Setelah sampai di depan rumah, Evan menggendong Hanin lalu membawanya masuk. Sementara gadis itu masih saja tertidur lelap tanpa tahu jika dirinya sedang di gendong.
" Bisa-bisanya kamu terlelap seperti ini, bagiamana jika sesuatu terjadi padamu," ucap Evan lalu dia meletakan tubuh mungil itu ke tempat tidur. Kemudian dia berjongkok dan memandangnya.
" Aneh sekali, kenapa Aidan berselingkuh darimu?" Ucapnya sambil terus memandangi wajah cantik yang tengah tertidur damai itu.
Evan hendak berdiri, tiba-tiba tangannya di tarik oleh Hanin.
" Om, kita ada dimana?" Tanyanya sambil mengucek mata.
" Sekarang kita sudah berada di rumahnya Om. Apa kamu butuh sesuatu?" Tanya Evan, dia duduk disamping Hanin.
" Aku laper," ucapnya dengan nada manja. Evan terkekeh. Sementara Hanin menyengir lantaran sedari tadi perutnya memang belum diisi makanan, hanya penuh dari minuman saja. Tentu perutnya demo, dia pun gak bisa tidur dalam keadaan lapar.
" Yasudah, Om buatkan kamu makannya. Apa kamu mau makan sesuatu?" Evan bisa memasak tetapi dia harus bertanya dulu siapa tahu ada sesuatu yang ingin dimakan oleh Hanin.
" Aku tidak pilih -pilih makanan." Karena tidak bisa memasak, jadi tidak perlu pilih-pilih makanan. Jika ingin makan sesuatu bikin sendiri, kata mamanya.
" Oke ..." Evan hendak beranjak, tapi lagi-lagi tangannya di tarik oleh Hanin.
Evan menoleh. " Emmm, aku mau mandi dulu, apa Om punya baju yang muat dari aku? Rasanya gak nyaman banget sama bau nya." Dengan senyum malu dan wajah merah Hanin meminta baju. Rasanya tidak pantas sekali bicara seperti ini apalagi pada orang yang lebih tua, tapi mau gimana lagi karena tidak ada orang lain selain laki-laki dihadapannya.
Evan tersenyum, lalu dia mengusap kepala Hanin. " Oke, nanti Om siapkan bajunya. Kamu mandi aja dulu Om mau ambil di kamar Om dulu." Hanin mengangguk. Lalu Evan keluar dari kamar.
Hanin sedang mandi, Evan masuk membawakan baju kemeja putihnya dan celana training olahraga nya. Karena hanya baju kemeja putih dan celana itulah yang menurutnya paling kecil. Lalu Evan kembali keluar menuju dapur untuk menyiapkan makanan. Evan pandai memasak hingga ke alihanya itu menurun ke Aidan. Sementara anak Evan yang perempuan tidak memiliki alih warisannya, anak perempuannya malah ingin menjadi dokter dan sekarang ini ikut bersama ibunya di luar negeri.
Evan dan istrinya bercerai lantaran sudah tidak memiliki kecocokan satu sama lain lagi. Mantan istrinya sudah memiliki keluarga baru sementara Evan masih betah menduda.
" Om ..." Hanin turun dari tangga sambil sedikit berlari. Evan nyaris saja menjatuhkan telurnya saat melihat Hanin yang sudah memakai baju kemeja yang ternyata agak kebesaran di tubuh Hanin. Tetapi yang membuatnya kaget karena Hanin tidak menggunakan celana yang dia berikan, kemeja itu hanya sebatas atas paha Hanin saja sehingga membuat gadis itu nampak sangat seksi sekali.
Evan menelan ludahnya dengan susah payahnya.
" Kamu kenapa tidak memakai celananya?" Tanya Evan. Dia tidak berani melihat arah Hanin.
" Kebesaran Om, kalau di pake melorot terus. Yaudah di tinggal aja deh." Sambil menarik kursi Hanin duduk sambil memperhatikan Evan yang memasak.
