keputusan

Hanin sudah menghabiskan makanannya, dia pergi ke kamar sementara Evan pergi mengambil baju ganti untuk Hanin di kamarnya.

Sementara menunggu baju datang, Hanin membuka bajunya lebih dulu tanpa menutup pintu hingga dirinya hanya menyisakan pakaian dalamnya saja tanpa penutup kain atau selimut di tubuhnya.

" Hanin, ini baju gan ..." Sontak Evan mematung saat melihat tubuh Hanin yang hanya terbungkus oleh dalaman saja.

Karena pintu tidak di tutup laki-laki itu menyelonong masuk begitu saja, dia pikir Hanin tidak akan melepaskan bajunya lebih dulu. Namun siapa di duga jika gadis itu sudah nyaris bugil. Evan dapat melihat lekuk tubuh Hanin yang begitu indah di pandang, dengan susah payah dia menelan ludahnya.

" Oh, terima kasih Om." Dengan tanpa malu Hanin berjalan mendekat ke arah Evan yang sedang mati-matian menahan sesuatu. Dia menyerahkan baju itu dengan memalingkan wajahnya.

" Kenapa kamu membuka bajumu?" Tanya Evan dengan wajah merahnya.

" Loh, bukannya jika memakai baju memang harus di buka ya?" Ujar Hanin, sepertinya sia memang sengaja ingin memancing Evan agar tergoda padanya.

Ya, tujuan Hanin agar Evan tergoda padanya, Hanin ingin melakukan pembalasan atas rasa sakit hatinya dengan cara merayu ayah dari kekasihnya itu. Tidak peduli tindakan nya ini dampaknya akan seperti apa, karena menurutnya menikah dengan Evan tidaklah buruk juga yang penting dia ingin mantan kekasihnya itu merasakan apa yang dia rasakan. Berselingkuh dengan sahabat, maka dia akan membalas menikah dengan ayahnya.

" Aaauw ..." Hanin pura-pura tersandung kakinya sendiri hingga tubuhnya terjatuh tepat kedalam pelukan Evan.

" Kamu gak apa-apa?" Evan memegangi tubuh Hanin, dia dapat merasakan kulit halus itu.

" Aku gak apa-apa, Om cuma kaki ku agak sakit." Hanin pandai berakting, dia hanya ingin membuat Evan tertarik dengannya. Padahal saat ini dia begitu takut, namun karena tekatnya sudah yakin maka Hanin pun harus melakukan hal semacam ini.

" Tolong bawa aku ke tempat tidur, Om. Sakit," pintanya. Evan menggendong Hanin ala pengangin lalu dia dudukan di tempat tidur. Dari dekat Evan melihat tubuh putih mulus Hanin, lagi -lagi dia menelan ludahnya.

" K-kamu pakai dulu bajunya. Om mau ke kamar dulu." Takut khilaf Evan lebih baik pergi dari sini, setan banyak sekali rasanya apalagi hawa menjadi semakin panas, dia harus mandi air dingin.

" Om mau ke mana? Kaki Hanin sakit," cegahnya sambil menahan tangan Evan.

" Ini berbahaya, Hanin," ucap Evan.

" Bahaya apa?" Dengan wajah sok polos Hanin pura-pura tidak mengerti.

" Pokoknya berbahaya, Om gak boleh berada di sini." Evan tidak bisa menahan dirinya. Dia harus segera pergi dari kamar ini. Evan bangkit dia melangkah namun saat hendak keluar dari kamar tiba -tiba Hanin berteriak.

" Auw, aduh sakit banget," keluh nya sambil memegangi kaki.

Evan menoleh, dia tidak tega melihat Hanin yang kesakitan. Sambil tahan nafas dia kembali lagi lalu berjongkok dan meraih kaki Hanin yang sakit itu.

" Apa masih sakit?" Tanya Evan, dia tidak berani menatap Hanin. Evan sedang memijit pergelangan kaki Hanin saat ini.

" Masih sakit Om, disini." Hanin membungkukan badannya untuk menunjuk tempat rasa sakit pada kakinya sehingga jarak mereka semakin dekat.

Evan benar-benar tidak tahan lagi, kemudian dia menatap Hanin lalu mendorong tubuh gadis itu kemudian dia merangkak di atasnya.

