“Em Beb?” panggil Viola pada Nathan yangmasih fokus mengemudi.
“Apa, Honey?” jawab Nathan menoleh pada kekasihnya itu.
“Kenapa ya, Kak Nesya pengen banget minta kita untuk menikah secepatnya?. Padahal kita juga masih muda banget.” tanya Viola dengan penasaran.
Menghela nafasnya berat, Nathan mulai menjawab rasa penasaran kekasihnya itu. “Sebenarnya Kak Nicko, Kak Noah, dan Kak Nesya gak terlalu suka dengan gaya pacaran kita.” Jelas Nathan.
“Maksudnya?” tanya Viola yang masih tak paham.
“Kebiasaan kita yang sering nginep bareng, tidur di ranjang yang sama. Mereka tahu apa yang selama ini kita lakuin. Makanya mereka mau kita segera menikah, takut kalau nanti kita khilaf dan ngelakuin hal-hal yang enggak-enggak.” Nathan berusaha menjelaskan dengan secara rinci.
“Emm..” gumam Viola mengangguk mengerti. “Kayaknya kita bisa menjaga diri, bisa gak akan khilaf untuk ngelakuin hal yang enggak-enggak.” Jelas Viola nampak yakin dengan perkataannya.
Nathan menggeleng cepat.
“Kamu yakin, tapi aku enggak Baby. Aku setuju dengan keinginan Kak Nesya dan Kak Nicko.” Ujar Nathan yang sontak membuat mata Viola membulat dengan sempurna.
“Nath, kita udah sempat berantem kemarin gara-gara ini. Jangan mulai lagi deh.” Tegur Viola yang mulai malas jika membahas pernikahan kembali.
“It’s ok.” Pasrah Nathan pada akhirnya.
Mereka terdiam hingga beberapa menit. Masih dalam ego masing-masing. Hingga akhirnya terdengar percakapan yang dimulai oleh salah satu dari mereka.
“Ini kamu mau pulang ke rumah Mama atau apartmen kamu?” tanya Nathan membuka pembicaraan diantara mereka.
“Rumah Mama, sekalian mau packing.” Jawab Viola.
Nathan tampak mengerutkan keningnya, kala mendengar perkataan kekasihnya yang mau melakukan packing.
“Packing? Kamu mau kemana? Gak ada bilang sama aku?” tanya Nathan tampak kesal.
“Maaf Sayang, lusa aku mau ke Jerman. Mau urusin study S2 aku nanti. Papa minta aku buat survey universitas yang aku mau pilih. Sekalian Papa lagi ada urusan di sana” Jelas Viola dengan pelan dan hati-hati. Karena bisa dipastikan Nathan akan marah dengan keputusan sepihaknya ini.
Nathan yang terkejut dengan penjelasan Viola, spontan mengerem mendadak. Viola yang juga terkejut karena Nathan megerem mendadak, menjadi merasa gelisah sekaligus khawatir. Sepertinya Nathan marah terhadap dirinya.
Terjadi keheningan beberapa saat di dalam mobil yang mereka kendarai. Viola tak berani mengeluarkan suaranya sedikitpun, karena Nathan juga tampak diam membuat Viola gemetar ketakutan.
Namun entah mendapat keberanian dari mana, akhirnya Viola memberanikan diri untuk menoleh pada kekasihnya itu.
“Ba ...Baby?” panggilnya dengan takut-takut.
Nathan yang merasa dipanggil oleh gadis yang ada di sampingnya, menoleh ke arah sumber suara. Disertai tatapan tajam dan wajah dinginnya. Yang membuat Viola seketika menundukkan pandangannya, takut.
“Lusa kamu berangkat ke Jerman, dan baru sekarang kamu bilang sama aku?” tanya Nathan dengan menatap tajam.
“Aku belain pulang ke sini demi kamu. Tapi kamu malah mau ninggalin aku, mau ngurus rencana S2 kamu? Kamu juga baru bilang kalau mau lanjutin kulaih di Jerman? Kamu mau kita LDR lagi?” tanya Nathan dengan pandangan dinginnya.
Viola masih menunduk, tangannya tampak Ia mainkan di pangkuannya. Sejujurnya Viola merasa bersalah, namun cita-cita dan impiannya memang ingin dirinya perjuangkan.
“Ma ..maaf, aku takut kamu gak kasih izin. Makanya aku gak bilang sama kamu jauh-jauh hari.” Jawab Viola dengan hati-hati.
Mendengar jawaban yang kekasihnya berikan, Nathan tersenyum sinis kemudian berkata. “Kamu pikir aku bakal kasih izin dan setuju kalau kamu baru bilang sekarang?” tanyanya.
“Apa maksud kamu Nath? Ini hidup aku, semua kendali aku yang pegang. Dan aku mau meraih impian-impian aku. Please ngetiin aku.” Ujar Viola dengan kesal.
“Aku gak akan izinin kamu pergi, apalagi lanjutin kuliah di Jerman. Biar nanti aku yang biayain hidup kamu, kamu gak perlu kerja. Kita akan segera menikah. Atau bisa kamu kerja di perusahaan orangtua kamu atau orangtua aku.” Ujar Nathan dengan yakin.
Viola yang awalnya menunduk takut, kini akhirnya dibuat kesal juga oleh kekasihnya itu.
“Mudah banget kamu ngomong. Ini bukan tentang uang atau sekedar pekerjaan, Nath. Aku juga ingin punya banyak pengalaman dan pengetahuan. Jangan atur-atur hidup aku.” Marahnya pada kekasihnya itu.
Nathan seketika menatap tajam Viola kembali. “Oh jadi kamu gak mau aku atur? Kamu udah bosen sama aku, mau putus dari aku?” tanya Nathan dengan sarkas.
Viola menggleng pelan. “Apaan sih Nath, aku gak bermaksud ke sana. Aku Cuma gak mau kamu ikut campur menyangkut karir aku.” Ujar Viola.
“Bilang aja kamu udah bosen sama aku. Kamu mau kita udahan kan?” Ujar Nathan dengan nada kesal.
“Sepertinya kamu yang mau kita udahan. Bilang aja Nath, kamu udah bosen sama aku kan?” Balas Viola membalikkan perkataan kekasihnya itu.
“Kenapa jadi aku sekarang? Udahlah, aku males debat sama kamu.” Ujar Nathan semakin kesal.
“Oh gitu ..fine. Turunin aku di sini.” Ucap Viola yang terlanjur terbawa emosi.
“Kamu apa-apaan sih. Aku anterin aku pulang.” Ujar Nathan yang tak ingin membiarkan Vioal turun dari mobilnya.
“Gak mau! Aku males sama kamu!” Jawab Viola dengan marah.
Akhirnya Nathan pun menghentikan laju kendaraannya, dan Viola langsung turun begitu saja. Meninggalkan Nathan yang berteriak frustasi.
“Arggghh” Teriak Nathan dengan menarik kasar rambutnya.
Sementara Viola memutuskan untuk naik taksi, demi pulang ke rumahnya. Dengan menggerutu, Viola menaiki taksi yang sedang lewat di depannya. Wajahnya tampak murung dan tak sedap untuk dipandang.
“Lagi berantem sama pacarnya ya mbak?” tanya sang sopir dengan basa basi.
Viola yang sedang merasa mood nya tidak baik. Sebenarnya malas untuk menjawab pertanyaan basa-basi dari pemngemudi taksi itu. Namun untuk menjaga etika terhadap orang lain, Viola pun bersedia memberikan jawaban.
“Iya Pak, biasa anak muda.” Jawabnya dengan memaksakan tertawa kecil.
Next .......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments