5# Sambutan

Malam harinya, ketika Keyra sedang membereskan barang untuk dia pindah esok hari, pemuda itu hanya mengemas pakaian dan barang yang perlu saja. Karena berita ia akan pindah sudah tersebar ke tetangga terdekat, mereka mengucapkan salam perpisahan dan beberapa memberikan berbagai macam makanan pada Keyra tepat setelah ia pulang dari Kafe bang Qian dan kak Linda, padahal hari sudah mau memasuki waktu Isya, namun dengan baiknya mereka mempersiapkan hal ini sebelum Keyra pergi, rumor yang beredar, Keyra akan berangkat pada malam hari, jadi mereka memilih untuk datang ke halaman rumah Keyra untuk yang terakhir kalinya.

Fokus Keyra kini tertuju pada dua bingkai foto, yang satu fotonya ketika bersama sang ibu dan Nenek tercinta, dan yang satunya lagi ketika dirinya sedang bersama Nenek dan adiknya Bianca. Tidak ada foto lengkap sekeluarga, saat pemotretan bersama ibunya, sang adik belum lahir dan tidak sempat membuat album lain karena ibu Keyra yaitu Hera meninggal tepat setelah melahirkan Bianca.

Tanpa terasa, keadaan menjadi sunyi, bunyi serangga malam berhenti mengikuti keheningan Keyra yang diam menatap foto mendiang keluarganya, meskipun rindu, ia hanya bisa mendoakan ketiganya yang sudah di alam sana, dan untung saja Keyra masih memiliki media kenang-kenangan, yaitu berupa foto dan benda melingkar ditangan yang selalu ia kenakan.

Gelang kayu kaokah, meskipun menurut sebagian orang benda tersebut adalah gelang yang dapat dengan mudah ditemukan, namun bagi Keyra yang menerima hadiah itu dari ibunya saat ulang yang ke 5 adalah sesuatu yang sangat berharga, terlebih modelnya juga dibuat dengan gaya tersendiri, tidak hanya biji kayu yang disusun seperti manik-manik biasa, gelang ini memiliki ukiran menjadi bentuk ular yang Hera buat sendiri untuk Keyra, tangannya sangat terampil, sehingga gelang tersebut seperti sebuah maha karya yang mahal, dan sebagai tambahan, ada sebuah gantelan besi berbentuk belati lengkap dengan sarungnya tergantung di bawah.

“ Hm... gelang ini kuat juga ya, padahal dulu pernah mau dirampas sama_... “.

Keyra menghela nafas dan menghentikan ucapannya, ia jadi teringat satu orang lagi selain Ibu, Nenek dan Bianca, yaitu ayahnya, yang bahkan tidak mencari meski tidak bertemu setelah bertahun-tahun.

Sekedar bercerita sedikit, ayah Keyra menikah lagi seminggu setelah ibunya meninggal, itu menandakan bahwa pria tersebut mungkin sudah lama menjalin hubungan dengan si wanita jauh sebelum ibunya mengandung Bianca. Keyra akui wanita yang dinikahi ayahnya masihlah muda dan cantik, serta memiliki nilai plus yaitu berkepribadian baik, itu terbukti karena wanita tersebut menerima Keyra dan Bianca ketika pertama kali bertemu sampai seterusnya, bahkan ia masih berhubungan dengannya.

Namun Fredrik, yaitu ayahnya sendiri yang malah tidak menganggap Keyra sebagai anak, ia melakukan kekerasan terhadap Keyra kecil yang saat itu masih merasa sedih dengan kepergian ibunya, alhasil dirinya dan Bianca diurus oleh neneknya sampai Keyra berusia 13 tahun dan pada usia tersebut Nenek dan adiknya meninggal dalam kecelakaan.

“ Haha... liat, dia bahkan gak nyari anaknya yang udah gak ketemu bertahun-tahun, dasar orang tua gobl*k, gak pantes banget orang ke gitu dipanggil ayah, gue jadi kasian sama ibu Ika yang nikah sama orang ke gitu... “ Ucap Keyra menyebut istri kedua ayahnya.

“ Huft... hah... udahlah Key, sekarang lo jangan mikirin masa lalu, ngapain juga coba ... mending gue beres-beres barang biar cepet kelar “ gumamnya.

Beberapa detik setelah Keyra berbicara tadi, pemuda itu beranjak dari duduknya dan kembali mengemas barang, namun saat hendak memindahkan koper yang akan ia tutup, ada suatu benda yang jatuh berasal dari pupil matanya.