" Om Evan ganteng banget sih, beda jauh banget sama Aidan," batinnya terus menatap Evan.
Menyebut nama Aidan rasa sakit hatinya kembali lagi, saat terus memperhatikan Evan timbulnya ingin membalas perbuatan mantan kekasihnya itu.
" Om, ada yang bisa aku bantu," ucap Hanin, dia sudah berdiri di samping Evan. Tubuh laki-laki itu sangat tinggi hingga Hanin hanya setengah lengannya saja. Namun tubuh berotot itu sangat menggiurkan para wanita.
" Udah mau selesai kok, kamu duduk aja bentar lagi mateng," tolak Evan, namun Hanin tidak menurut, dia tidak membantu dan tidak kembali duduk melainkan terus menatap Evan yang sedang fokus memasak.
" Kenapa? Apa ada sesuatu di wajahku?" Tanya Evan.
" Iya, Om ganteng banget," ceplos Hanin, lalu dia menutup mulutnya kemudian berlari ke meja makan dan duduk disana.
Sementara Evan m menetralkan dirinya berusaha untuk tidak berbunga-bunga. Yang mengatakan itu bukan hanya satu atau dua wanita saja tapi memang sih ada sedikit perbedaan di hatinya seperti ada sengatan listrik pada hatinya saat dipuji tadi.
" Silahkan dimakan, maaf ya Om cuma masak ini aja soalnya stok lagi pada habis." Evan meletakkan makanan yamg dia masak tadi. Nasi goreng telur dadar atas.
" Ini aja sudah cukup kok, Om malah justru aku berterima kasih, karena kalau tidak perutku pasti demo terus," ucapnya sambil menyengir lalu memasukan makanan ke mulutnya.
" Emmm, enak banget." Sambil tubuh bergoyang-goyang, Hanin terus memakan makanannya dengan lahap.
" Ups, ya kotor deh bajunya." Karena tidak bisa diam saat makan sampai beberapa nasi terjatuh mengenai baju putih itu.
Evan terkekeh, dia begitu gemes melihat prilaku manja Hanin.
" Nggak apa-apa nanti Om Carikan baju yang lain."
Hanin tersenyum lebar lalu kembali memakan makanannya dengan lahap.
" Om, di rumah sebesar ini tidak ada orang?" Sedari tadi Hanin tak melihat para ART di rumah ini.
" Iya, mereka datang hanya seminggu 3x untuk membersihkan rumah. Itu pun datang pagi pulang sore saja, Om lebih suka sendiri," ucapnya. Hanin manggut-manggut.
" Terus kenapa Om gak nikah lagi?" Dia kembali bertanya. Tidak mungkin wajah setampan ini tidak ada wanita yang mau menikah dengannya. Apalagi Evan cukup kaya makan memiliki perusahaan sendiri walaupun tidak terlalu besar untuk 7 keturunan tidak bakalan habis.
" Entahlah masih belum mendapatkan yang cocok," jawabnya.
" Memangnya wanita tipe ideal Om itu seperti apa?" Kembali bertanya.
" Memangnya kamu mau mendaftar jadi calon istrinya Om?" Canda Evan.
" Kalau Om mau menikah sama aku, aku mau," jawab Hanin cepat untuk membuat Evan keselek bahkan hingga laki-laki itu batuk-batuk.
" Om gak apa-apa?" Hanin memberikan segelas air putih.
" Kamu itu kalau lagi makan jangan suka bercanda. Udah ayo cepat habiskan, setelah itu kita tidur hari sudah semakin larut."
Evan tidak menanggapi serius perkataan hamil dia tahu jika gadis itu hanya bergurau saja agar mana mungkin gadis cantik bahkan umur masih sangat begitu mudah mau menikah dengan dirinya yang sudah hampir setengah harga tentu tidak mungkin sekali ditambah lagi perbedaan umur mereka yang sangat jauh sekali dan terlebih lagi Hanin adalah kekasih anaknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments