Out Of Selfishness

Out Of Selfishness

Pertengkaran Sekilas

“No. Aku masih mau lanjutin kuliah aku, Baby.” Tolak seorang gadis ketika sang kekasih mengutarakan keinginannya.

Keinginan yang begitu berat bagi gadis itu, Viola Argatama. Yang kemungkinan besar akan membuat seluruh rencana masa depannya menjadi kacau dan berantakan.

“Aku gak akan larang kamu buat lanjutin kuliah. Kamu berhak dan aku bebasin untuk meraih cita-cita kamu, Beb.” Jelas pria itu kepada kekasihnya.

“Kamu pikir menikah semudah itu, Nath?” tanya Viola yang mulai terbawa emosi, tak mengerti jalan pikiran kekasihnya itu.

Ya, Nathan Brown menginginkan untuk membawa hubungan mereka ke hubungan yang lebih serius. Nathan ingin segera menikahi kekasihnya itu. Namun tampaknya Viola belum siap untuk menjalani drama pernikahan bersamanya.

Nathan menatap intens kekasihnya itu dengan tatapan lekat. “Semuanya akan mudah kalau kita bisa saling bekerja sama, Baby.” Nathan masih berusaha untuk membujuk kekasihnya itu.

Nathan tak ingin semakin lama menjalani hubungan seperti saat ini. Takut bila nanti akan keduluan orang lain. Karena Viola begitu berharga baginya, tak akan tergantikan.

Gadis yang berbeda dengan kebanyakan gadis lainnya. Yang selalu bisa membuat dirinya nyaman, sayang, dan tak ingin sampai berpisah.

Menjadi anak ketiga dari keluarga Brown, Nathan dituntut untuk senantiasa menjaga nama baik keluarga besar. Gaya mereka dalam menjalin hubungan, tampak tak biasa bagi kedua kakak nya. Sehingga baik Noah ataupun Nicko meminta adik bungsunya itu untuk segera membawa Viola ke jenjang yang lebih serius.

Viola Argatama, seorang gadis cantik nan manis yang berhasil membuat seorang Nathan teperangkap pada seluruh pesonanya. Viola merupakan keturunan Argatama, dan merupakan anak tunggal. Viola dan Nathan sudah menjalin hubungan selama dua tahun, semenjak mereka di bangku kelas tiga SMA.

Sementara Viola yang mendengar perkataan kekasihnya, kini menatap tajam wajah tampak kekasihnya itu. Mudah sekali pria di depannya itu dalam berucap. Hubungan pernikahan tak sesederhana itu. Apalagi mereka saat ini masih sama-sama menmpuh pendidikan di tempat yang berbeda pula. Secara mental Viola merasa belum siap sama sekali.

“Terserah Nath. Aku belum siap dan akau gak mau.” Ujar Viola dengan ketus, berlalu pergi meninggalkan Nathan berada di ruang tamu sendirian. Menuju ke kamarnya.

Sesaat sampai di dalam kamarnya, Viola mendengar suara ponsel berdering. Dapat dipastikan bahwa itu ponsel miliknya. Saat dilihat rupanya Morgan. Dengan malas dan lesu, Viola pun mengangkat panggilan itu.

Sudah Viola tebak apa keperluan pria itu, pasti seputar tentang salah satu sahabatnya.

Setelah melakukan pangggilan dengan Morgan yang rupanya membuat emosinya semakin meradang. Viola kemudian mematikan ponselnya dan meletakkan di nakas dekat ranjang tidurnya. Kemudian Ia melangkahkan kakinya untuk menuju balkon.

Kembali teringat pertengkaran dirinya bersama sang kekasih. Viola tampak menutup wajahnya menggunakan kedua tangannya. Dirinya terlihat begitu frustasi atas masalah yang tengah mereka hadapi kali ini.

“Mimpi aku masih perlu aku perjuangin, Nath.” Gumamnya dengan pelan.

...***...

Sementara Nathan yang masih tetap berada di ruang tamu apartemen Viola, terduduk dengan sama frustasinya dengan Viola. Setelah kepergian Viola yang meninggalkan dirinya di tempat itu. Nathan langsung mendudukkan dirinya di sofa yang tersedia di sana. Otaknya berusaha Ia gunakan untuk mencari solusi terbaik atas hubungan mereka.