“ Eh? softlens gue jatoh? Apa udah rusak? “.

Keyra mengambil cermin, dan melihat warna murni matanya yang berbeda tanpa terhalang oleh lensa mata lagi, satu hal keunikan tersembunyi yang Keyra punya adalah dari warna pupil matanya, untuk yang kanan warna hitam pekat, sedangkan yang kiri warna coklat terang, perbedaannya sangat kontras dan mencolok. Hal ini mungkin cukup langka dan unik, ia juga tidak mengetahui sebab warna matanya seperti ini, dan yang tahu tentang matanya pun hanya Ibu, Nenek dan adiknya dulu, bahkan sang ayah tidak mengetahui hal tersebut karena saking jarangnya bertemu dan kepalang Keyra sembunyikan.

“ Kayaknya gue harus beli lagi yang warna coklat deh “ Guman Keyra.

***

Pukul 3 dini hari, Keyra dijemput oleh seluruh anggota keluarga Elrahma berkat bujukan dari Una, si pemegang tahta tertinggi keluarga tersebut, meskipun sejatinya Noland adalah orang dengan status tertinggi, namun nyatanya perintah Una lebih mutlak daripada yang lain.

Una berlari dan masuk ke pelukan Keyra, setelah tubuh anak itu membaik usai demam tempo hari, dirinya menjadi lebih ceria dari biasanya. Sembari membalas pelukan walaupun masih dengan perasaan canggung, Keyra mengelus kepala gadis itu yang tingginya sedagu, meskipun lebih pendek dari dirinya sendiri, namun tinggi badan Una sudah termasuk tinggi jika dilihat dari tinggi badan siswa lain menurut sepenglihatan Keyra, dan untuk dirinya yang lebih tinggi dari Una, bisa jadi faktor dari keturunan, karena meskipun baru berusia 15 tahun, Keyra memiliki tinggi tubuh 170 centi meter.

Masuk dan semobil dengan Una, Juan dan Devina, anggota yang lain duduk di mobil berbeda sesuai arahan dari kepala keluarga, hingga tiba di mansion mereka, anggota keluarga Elrahma ternyata sudah menyiapkan perjamuan untuk Keyra, tunggu... bukankah ini berlebihan untuk menyambut seorang pekerja baru?, pikir Keyra.

Una berjalan terlebih dahulu membuat Keyra sejajar dengan Noland, gadis itu berjalan mundur sambil banyak mengoceh seperti burung, Devina sempat menasehati gadis itu, namun tidak mempan karena rasa antusiasnya membuat ia enggan untuk berhenti, pada akhirnya Keyra membantu untuk meminta Una agar tidak berjalan mundur, itu cukup berbahaya, pandangan yang tidak fokus akan membuat kita mudah tersandung, apalagi posisi berjalannya menghadap kebelakang. Dengan mudahnya gadis itu menurut, ia berpindah ke samping Keyra untuk menggandeng tangan nya, satu kata dari Keyra seolah lebih efektif daripada seribu ucapan dari keluarganya, sungguh aneh bukan.

“ Keyra... “ Ucap Noland pelan dan hanya dapat didengar oleh Keyra sendiri.

“ Iya tuan... “

“ Sebenernya kamu pake ajian apa sih sampe Una nurut ke gitu? heran saya... “ Tanya Pria paruh baya tersebut.

“ Saya gak pake ilmu apapun kok, malah saya juga bingung ada manusia model Una, kalau saya beneran orang jahat, mungkin dari awal bakalan manfaatin Una biar bawa semua aset keluarga Elrahma, wuih... pasti saya udah kaya dari kemaren “ Ucap Keyra.

Noland menatap Keyra malas saat pemuda itu tersenyum jahil padanya, ia tidak ingin melanjutkan obrolan ini, sedikit besarnya ia sadar kalau Keyra adalah orang yang lurus, jika memang pemuda itu adalah orang yang serakah, mungkin ucapannya tadi akan menjadi kenyataan, terlebih sikap nya yang sok itu kenapa membuatnya teringat kepada seseorang. Tunggu... jika dilihat lebih detail lagi, kenapa anak ini terasa mirip dengan Erlang putra pertamanya?, dari gaya sombongnya, logat bicara sampai omongannya yang tidak difilterpun hampir mirip.

‘ Efek udah tua ni kayaknya... ‘ Batin Noland.

