"Tuan, ada yang mencari tuan di loby." Kata penjaga pos saat melihat sekertaris bos besarnya itu turun dari mobil, semua orang di perusahaan tau kalau posisi sekertaris itu adalah orang kedua yang berkuasa setelah bos mereka dan itu membuat mereka merasa takut karena apa pun yang menjadi keputusan Sekertaris nya maka bos besar mereka gak akan pernah protes. Bahkan sifat mereka berdua bagai pinang di belah dua, sama-sama keras, dingin dan juga sedikit mengerikan. Tapi sekertaris Yun lebih cendrung hangat dan ramah kepada orang yang lebih tua, bahkan ia sangat menghormati orang yang lebih tua tanpa membedakan status sosial atau jabatan orang tersebut.
"Baik, terimakasih pak." Kata Yun dengan menutup pintu mobil dan menyerahkan kuncinya buat di parkir kan, Siapa yang nyari gue sepagi ini? Batinnya sambil liat jam yang ada di tangannya dengan mengerutkan alisnya, hari ini gak ada a janji buat ketemu siapa pun. Yun merapikan pakaiannya sebelum masuk ke dalam gedung, hari ini ia hanya memakai kemeja lengan panjang berwarna putih tulang tanpa jas karena gak ada jadwal meeting atau bertemu dengan klien. Hanya menyelesaikan beberapa kerjaan yang kemarin sempat tertunda gara-gara ikut acara makan siang yang Rega lakuin, lebih tepatnya nge-drama sedikit di sana bikin cewek yang mau di jodohin sama Nenek biar kabur dan juga ada peninjauan proyek baru di lapangan yang harua ia sendiri turun tangan karena gak bisa di wakilkan. Yun lebih suka meninjau secara langsung karena menurutnya itu lebih efektif dan efisien di bandingkan menyuruh orang lain untuk turun tangan. Walau posisinya hanya sebagai asisten Rega di kantor namun Yun bekerja sebanding dengan apa yang Rega lakukan, tak ada yang berbeda hanya saja jabatan mereka yang berbeda dan itu tak menjadi masalah untuk Yun lakukan. Hanya sebuah jabatan dan sebutan tak menjadi penghalang untuknya bekerja secara maksimal, Yun telah berjanji bahwa akan menjadi bayangan yang paling setia untuk Rega kepada Ayah. Statusnya yang hanya sebagai anak angkat itu membuat Yun merasa bersyukur dan tak ingin tamak serta haus kekuasaan serta harta. Mendapatkan hidup serba berkecukupan dengan Ibu adalah hal yang tak bisa ia bayangkan sebelumnya bila mengingat ia hanya anak yatim yang hidup hanya dengan ibunya saja dan kini memiliki segala sesuatu yang dulu hanya menjadi mimpi di siang bolong. Saat Ayah mengatakan akan memberikan saham dan semua aset yang ia miliki sebanyak 30% Yun dengan tegas menolaknya, cukup dengan keadaan seperti ini ia merasa sangat bersyukur dan berterimakasih. Rega, sebagai pewaris sah dan satu-satunya adalah orang yang berhak mendapatkan dan mewarisi semua yang Ayah miliki.
Yun melangkahkan kakinya menuju Loby yang masih sepi, sebagain pegawai baru saja datang karena ini belum waktunya untuk jam masuk kerja. Mereka membungkukkan badan mereka sedikit saat melihat Yun berpapasan dengan mereka dan menyapanya, rasa penasaran Yun melihat siapa orang yang mencarinya sepagi ini membuatnya melangkahkan kakinya panjangnya lebih cepat. Tampak seorang wanita dengan rambut bergelombang duduk di sofa yang ada di loby dengan membelakanginya.
Cewek?
Tentu saja Yun heran, karena selama ini gak ada satu pun cewek yang datang dan mencarinya kecuali Ibu dan juga Nenek. Itu pun mereka gak datang ke kantor karena udah ketemu di rumah.
"Maaf Nona, apakah anda mencari saya?" Tanya Yun dengan berdiri tepat di belakangnya.
"Akh!" Pekiknya terkejut dan refleks membalikkan badan hingga kakinya tersantuk meja yang ada di depannya, "Aw...!!!" Teriaknya dengan memegangi kakinya yang tersantuk meja kaca tersebut.
"Nona Chintya?" Kata Yun heran, ternyata yang menunggunya adalah Chintya. Mau ngapain ni cewek di sini? Batin Yun, "Kaki anda?"
"Oh, i-iya...," Katanya gugup dengan masih memegangi kakinya yang perlahan berubah warna menjadi merah dan juga di sertai bengkak di area sekitar karena luka memar menghantam benda tumpul yang menyebabkan pecahnya atau rusak pembuluh darah kecil di bawah kulit tersebut dan tentu saja rasanya nyeri banget.
Yun berjongkok, memperhatikan luka memar yang kini telah membengkak dengan sangat teliti. Laki-laki tampan itu mendongakkan kepalanya untuk melihat wanita yang ada si depannya dengan mempelajari ekspresi wajahnya yang menahan rasa sakit dengan menggigit bibir bawahnya. "Pasti sangat sakit, apakah anda bisa berjalan sendiri?" Katanya lagi dengan berdiri.
Seketika wajah Chintya berubah menjadi merah mendapat perlakuan manis dari laki-laki dan ini untuk pertama kali untuknya, selama ini Chintya tumbuh dan besar di sekolah asrama yang sangat ketat hingga ia tak pernah berteman dengan laki-laki dan tentu saja ia tak pernah mengenal yang namanya cinta di sana. Perlakuan sederhana namun di mata Chintya sangat manis itu langsung membuat dadanya berdetak kencang dan terasa sesak untuk bernafas. Sejak kemarin sepulang dari acara perjodohan yang telah neneknya atur, wajah Yun selalu terbayang-bayang. Chintya merasa bingung karena dalam pikirannya hanya Yun dan ia tak bisa memungkiri bahwa pengen secepatnya ketemu buat liat dan denger suaranya dan tentu saja ia bukan cewek b*doh yang gampang percaya kalau apa yang ia lihat kemarin itu adalah benar, mana ada yang kayak gituan jeruk makan jeruk. Chintya yakin kalo cuma akal-akalan mereka berdua.
"I-iya, saya bisa jalan sendiri." Katanya lagi, kontan Chintya menundukkan wajahnya saat mata mereka beradu. Ya Tuhan... Ganteng banget... Bisa-biaa gue meleleh kayak es di msukin ke api kalo kayak gini terus. Baru aja melangkah, Chintya langsung oleng karena rasa sakit dan nyeri yang ia rasakan saat kakinya menyejtuh lantai untuk menopanh berat badannya. "Aw...!!!" Pekiknya dan langsung duduk, Duh... Ni kaki kok gak paham banget sih..., gue kan malu kalo gini...
Yun yang melihat Chintya menjerit itu langsung melepaskan sepatu yang di pakainya, mengelus lembut bengkak tersebut yang kini bertambah merah. "Nona, kita harus mengobatinya, maaf sebelumnya kalau saya berbuat lancang." Yun mengambil jeda, "Saya akan membawa anda ke ruangan saya dan untuk sampai kesana saya akan menggendong anda karena melihat kondisi sekarang ini anda tidak mungkin bisa berjalan."
Mata Chintya terbelalak,
What??
Gendong???
Bisa-bisa jantung gue langsung berhenti kalau di gendong, aduh... gimana nih...
Yun yang melihat ekspresi Chintya berubah menjadi panik itu langsung bisa membaca kalau tu cewek mungkin keberatan dengan apa yang bakal dia lakuin. "Atau anda ingin pakai kursi roda?" Katanya memberikan pilihan lain sebagai solusi yang baik.
"Iya! Saya pakai itu saja." Katanya cepat.
Yun memanggil penjaga pintu.
"Ada apa tuan sekertaris? Tolong bawakan kursi roda."
"Baik Tuan, ada lagi?"
"Susu hangat dan kotak P3K ker ruangan saya."
"Apa tuan sakit?" Katanya cemas mendengar permintaannya.
"Tidak, nona ini kakinya memar."
"Oh..., baik tuan." Katanya berlalu dan tak berapa lama mendorong kursi roda.
Yun tersenyum ke arah Chintya, "Nona," Mengulurkan tangan untuk memapah Chintya.
Awalnya Chintya ragu tapi langsung ia tepis rasa ragu itu karena ia tau kakinya gak mungkin bisa ia injakkan.
********
Hi Readers yang budiman..., budiwati, mbak budi, bapak budi 🤣
Makasih ya kalian udah pindah dari novel author satunya yang judulnya "Cinderella jaman now" ke labirin cinta.
Kalau yang di cinderella itu lebih banyak author ngambil sudut pandang dari kehidupan pemeran ceweknya alias ella tapi kalo di sini author ngambik dari sudut pandang Yun dan Rega karena mereka emang kemana-mana bareng.
Ada beberapa nama tokoh yang masih sama atau emang sama sama yang di Cinderella tapi ada juga nama-nama baru.
Makasih buat kalian semua yang udah setia nunggu Up dan tetap setia sam novel-novel daro author.
Jangan lupa buat Like, Vote dan komentarnya kalau kalian suka (Tapi author harap kalian suka ya sama novel author).
Makasih....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
titis irene
lanjut baca... memikat hati
2023-06-30
0
Putri Sriwahyuni
jadi ini cerita 4 tahun lalu ya thor waktu si om blm ketemu ella
2020-08-18
1
fedina
jadi meleleh aq nya tuuuh xlo dgendong si aa' yun
2020-07-08
4