Dirinya ingin segera menikah dan menjalani hubungan serius, sementara Viola selaku sang kekasih tampak masih enggan untuk terikat pada suatu hubungan serius. Padahal kedua kakak kandungnya pun ingin segera dirinya dan Viola untuk menikah.

Gaya mereka dalam menjalin hubungan memang terbilang tak wajar. Seperti saat ini, Nathan menginap di apartemen kekasihnya. Sebenarnya mereka tak pernah melakukan hal yang sampai pada hubungan yang begitu intens.

Namun saat menginap, dirinya dan sang kekasih memang akan berada di ruang, ranjang, dan selimut yang sama. Jadi bisa dikatakan memang gaya berpacaran yang mereka lakukan tak begitu wajar. Dan entah darimana, kedua kakaknya mengetahui hubungan mereka yang seperti itu.

Meskipun begitu, Nathan masih bersyukur. Karena kedua orangtuanya tak mengetahui kelakuannya bersama sang kekasih. Karena jika sampai ketahuan mereka, entah apa yang akan mereka lakukan pada hubungan percintaannya.

Mungkin bisa sampai saat masa Sma nya dulu. Nathan akan diminta putus dengan kekasihnya, untuk kali ini Nathan tak akan sanggup.

Nathan masih berusaha mencari cara untuk berhasil membujuk kekasihnya. Namun sampai detik ini setelah beberapa jam berpikir, masih tampak belum menemukan jawabannya. Malam pun juga terlihat semakin larut.

Akhirnya Nathan pun bergegas menyusul kekasihnya ke kamar gadis itu. Untung saja pintunya tidak terkunci, sepengertian itu Viola. Bagaimana Nathan akan bisa berpaling atau kehilangan wanitanya itu.

Sedangkan sekalipun marah padanya, Viola tak pernah sekalipun acuh dan membiarkan dirinya berada dalam kesulitan. Setulus dan semurni itu perasaannya.

Ketika sudah membuka pintu kamar Viola. Nathan dapat melihat kekasihnya tampak berdiri di balkon. Kakinya pun perlahan mendekati di mana sang kekasihnya berada. Ia melingkarkan tangannya pada perut rata kekasihnya itu.

Viola nampak terkejut saat merasakan sebuah tangan melingkar di perutnya secara tiba-tiba. Namun detik berikutnya, dirinya bernafas lega kala mencium bau parfum Nathan yang begitu dirinya hafal.

“Udah malem, Baby. Yuk tidur.” Ajak Nathan pada Viola. Dan dijawab anggukan oleh Viola.

Viola tampak pasrah kala Nathan langsung menggendong dirinya ala brridal style. Karena mereka memang biasa melakukan hal-hal semacam ini.

Nathan merebahkan tubuh kekasihnya di atas ranjang. Kemudian dirinya pun ikut merebahkan diri di samping kekasihnya itu.

Nathan membawa Viola untuk masuk dalam dekapannya. Terasa nyaman bagi keduanya, bahkan seolah mereka melupakan perdebatan yang sempat mereka lakukan.

“Aku masih belum siap, Nath.” Tutur Viola yang berada dalam pelukan Nathan.

Terdengar Nathan menghela nafasnya dengan pelan. “Kita bahas besok lagi, lebih baik kita tidur sekarang Honey.” Ujar Nathan memperingati.

Viola menatap Nathan saat mendengar jawaban pria itu. “Kenapa?” tanya Viola yang tak mengerti.

Nathan mengulas senyuman dan membalas tatapan Viola. “Karena aku gak mau sampai nyakitin kamu, karena lagi susah ngontrol emosi.” Jawan Nathan.

Cup

Setelahnya, Nathan memberikan kecupan di keing Viola dengan penuh kasih sayang. “Tidur Sayang.” Titahnya.

Viola memejamkan mata saat terasa bibir Nathan menyentuh keningnya. Lalu membuka matanya kembali untuk melihat wajah tampan yang terus mengulas senyuman itu. Setelahnya Viola semakin menenggelamkan kepalanya di dada bidang Nathan yang terasa hangat.

Sementara Nathan tak melakukan hal yang sama. Pria itu masih terus menatap dan menikmati keindahan ciptaan Tuhan yang dikirimkan untuk dirinya. Begitu candu untuk terus dipandangi oleh dirinya. Semakin membuat dirinya ingin segera menjadikan Viola miliknya seutuhnya.

“Kamu harus jadi milik aku, Sayang.” Gumamnya lirih.

...Nathan...

...Viola...

Next .......

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!