“ Tada... selamat dateng bang Kekey “ Ucap Una sambil menunjukan perjamuan yang tidak lain adalah pesta penyambutan. Keyra ternganga, orang miskin sepertinya apa boleh disambut seperti ini?, atau setiap pekerja baru yang datang ke keluarga Elrahma akan selalu disambut demikian?.

“ Pak Juan... “ panggil Keyra kepada ayahnya Una.

“ Hm... “

“ Apa ini kerjaan Una lagi? “

Tidak dijawab, sebagai gantinya Juan hanya menghela nafas dan menggelengkan kepala, dirinya sudah tidak mau ambil pusing, cukup hanya penat saat mendengar permintaan Una saja, Ia tidak mau mendengar berbagai ocehan dari orang lain. Dan masih dalam keadaan heran, Keyra diseret masuk oleh Una, gadis itu entah kenapa sangat mengistimewakan Keyra sampai-sampai Razka dan Reza yang melihat dibuat geram karena cemburu.

‘ Awas aja lu Keyra... gue cincang lo entar ‘ Batin Razka dan Reza.

Melihat tatapan maut dari dua bersaudara itu, Keyra berkeringat dingin dan memilih untuk mengalihkan pandangan, sementara Devina dan Juan hanya tertawa melihat tingkah laku anak-anak didepan mereka. Acara penyambutan selesai dengan berakhirnya makan bersama, hari menjelas siang dan waktu sudah menunjukan pukul 10 pagi, perayaan yang dilakukan sejak diri hari memang membuat tubuh lelah, dan kebetulan sekarang adalah akhir pekan, jadi Una bisa bersantai dan tidur 5 menit kemudian setelah Keyra antar ke kamarnya.

para pekerja mulai membereskan kembali semua perabotan dan interior seperti sedia kala, tentu saja Keyra ikut membantu, ia masih sadar diri karena keributan ini disebabkan oleh dirinya meskipun Una lah yang meminta hal itu pada mereka, namun sempat ditahan oleh Devina dan Juan, Keyra tetap membantu para maid dan butler sampai semua tuntas.

“ Akhirnya yang ini kelar juga... apa ada kerjaan lain bu Jola?, biar saya bantu deh ya “ Ucap Keyra pada salah seorang maid yang ada didapur.

“ Gak papa tuan Keyra, ini biar saya sama maid lain aja yang kerjain “ Ucap wanita tersebut.

“ Gak papa bu, saya gak masalah kok “

“ Tapi... tuan Keyra kan tamu sepesial nona Una, seharusnya__... “

“ Saya cuma orang biasa kok, bukan dari keluarga besar atau apa, malah saya itu cuma anak sebatang kara, jadi gak perlu sungkan, dan lagi... bisa gak ibu sama yang lain jangan panggil saya dengan awalan ‘tuan’? kesan nya terlah wah gitu, setidaknya... kalau masih keberatan, ibu bisa manggil saya santai pas lagi berdua aja “ Ucap Keyra memotong ulasan Jola.

Jola tersenyum melihat perilaku ramah Keyra, selama menjadi maid puluhan tahun dan bayak berpindah tempat, dirinya baru menemukan anak yang sebaik Keyra, mungkin ada beberapa yang sejenis, tapi jika sampai ikut turun tangan membantu para pekerja seperti yang pemuda itu lakukan, Jola sendiri baru pertama kali melihat modelan seperti ini, selain murah senyum, entah kenapa ia merasa bahwa Keyra memiliki aura yang dapat membuat orang disekitarnya terasa nyaman, terlebih senyum hangatnya itu seperti membuat hati menjadi tentram.

‘ Wajar aja nona Una suka banget sama nak Keyra ini...' ternyata itu penyebabnya... “ Batin Jola.

Melihat semua pekerjaan sudah selesai, Keyra diantar oleh Devina menuju kamar barunya, ia sempat ragu untuk masuk ruangan tersebut, karena dilihat dari luas dan fasilitas dikamar ini sangatlah jauh berbeda dengan yang dibayangkan Keyra tentang kamar asrama para pekerja. Seolah tahu tentang kebingungan pemuda yang berada disamping, Devina menjelaskan bahwa Una lah yang meminta Noland untuk membuatnya tinggal di rumah utama, namun karena Keyra nantinya pasti menolak jika diberi kamar yang mewah, Juan mengusulkan agar Keyra tinggal di kamar lantai dua tempat para tamu menginap, namun Keyra ditempatkan di kamar yang paling nyaman dan bagus.

