Bab 3.

BAB 3.

“Hei, kamu namanya Sangga, ya? Tadi dipanggil tuh sama orang di peron!” Gadis itu buka suara sambil tersenyum.

 “Iya saya Sangga, lengkapnya Sanggabuwana. Kamu siapa?” tanya Sangga malu-malu.

“Kenalkan, saya Istikah!” Gadis itu mengulurkan tangannya.

“Sanggabuwana!” Sangga menyambut uluran tangannya.

“Kamu mau ke Jakarta juga?” tanya Istikah dengan senyumnya yang manis.

“Iya, kamu?” tanya Sannga balik.

“Iya nih, aku juga, aku mau melanjutkan kuliahku di sana, Sangga. Kebetulan, aku mau dikuliahkan oleh pamanku yang seorang bisnis man, di Jakarta,” jawab Istikah dengan ramah.

“Wah, enak ya, ada yang mau kuliahin kamu. Aku juga mau lanjutkan kuliah, tapi belum bisa kayaknya, karena uangku belum ada.” Sangga menyenderkan punggungnya ke belakang.

“Hm, ya sabar, aku juga dikuliahkan oleh pamanku yang seorang pebisnis besar di bidang kain. Dia baik sekali.”

“Oh begitu, selamat ya, mungkin saya akan menyusul kuliah di Jakarta!” Sangga berusaha tersenyum.

“Oh iya, kamu mau ke Jakartanya, kemana?” tanya Istikah penasaran.

“Akuuu…Tidak tau, aku tidak punya sanak saudara juga di sana. Aku memang mau merantau dan mengadu nasib ke Jakarta. Aku mau bekerja dulu dan kumpulkan uang, terus kuliah.” Sangga menjawab dengan nada sedih.

“Jangan sedih gitu Sangga, kalau ada tekad pasti berhasil.” Istikah menyemangati.

“Iya, terima kasih, Istikah!” sahut Sangga. Mereka masih terlibat obrolan di seputar kehidupan mereka masing-masing. Pagi sekali, mereka sampai di Stasiun Senen, mereka berpisah karena Istikah langsung dijemput oleh pamannya sendiri. Mereka saling melambaikan tangan. Sangga langsung mencari masjid untuk istirahat dan menunggu subuh.

Setelah sholat subuh, Sangga berjalan keluar masjid dan menunggu bus di pinggir jalan sambil yang menuju ke arah Kota. Tak lama, bus itu muncul dan dia naik. Perjalanan pagi membuat dirinya merasa segar karena sudah istirahat yang cukup.

Sesampainya di terminal Kota, dia turun dan berjalan ke arah stasiun Beos. Sangga membeli minum dan cilok untuk mengisi perutnya. Dia tak tahu arah tujuannya di Jakarta, karena dia baru pertama kali ke Jakarta. Hanya dia mencari keberuntungan sajaTiba-tiba dari seberang jalan tampak seorang bapak yang sudah tua ingin menyeberang jalan ke arahnya, tapi karena jalanan ramai si bapak selalu ragu.

Sangga memperhatikan terus ke arah bapak itu dan berdiri mengamati. Benar saja, sewaktu bapak itu mulai mendorong gerobaknya yang sudah di tengah jalan, tampak sebuah motor dengan kecepatan tinggi tiba-tiba oleng karena kaget melihat gerobak si bapak yang muncul tiba-tiba. Alhasil, motor tersenut menyenggol gerobak depannya.

“AWAS KEK!!” Sangga berteriak tapi sudah terlambat.

BRAKK

BRAKK

KROMPYANG

Karena bapak itu tidak bisa menahan gerobaknya yang cukup besar, gerobaknya pun terjatuh dan semua barangnya berhamburan semua. Kendaraan yang ada di belakangnya semua langsung berhenti, otomatis melihat hal itu, pengendara motor yang tak mau tanggung jawab melajukan motornya dan kabur.

Melihat kejadian itu, Sangga langsung membantu gerobak kakek tua itu dan mendorong gerobak ke pinggir jalan agar tak menghalangi jalan yang sudah padat itu. Dibantu oleh beberapa orang Sangga mengangkat gerobaknya. Semua barang-barang yang di gerobak langsung dibawa oleh beberapa orang ke pinggir jalan.

“Kek, kakek tidak apa-apa?” tanya Sangga.

“Terima kasih nak, kakek tadi sempat dengar suaramu, tapi saya tidak bisa menghindar dari orang yang naik motor itu. Mungkin sudah nasib kakek, nak!” Sang kakek sedih.

“Sudahlah kek, saya bantu dorong gerobaknya, tenang saja kek. Kakek rumahnya jauh nggak dari sini?” tanya Sangga sambil menaikkan barang-barang yang tercecer ke dalam gerobak si kakek.

“Agak jauh nak dari sini! Sudahlah nak, kakek saja yang dorong!” Sahut Kakek mau mengambil dorongannya. Dia terlihat masih gemeteran tangannya karena peristiwa tadi.

 “Sudah kek, jangan! Keliatannya kakek belum sarapan, ya? Kakek gemeteran gitu loh!” tanya Sangga bicara dengan kakeknya.

“Belum nak,kakek memang belum sarapan! Kakek sudah kehabisan modal untuk dagang, jadi tadi belum sempat beli sarapan. Eh, sekarang malah habis semua barang dagang kakek tumpah semua. Tapi ya namanya apes. Mau bagaimana lagi??!” Kakek itu menunduk lesu karena sedih dan kesal. Terlihat sang kakek meneteskan air matanya.

“Saya Sanggabuwana, kek!” Sangga langsung mengulurkan tangannya.

“Saya Kresna!” Kakek menyambut tangan Sanggabuwana dan mengusap air matanya yang menetes dari pelupuk matanya.

“Ya sudah, kita ke rumah kakek saja, saya bantu saja kek, tenang saya kuat  kok!” Sangga langsung mendorong gerobak cilok itu yang beberapa kayunya ada yang patah. Tapi Sangga sudah mengikatnya dengan tali rafia yang dia temukan dipinggir jalan, sehingga bisa didorong.

Mereka berjalan saling diam memperhatikan jalan, Sangga menikuti kkek yang berjalan pelan. Terlihat sang kakek masih shok dengan kejadian yang baru dialaminya. Sesampainya di rumah kontrakan kakek, gerobak cilok oleh Sangga dipepetin ke tembok.

“Mari masuk, nak Sangga!” Ajak kakek yang membuka pintu kontrakannya.

“Iya, terima kasih kek. Ini kawasan padat ya, kek?” tanya Sangga yang masuk dan melepaskan sandalnya. Dia meletakkan tasnya di dalam kamar yang hanya berukuran 3 X2 meter saja.

“Iya nak, ini kawasan padat, nak! Inilah tempat tinggal kakek. Sudah 10 tahun ini, kakek hidup sendiri disini. Kamu mau minum apa, nak?” tanya kakek.

“Air putih saja kek. Kakek tinggal sendiri saja disini?” tanya Sangga yang tak menemui satu orangpun di rumah kecil itu. Dia melihat kontrakan kakek tidak banyak isinya.

“Iya nak, kakek hidup sendirian di sini, hanya sebatang kara di Jakarta ini. Kakek hidup sendiri di Jakarta sudah lama!”

“Apa Kakek tak punya keluarga, anak atau cucu gitu?” tanya Sangga salut dengan ketangguhan kakek yang bisa hidup sendirian.

“Tidak nak, mereka ada di kampung semua. Tapi sudah sepuluh tahun lebih kakek tidak bertemu dengan mereka! Entah, apakah mereka masih di sana atau tidak? Ataumereka memang sudah tak ingat kepada kakek!” Jawab kakek yang sudah susah untuk berjalan.