" Apa kamu sengaja membuat Om gila, Hanin?" Katanya dengan nafas tersengal, hawa semakin panas saja. Wajahnya nampak merah sekali karena sedang menahan sesuatu yang sudah meronta-ronta di bagian bawah sana.

" A-apa maksud Om?" Sebenarnya jantung Hanin berdetak kencang. Ada rasa takut dalam dirinya apalagi melihat Evan yang seperti lapar menatap dirinya.

" Om adalah laki-laki normal, Hanin. Om tidak yakin bisa menahan diri. Jadi tolong jangan pancing ikan yang akan membuat kamu menyesal nantinya."

Hanya laki-laki yang tidak normal saja jika tidak tergoda dengan umpan yang nikmat seperti ini.

" Jika tidak bisa menahan diri kenapa mesti harus ditahan?" Hanin malah semakin memancing.

" Jangan gila kamu Hanin, apa kamu tahu apa yang akan terjadi?" Evan tidak mengerti dalam pikiran gadis di bawah tubuhnya ini.

" Jika Om mau, Hanin gak apa-apa kok. Tapi Om harus janji akan bertanggung jawab dan secepatnya menikahi Hanin."

Evan melotot lalu dia langsung bangkit, jadi Hanin memang sengaja memancing dirinya hanya karena ingin di nikahi. Sekarang Evan mengerti.

" Apa semua ini ada hubungannya dengan Aidan?" Tanya Evan datar.

" Aku hanya ingin membalas rasa sakit hati yang dia lakukan padaku," jawab Hanin. Dia tau caranya ini memang salah, tetapi dia ingin membuat laki-laki itu merasakan hal yang sama.

" Dengan cara memanfaatkan Aku?" Kata Evan. Hanin mengangguk. Evan langsung mengusap wajahnya kasar lalu dia menatap Hanin.

" Kamu salah dengan membalasnya seperti ini, Hanin."

" Lalu aku harus diam saja, melihat mereka bahagia sementara hatiku terluka? Aku tahu ini salah, tapi aku ingin dia merasakan bagaimana rasanya jika mendekati orang terdekat, sakit sekali rasanya." Teriak Hanin dia emosi sekali jika mengingat kejadian itu. Mungkin jika Aidan selingkuh dengan wanita lain yang tak dia kenal tidak akan sesakit ini rasanya.

Maka sebab itulah dia ingin memanfaatkan ayah Aidan.

" Kalau Om gak mau yaudah gak apa-apa. Aku bisa cari laki-laki lain." Hanin memakai baju kemeja tadi dia hendak pergi untuk mencari laki-laki lain yang akan dia jadikan ajang balas dendamnya.

" Terima kasih untuk semuanya." Hanin bangkit lalu dia mengambil tasnya kemudian hendak melangkah keluar dari kamar. Tiba-tiba tangan besar memeluk tubuhnya dari belakang.

" Apa kamu tidak masalah menikah dengan laki-laki tua seperti Om? Bahkan lebih tua dari ayah kamu," kata Evan. Dia tidak membiarkan Hanin mencari laki-laki lain.

" Hanin sudah pikirkan ini matang-matang, selama hati Hanin puas bisa membuat Aidan merasakan yang Hanin rasakan. Hanin tidak masalah jika harus menikah dengan Om. Lagi pula Om masih ganteng kok, belum menjadi aki-aki jadi tidak masalah," ucap Hanin yakin.

Evan memutar balik tubuh Hanin dia mengangkat dagu gadis itu kemudian Evan mengecup bibirnya yang sedari tadi sangat menggoda itu walaupun agak kesusahan lantaran tubuhnya yang terlalu tinggi sehingga harus membungkuk.

" Jangan menyesal suatu saat Hanin. Karena Om tidak akan membiarkan kamu pergi, dan kamu akan selamanya menemani Om sampai nafas terakhir. Apa kamu mengerti!" Ucap Evan. Dia sudah pernah bercerai satu kali, jadi untuk yang kedua kalinya dia tidak akan melakukan hal yang sama.

" Dan, kamu harus melahirkan anak-anak ku yang banyak." Laki-laki itu berbisik, dia akan membuat Hanin melahirkan anak-anak dengan jumlah banyak agar tidak merasa kesepian nantinya.

Glek ... Hanin menelan ludahnya, sepertinya dia sudah melakukan hal yang salah tetapi tidak bisa lagi untuk mundur karena sekarang laki-laki dihadapannya ini sudah membawanya ke syurga dunia ....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!