Tidak lupa untuk mengucapkan selamat datang kembali, Devina pergi dengan senyuman yang menghiasi wajahnya. Mata Keyra menyisir ruangan, satu kata yang sejak awal ingin ia ucapkan, yaitu ‘luar biasa’, dirinya tidak pernah menyangka akan tinggal di tempat yang mewah ini, sambil melihat ke luar balkon, Keyra disuguhi pemandangan halaman luar mansion yang luasnya tidak main itu, so estetik.

“ Ok, mumpung Una lagi tidur dan gak ada kerjaan, gue beres-beres dulu aja kali ya? “.

Memanfaatkan waktu, selagi belum ada pekerjaan yang menyusul, Keyra mengemas barang-barangnya terutama pakaian ke dalam lemari yang berada di walk in closet atau lebih sering dikenal sebagai ruang ganti, namun ia dikejutkan dengan isi lemari tersebut yang penuh sebagian, di dalam sudah terisi banyak pakaian yang kebetulan seukuran dengannnya, pakaian siapa ini?, apa para pekerja lupa untuk membereskan lemarinya, dan ditengah kebingungan tadi, muncul notifikasi dari ponsel Keyra, itu adalah pesan yang dikirim oleh Juan, karena sudah sempat bertukar nomor, Keyra memilih untuk menyimpan nomor orang itu.

Tuan Bos

( Di lemari ada beberapa baju yang saya siapin, setengahnya baju biasa dan setengahnya lagi baju formal, seragam dan perlengkapan sekolah yang lain, tolong terima dan jangan nolak, karena itu bagian dari pekerjaan... ). > Isi pesan tersebut.

Menghela nafas, Keyra berpikir bahwa tindakan Juan ini pasti dilakukan karena desakan dari Una lagi, tapi tanpa sepengetahuan dirinya, yang mengajukan hal ini bukan gadis itu, melainkan ibunya, yaitu Devina. Kenapa?, mungkin karena sudah menerima keberadaan Keyra, plus orang yang membuat Una sedikit merubah kepribadiannya, Devina sudah menganggap Keyra sebagai pekerja disini meskipun baru masuk.

Me

( Kalau begitu terima kasih banyak tuan, saya bakalan gunain ini dengan baik ).

Tidak memusingkan hal itu lebih lama, Keyra memindahkan pakaiannya ke ruang kosong lain di lemari tersebut, toh ukurannya cukup besar, jadi masih banyak space untuk dirinya mengisi berbagai macam barang. Setelah selesai mengemas, Keyra meregangkan otot dan menyimpan kedua bingkai foto keluarganya di atas nakas dekat ranjang.

’ Ibu... Nenek... hari ini Aldo mulai tinggal di rumah keluarga Elrahma, doain aku supaya sehat selalu ya, untuk Bianca doain kakak biar gak diganggu sama para kakak galak itu aja deh... ' semoga kalian tenang di alam sana ‘ Batin Keyra.

***

Keesokan harinya

Pukul 5 pagi, Keyra kini sedang duduk membaca Al’Quran di atas sajadah, pengalaman kemarin membuat dirinya sadar bahwa takdir itu dapat berubah kapan saja sesuai kehendak tuhannya, selain berdoa supaya diberi ketabahan hati yang kuat, Keyra juga berdoa untuk keluarga tersayangnya yang sudah berada di alam yang berbeda.

Melihat waktu sudah berjalan 15 menit sejak ia selesai solat subuh, Keyra mandi dan setelahnya bersiap memakai seragam sekolah baru, dengan celana warna abu ciri khas seragam anak SMA, serta terdapat garis hitam vertikal di saku kiri baju, ditambah Almamater biru tua yang sangat elegan dan keren ini, Keyra menduga kalau seragam tersebut mahalnya setara dengan gaji beberapa bulan saat bekerja di kafenya bang Qian.

Sambil terus merapikan rambut, Keyra menggunakan jepit hitam polos kecil untuk menahan poninya yang panjang menghalangi pandangan, ia tidak tahu apakah disekolah barunya rambut ini terlalu panjang atau tidak, terlebih apa disana ada larangan memakai aksesoris gelang dan sebagainya, entahlah, nanti Keyra akan lihat situasinya terlebih dahulu.

Mengambil tas, Keyra keluar dari ruangan, awalnya ia sempat bingung apakah saat sarapan ia harus bergabung atau tidak dengan anggota keluarga yang lain, namun setelah mendapat notifikasi yang kedua kalinya dari Juan, Keyra pun berjalan menyusuri lorong untuk pergi ke ruang makan yang berada di lantai 2 seatap dengan kamarnya.