“Kek, kakek tidak usah jualan lagi, kakek jaga kesehatan saja.” Sangga kasian melihat sang kakek

yang sudah susah untuk jalan, dan tenaga nya yang juga sudah tidak kuat lagi.

“Kalau kakek tak jualan, kakek hidup dan dapat uang dari mana, Sangga! Sekarang saja kakek sudah tak punya modal untuk berjualan!” ucapnyasambil menuangkan air putih di gelas Sangga.

“Terima kasih, kek.” Sangga langsung meminum air putihnya sampai habis.

“Kalau boleh tau, nak Sangga ini darimana dan mau kemana?” Kakek duduk di seberang Sangga dan mendekatkan teko air putihnya ke dekat Sangga.

“Saya dari Cirebon kek, saya ke Jakarta ini untuk mengadu nasib, kek.  Beberapa minggu lalu, bunda saya meninggal dunia. Setelah lulus SMA kemarin, saya diusir oleh rentenir yang bilang kalau bunda saya dulu telah hutang ke dia. Saya harus membayar sepuluh juta, sedangkan hutangnya saja lima juta, karena sudah membakar rumahsaya, dia anggap impas dengan bunganya! Saya uang darimana kek segitu??” Sangga tampak sedih terlihat oleh kakek Kresna.

“Jadi dia membakar rumah kamu juga?? Ya, namanya rentenir, Sangga. Mereka pasti ingin bunga yang besar. Kadang manusia tidak tau bahayanya Riba dan jadi rentenir!!” Kakek ikutan minum.

“Iya kek, makanya saya lari dari sana, setelah melihat rumah saya hangus terbakar. Makanya dengan uang sisa saya bekerja, saya kabur ke Jakarta ini. Kali saja nasib membawa keberuntungan!”

“Oh iya kek, saya mau beli makanan untuk sarapan kita. Kasian kakek belum makan! Apa ada warung di dekat sini, kek?” Sangga berdiri.

“Itu sebelah belokan ke arah sini ada warung lengkap! Ada jual makanan kecil dan kelontong!” Jawab kakek.

“Hm, baiklah kek, saya ke sana dulu ya kek. Kakek mau makan apa?” tanya Sangga.

“Apa saja nak, maaf ya kakek sudah tak punya uang lagi. Untuk besok jualan saja, kakek tidak tau dapat uang tidak?” jawab kekek sedih.

“Sudahlah kek, kalau untuk modal jualan besok, Sangga ada, pakailah dulu. Ini kek uangnya.” Sangga menyerahkan uang satu juta kepda kakek.

“Terima kasih nak Sangga, kamu baik sekali. Padahal kita baru kenal, dan kamu belum kerja lagi. Kakek pinjam dulu ya, nanti kakek ganti kalau sudah ada hasil dari jualan ciloknya!”

“Tidak usah diganti kek. Sangga Iklas kok!”Sangga tersenyum kepada kakek Kresna.

“Hmmm…Terima kasih nak Sangga.”

“Iya kek, aku ke warung dulu ya, kek.” Sangga langsung berjalan ke warung yang dituju. Diamembeli kebutuhan yang diperlukan dirumah itu.

Setelah sampai di rumah kakek. Mereka makan nasi uduk yang dibeli Sangg dan makan berdua dengan lahap.

“Nak Sangga, kamu disini saja tinggal bersama kakek. Selagi kamu belum dapat pekerjaan bisa membantu kakek jualan cilok, mau?” tanya kakek Kresna

“Kek, saya berterima kasih kalau boleh diijinkan oleh kakek. Tapi apakah tidak memberatkan kakek? Saya kan belum bekerja? Lagi pula saya belum paham bikin cilok?” tanya Sangga dengan nada sopan.

“Tidak nak Sangga. Kalau ada kamu, kakek ada temannya disini, sekaligus kamu bisa nemani kakek berjualan cilok! Nanti kakek juga bisa juga jualan somay dan batagor!”