Ruangan masih nampak sepi, belum ada anggota keluarga yang turun, Keyra hanya melihat beberapa maid yang sedang sibuk menyiapkan sarapan, karena merasa senggang, pemuda itu pun mendekati salah seorang maid yang ia kenal untuk menawarkan bantuan.

“ Pagi kak Meta “ Ucap Keyra.

“ Eh, tuan Keyra, pagi-pagi udah rapi aja...” Ucap maid yang bernama Meta sedikit terpesona dengan wajah Keyra yang rupawan.

“ Saya lagi gak ada kerjaan nih, mau ada yang perlu dibantu?, sekedar nyuci piring juga boleh...”

“ Eh? Gak usah tuan, biar saya sama maid lain aja yang kerjain, lagian kan tuan Keyra udah pake seragam sekolah, nanti kotor kan bisa gawat... ” Ucap Meta menasehati.

Keyra menggaruk kepalanya yang tidak gatal, ia masih kurang nyaman dengan panggilan tuan dari setiap maid dan butler di rumah ini “ Em... panggil Keyra aja kak, saya jadi kurang nyaman, setidaknya kalau masih keberatan, bisa kan kakak ngobrol secara santai pas kita lagi berdua aja?... “ Ujar Keyra yang setelahnya tersenyum canggung.

“ Ya udah... saya manggil tuan__... maaf, manggil kamu dik Keyra aja ya, tapi jangan salahin saya kalau nanti bakalan sok akrab sama dik Keyra “

“ Nah... itu kan baru enak didengernya, tenang aja, aman kok... sekalian entar tolong bilangin ke yang lain juga ya, jangan panggil saya ‘tuan’ ok? “

“ Siap deh pokoknya... “

Keyra melanjutkan kegiatan dengan membantu para maid membawa hidangan ke meja, saat waktu sudah menunjukan pukul 6 pagi, barulah datang satu persatu anggota keluarga Elrahma, diawali oleh Razka yang selalu membawa laptopnya kemana-mana dan disusul oleh Noland dan Juan yang mengobrol santai, semua itu Keyra amati dari dapur, ketiga orang tersebut belum menyadari kehadiran Keyra yang sudah sejak pagi berada disana.

“ Hm... padahal ini udah jam 6 lewat, tapi kok Una belum turun ya? “ Ucap Keyra yang melihat jam tangannnya.

“ Kenapa gak nak Keyra susul nona muda?, takutnya dia belum bangun “ Usul Jola yang kebetulan mendengar gumaman Keyra.

“ Hah? Belum bangun? Emang dia gak takut telat apa? “

“ Biasanya sih nona muda itu bangun jam 7 pagi dan berangkat jam 8, saya kurang tau kalau nona telat atau enggaknya “

Keyra menepuk jidat, pantas saja Una mempunyai sikap yang seperti itu, ternyata keluarganya sangat memanjakan gadis tersebut sampai-sampai tidak mendisiplinkannya, padahal sudah besar, tapi tetap diperlakukan seperti anak kecil, Una itu sudah 17 tahun, 17 tahun lho, yang mana umur segitu sudah bukan saatnya lagi untuk bermain-main.

Menghela nafas sejenak, Keyra berjalan hendak ke kamar Una yang berada di lantai 3, saat ia lewat kehadirannya di sadari oleh Noland dan Juan bahkan Razka yang awalnya terfokus pada laptop, ketiganya menatap lekat Keyra yang menyapa mereka dan kembali berjalan menuju tangga. Mereka cukup terkejut dengan tampilan Keyra yang seperti itu, rapi dan berwibawa, entah kenapa berbeda dengan kemarin ketika pemuda tersebut nampak sedikit berantakan, apa karena efek memakai seragam berkualitas?.

Kembali kepada Keyra, pemuda itu naik ke lantai atas dan perlu melewati 3 ruangan untuk mencapai kamar Una, meski staminanya cukup baik, tapi mungkin belum terbiasa dengan luas rumah ini, perjalanan dari dapur pun sudah cukup membuat ia lelah, sebenarnya bisa saja sih ia tidak usah buang tenaga berjalan melewati tangga, rumah ini kan mempunyai lift didalamnya, namun karena kurang kepercayaan diri, Keyra masih enggan masuk sendiri dan memakai alat tersebut, ia takut melihat kejadian di film-film yang mana ketika mati lampu lift akan berhenti dan terjatuh ke lantai dasar, mengerikan bukan jika seandainya Keyra mati dalam kejadian tersebut.