“Ya, baiklah kek. Saya mau, tapi ajarkan saja membuat cilok dan somay yang enak, hehehe.”

“Boleh, tenang saja. Semua ilmunya akan kakk turunkan kepadamu!” ucap kakek Kresna. “Ayo, nak Sangga, tehnya mumpung masih panas. Atau mau kakek buatkan kopi?” tanya kakek.

“Tidak usah kek, biar saya saja yang bikin sendiri kek!”

Sangga melihat beberapa bingkai foto kakek saat muda dan dia berdiri melihat foto yang ada di tembok dari dekat.

 “Ini ada kakek di dalam foto ini? Yang mana kek?” tanya Sangga sambil menebak foto kakek yang berdiri bersama beberapa kawan seperguruannya.

Kakek berdiri pelan-pelan dan mendekat ke Sangga.

“Ini kakek! Ini guru kakek!” Ucapnya sambil menunjuk ke foto.

“Mana guru kakek? Tidak kelihatan ahh, itu cuma tiga orang! Yang mana kakek??” Sangga mendekatkan matanya ke foto takut salah melihat. Kakek Kresna langung menjentikkan jarinya di depan mata Sangga. Sangga kaget karena melihat ada orang tua berjenggot putih sampai sedadanya, sedang berdiri disamping foto

kakek dengan memakai kalung liontin batu berwarna hijau menyala. Dia tampak tersenyum ke arah kamera.

“Masya Allah, kek. Aneh, tadi tidak ada, kok sekarang ada? Kenapa baru bisa Sangga lihat ya?? Tadi padahal tidak ada guru kakek!” Kakek langsung menjentikkan kembali jarinya dan Sangga kembali kaget karena foto gurunya kakek kembali tak terlihat alias menghilang.

“Subhanallah, kok bisa sih, Kek? Kakek hanya menjentikkan jari saja, begini, terus aku bisa lihat. Kemudian, aku tidak bisa lihat lagi setelah kakek menjetikkan jari lagi. Kakek hebat, belajar dimana kek? Kok bisa begitu?” tanya Sangga terheran-heran melihat sendiri aksi kakek Kresna.

“Kalau saya buka mata batin kamu, nanti bisa melihat Guru kakek. Dan kamu akan juga bisa melihat semua makhluk tak kasat mata di dunia nyata. Karena mata kamu sudah menjadi mata Jin!” Kakek menjelaskannya.

“Maksudnya kek? Kalau dibuka mata Jinnya, aku bisa melihat makhluk halus, begitu??” Sangga tak mengerti maksud kakek Kresna.

“Maksudku, kamu bisa melihat Jin dan sebagainya yang tak kasat mata. Ya, kalau memang  kamu sanggup dan tidak takut dengan banyak bentuk aneh-aneh, tak apa-apa.Tapi kalau kamu tidak kuat, kamu akan ketakutan terus! Karena bentuk mereka yang aneh-aneh. Mau kakek buka saja mata Jin kamu?” Jawab kakek menjelaskan.

“Hmmmm..Hmmm….Baik kek, memang sih saya nggak pernah melihat yang seperti itu sampai sekarang! Apa saya boleh tetap dibuka mata Jinnya, nanti kalau Sangga sudah tak kuat, akan bilang sama kakek deh untuk ditutup lagi. Bagaimana kek?” tanya  Sangga.

“Baiklah.Kakek akan membuka lagi mata batinmu!” Kakek langsung menjetikkan kembali jarinya. Sangga kembali bisa melihat gurunya kakek Kresna di bingkai foto itu.

"Aku sudah bisa melihat nih, kek?" tanya Sangga penasaran.

"Kamu sudah bisa lihat gurunya kakek belum di foto itu?" Sangga melihat kembali ke fotoitu dan tersenyum.

Kenapa Sanggabuana tak bisa melihat? Apakah ada sebuah rahasia?”

.......

.......

BERSAMBUNG

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!