Keyra tiba di depan kamar Una, ia mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum dipersilahkan masuk, namun tidak ada jawaban, sehingga ia mengetuk untuk kedua kalinya sambil memanggil nama gadis itu. “ Una... ayo sarapan, lo udah siap kan? “. Ucap Keyra.

Suasana nampak hening, namun beberapa detik kemudian terdengar suara seperti kapal pecah di dalam kamar Una. Keyra khawatir, takut kalau gadis itu kenapa-napa. “ Una... lo gak papa? Suara berisik apaan tuh? “. Keyra hendak membuka pintu, namun suara yang nyaring menghentikannya.

“ BANG KEKEY!!! “ Ucap gadis itu yang masih didalam.

“ Hah? Iya? “

“ Abang jangan dulu masuk, Una belum beres bang, ben-tar-la-gi!!! “

Suara dari dalam makin bising, Keyra tidak tahu apa yang dilakukan oleh Una saat ini, ia ingin melihat apa yang terjadi, namun jika masuk tanpa izin ke kamar seorang wanita, sepertinya ia memilih untuk menunggu saja. Ditengah rasa penasaran saat menunggu Una, Devina datang memberikan ucapan selamat pagi pada Keyra.

“ Morning Keyra... “ Ucapnya dan baru disadari oleh Keyra.

“ Eh... nyonya, selamat pagi juga “

Keyra membungkuk, sementara Devina menatapnya dengan senyuman, wanita itu kini melihat penampilan Keyra, nampak rapi dan sangat cocok dengan seragam yang dipakainya, terlebih rambut yang ditata pun membuat pemuda itu nampak tampan dimata Devina.

“ Wah... Keyra, ternyata selama ini penglihatan saya kurang bagus, kamu itu anak yang rupawan ya “ Ucapnya sambil tertawa kecil.

“ Hah? Ahaha... nyonya bisa aja, padahal dibandingkan sama para tuan muda saya ini ngerasa insecure lho... “ Ujar Keyra malu, menggaruk kepala bagian belakangnya yang tidak gatal.

“ Haha... tapi saya gak boong Keyra, kamu itu ganteng lho, kalau gak percaya tanya aja sama Una nanti “.

Bruk!!!

JEDER!!!

Tepat setelah Devina selesai berbicara, pintu kamar Una terbuka dengan kasar sampai menimbulkan suara yang keras, dari balik pintu tersebut muncul seorang gadis yang sudah memakai seragam namun dengan kondisi rambut yang berantakan dan sedikit basah.

“ Hiks... bang Kekey “

Una menangis, Keyra terkejut ketika wanita itu mengeluarkan air mata setelah memangil namanya, untuk beberapa alasan ia tidak tahu apa yang terjadi pada Una, dan memilih mendekat bersamaan dengan Devina yang berjalan lebih dulu.

“ Kamu kenapa nangis honey? Apa ada yang sakit? “ Tanya Devina sambil mengusap air mata gadis itu.

“ Hiks... Una kesiangan Mah, awalnya aku mau bangunin bang Kekey terus sarapan bareng, tapi Una lupa bilang ke bibi buat bangunin pagi-pagi “

Merasa lega, Devina dan Keyra menghela nafas secara bersamaan, dikira ada apa, ternyata hanya hal itu. “ Ya ampun Una... kirain gue apa?, udah, udah, jangan nangis lagi... gue datang kesini karena pengen liat senyum dimuka lo, bukannya muka sedih... “. Ucap Keyra mengelus kepala anak itu yang mengandung air.

“ Tapi, tapi Una jadi keliatan berantakan deh dihari pertama abang sekolah... “.

“ Gak papa... walaupun berantakan lo tetep cantik kok, udah gih benerin rambut dulu... abis itu dandan yang cantik, atau... rambutnya mau gue tata gak? “.

Devina dan Una sama-sama terdiam, Keyra ingin menata rambut? Apakah dia bisa? Terlebih jika pemuda menata rambut seorang gadis... rasanya cukup mustahil hasilnya akan rapi, terkecuali penata rambut yang ada di salon-salon.

“ Mau, mau... yeay... rambut Una bakalan di tata sama bang Kekey... “ Gadis itu melompat kegirangan sambil masuk kekamarnya, didisusul Keyra yang tangannya ditarik oleh Una, Devina hanya tersenyum melihat putrinya yang selalu ceria akhir-akhir ini.

‘ Hm... semenjak Keyra dateng, kayaknya Una lebih banyak senyum dan ceria deh ‘ batin Devina.

Bersambung

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!